Two Moon [END]

By Shion2

22.3K 2.9K 810

Sekuel dari The Angel Fall in Love. Kisah mereka setelah melewati pertarungan melawan para Ratu dan Raja dar... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

49

242 30 12
By Shion2

"Jadi, siapa yang bisa menjelaskan apa yang terjadi disini?" Tanya Vino.

"Maaf Ayah, Aku..."

"Aku sedang melatih Nadila dan Stephan tidak terima dengan cara mengajarku" Sela Ravien.

"Ini terlalu berlebihan, Ayah"

"Aku mempunyai target. Dan aku harus menyelesaikan itu secepatnya." Ucap Ravien.

"Nadila bisa saja terluka karena serangan Kak Ravien."

"Eve, Nadila. Apa yang sudah kalian dapatkan setelah menjadi muridku?" Tanya Ravien pada keduanya yang berdiri di belakangnya.

"Apa kalian merasakan perubahannya?" Nadila dan Eve mengangguk.

"Mereka masih bernafas dan masih menjadi muridku. Berarti tidak ada masalah dalam sistem mengajarku." Ravien menghadap pada Stephan. Ia juga menyadari, ini adalah pertengkaran terparah mereka berdua. Karena sampai detik ini pun tidak ada yang mau mengalah.

"Jika kau tidak suka Nadila menjadi lebih kuat lagi, silahkan manjakan porsi latihannya. Silahkan didik kekasihmu untuk menjadi beban orang lain. Silahkan gadaikan hidupmu untuk menyelamatkan nyawanya." Ucap Ravien.

"Permisi Ayah, Papa. Aku masih harus mengajar muridku." Ravien melirik Eve. Gadis kecil itu langsung mengikuti langkah Ravien untuk melanjutkan latihan mereka.

"Jika kau berhasil menggunakan sihir bayangan. Aku akan memberikanmu hadiah" Ucap Ravein.

Eve berusaha keras menggunakan segala kekuatannya untuk menghasilkan sihir bayangan.

Gadis kecil itu terus mencoba, meski sudah beberapa kali gagal ia tetap berusaha untuk melakukannya. Tubuhnya mulai kehabisan tenaga, tangannya pun mulai bergetar.
Eve kembali ingin mencoba, namun Ravien menghentikannya.

"Sudah cukup. Kemarikan tanganmu" Eve langsung mengangkat kedua tangannya hingga setinggi dadanya.

"Kau berhasil. Aku akan memberikanmu hadiah setelah ini." Eve menatap bingung pada Tuan nya itu. ia bahkan tidak berhasil membuat satu bayanganpun. Bagaimana bisa ia dinyatakan berhasil?

"Tapi, Tuan. Aku bahkan tidak berhasil membuat satu bayangan pun" Ravien tersenyum.

"Karena aku tau, kekuatan sihirmu saat ini memang tidak akan pernah bisa sampai ketahap membuat bayangan. Tapi, aku menghargai usaha kerasmu." Ucap Ravien sambil menyembuhkan tangan Eve yang masih bergetar. Anak itu sudah melampaui batas kemampuannya sendiri.

"Terima ini. Aku harap setelah ini, kau akan lebih semangat berlatih." Ravien memberikan sebuah gulungan dengan stempel kerajaan.

Ravien mengarahkan telapak tangannya pada gulungan yang berada di tangan Eve, lalu membacakan mantra sihir yang sudah ia pelajari sebelumnya untuk membuka gulungan itu. gulungan yang melayang di udara itu pun perlahan turun dan terjatuh di tanah.
Semakin mendekat pada bagian akhir gulungan itu terbuka, pancaran cahaya berwarna biru dari gulungan itu semakin terang.

Eve, Okta, Vino, Nadila dan Stephan terus memperhatikan dengan serius, dalam hati mereka juga bertanya-tanya. Apa yang akan muncul dari gulungan itu?

Setelah cahaya terang itu menghilang. Sebuah busur dan anak panah muncul. Ravien mengambil busur dan juga anak panahnya, dan secara otomatis gulungan itu terbakar menjadi abu dan hilang tertiup angin.

"Ini untukmu." Eve mengambil senjata baru dari Tuan nya.

"Aku pikir aku akan dilatih sebagai kesatria pedang."

"Aku tau, kemana arah kemampuanmu. Mungkin sekarang kau merasa lebih hebat menggunakan pedang. Tapi, aku melihatmu jauh lebih baik ketika menggunakan panah. Lagipula, aku ingin kau mengusai semuanya. Tidak hanya menggunakan pedang" Eve melompat dengan riang sambil mengangkat senjata barunya di udara.

"Mulai besok, kau akan berlatih memanah juga"

"Baik, Tuan. Dan terimakasih, aku sangat menyukai ini" Ravien hanya mengangguk.

"Hari ini cukup sampai disini. Kau boleh kembali bermain. Oh ya, malam nanti, temui tuan Jessper, katakan kalau kau sudah berhasil." Ucap Ravien dan ia melangkah pergi meninggalkan Eve.

"Kau mau kemana Nak?" Tanya Vino. Ketika anaknya itu akan melewatinya.

"Masih ada yang harus aku kerjakan Ayah"

"Kau tidak melatih Nadila lagi?" Tanya Okta.

"Aku hanya akan melatih orang yang mau berlatih. Aku pergi dulu Papa"
Stephan memandang punggung Kakaknya yang semakin mejauh darinya. Sekarang, ia menjadi bingung sendiri. Di satu sisi, ia tidak ingin Nadila terluka. Disisi lain, ia tidak enak telah bertengkar dengan Kakaknya.

"Kalian harus menyelesaikan ini sendiri" Ucap Vino. Lalu ia pun pergi bersama Okta.

~~~

Stephan melihat Kakaknya menuju tempat latihan mereka. Apa Kakaknya itu tidak akan malam malam bersama mereka?
Stephan hendak menyusul, langkahnya terhenti ketika melihat Nadila yang lebih dulu masuk ke tempat latihan.

"Kamu mau kemana?" Tanya Gracia yang melihat anaknya melangkah dengan terburu-buru.

"Papa sama Ayah kemana?"

"Papa mu sebentar lagi pulang. Kalau Ayah Vino, lagi di kamar sama Bunda. Kenapa?"

"Kalau aku, Nadila atau Kak Ravien belum kembali saat makan malam. Susul saja ke tempat latihan."
Belum sempat Gracia bertanya, anaknya itu sudah berlari menuju halaman belakang rumah.

"Stephan"

"Ya, Papa?"

"Ikut Papa sekarang" Okta menarik tangan Stephan secara paksa dan membawanya menuju istana.

"Papa, lepaskan aku. Nadila sedang bersama Kak Ravien. Dia bisa..."

"Kakak mu bukan pembunuh. Jadi, tenanglah sedikit dan bereskan kekacauan yang sudah kau lakukan" Okta membawa Stephan ke perpustakaan.

Ia tidak menyangka jika Papa nya akan tau, jika dialah yang menghambur buku-buku di deretan paling belakang.

"Bisa aku kembali setelah membawa Nadila pulang?"

"Bereskan sekarang atau kau akan ku kurung disini"
Stephan tidak punya pilihan lain selain menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan segera menyusul Nadila.

~~~

Sementara itu, di tempat latihan. Nadila mengikuti Ravien hingga masuk ke dalam hutan.
Merasa sudah cukup jauh dari portal, Ravien berbalik. Kali ini, ia siap melaksankan kembali tugasnya. Ini akan lebih mudah, karena tidak ada satu orangpun yang mengganggu mereka.

"Pertama, kau mencuri gulungan sihir kerajaan. Kedua, kau menggunakan sihir terlarang dan membunuh penjaga gerbang kerajaan. Kau pikir, apa yang akan ku lakukan sebagai panglima kerajaan?"

"Menghukumku?"

"Lebih dari itu seharusnya" Ucap Ravien.

"Membunuh, bukanlah pekerjaan seorang Panglima. Tapi membunuh seorang pembunuh penjaga kerajaan, adalah salah satu tugas seorang Panglima" Nadila terlihat ketakutan. Apa Ravien benar-benar akan membunuhnya?

"Kau tau? Manusia biasa, tidak boleh memiliki sihir. Dan seharusnya kau sudah mati karena bagaimanapun juga, ilmu sihir itu bukan murni milikmu. Kau mencurinya dan itu pelanggaran besar"

Ravien menancapkan pedangnya ke tanah dan mulai memakai sihir pemanggil.
Dari dalam tanah, muncul prajurit kerajaan yang sudah meninggal di medan perang.

"Lihat ini" Ravien sengaja menggunakan sihir untuk memanipulasi penglihatan Nadila.

Gadis itu meneteskan airmatanya ketika kejadian meninggalnya sang ibu kembali terlihat di depan matanya.

"Kau akan bernasib sama seperti ibu mu dan tidak punya kesempatan untuk balas dendam" Ucap Ravien.

Ravien melompat menjauh dari jangkauan Serang Nadila. Kekuatan itu muncul lebih cepat dari dugaannya.

Tidak ada satu prajurit pun yang berhasil lolos dari jeratan Nadila. Semua seakan kembali seperti mayat, tidak bergerak sedikitpun.

"Aku gak mau mati" Ucap Nadila dengan airmata yang menetes membasahi pipinya.

Prajurit yang terjerat itu perlahan tubuhnya mengering dan menjadi abu.
Kekuatan Nadila terasa semakin meningkat semakin tekanan emosinya terus bertambah.

"Kau ingin menyerangku juga?" tanya Ravien.

Nadila terus memanggil Mama nya sambil menangis, ia juga beberapa kali meminta maaf karena tidak sempat menolong Mama nya waktu itu.

"Baiklah, sudah cukup" Ravien menggunakan kekuatan besarnya dan memaksa kekuatan Nadila untuk kembali tenang di dalam dirinya.

Setelah cukup keras berusaha, akhirnya Nadila kembali sadar.

"Adik pintar" Ravien mengusap Puncak kepala Nadila dengan lembut.

"Sudah ku duga, kau anak yang hebat" Ravien tersenyum sambil menekan lukanya yang sepertinya semakin banyak mengeluarkan darah.

"Kak, maaf. Ini gara-gara aku ya? Maaf" Ravien menyandarkan tubuhnya di pohon kemudian perlahan mulai duduk. Ia harus segera mengobati lukanya.

"Tidak apa-apa. Ini sudah resiko ku" tangannya yang lain mulai mengobati lukanya. Ia baru tau, efek dari serangan Nadila tidak hanya perih, namun juga panas.

Merasa sudah sedikit lebih baik, Ravien berdiri dan membuka portal agar lebih cepat sampai di rumahnya.

Sepertinya, besok ia harus bertemu dengan Ratu Naomi untuk menjelaskan semuanya.

"Ayo, lebih baik sekarang kita kembali ke rumah"

Setiba di rumah, semua dikejutkan dengan Ravien yang terluka.

"Ada apa ini?" Tanya Vino.

"Ayah, aku berhasil. Aku akan menemui Ratu Naomi besok"
Vino langsung menangkap tubuh anaknya yang tiba-tiba saja ambruk.

"Sebenarnya, apa yang dia dan Ratu Naomi rencanakan?" Tanya Okta.

"Entahlah, anak ini juga sulit untuk membuka suara. Dia hanya mengatakan dia sedang melakukan semacam taruhan kecil, kita lihat saja besok" Ucap Vino. Ia mengangkat tubuh Ravien untuk dibawa ke kamarnya.



😌 I'm Back 😎

Gimana?

Nah, next part ya.. Dijelasin, Ratu Naomi sama Ravien taruhan apaan.. Yang jelas bukan taruhan duit ya.. 😂😂

See Ya 🙋
Salam Team GreTa-VinShan-BebNju

Continue Reading

You'll Also Like

161K 11.9K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
506K 22.3K 36
REVISI DULU YA MANISS!! Gleen seorang gadis berusia 20 tahun. membaca novel adalah hobinya. namun, bagaimana jika diusia yang masih muda jiwa nya ber...
57K 10.1K 29
kisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebab...
YES, DADDY! By

Fanfiction

314K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar