Child For Husb

By karaveekaa

7M 396K 19K

Sebuah pertemuan yang berakhir dengan pernikahan. sama-sama saling menguntungkan. "menikahlah denganku dan b... More

PROLOG
1.MALAIKAT PENYELAMAT
2.FIRST
3.MERRY ME?
4. FOR JEHAN
5. PERSIAPAN
6. WEDDING
7. WAITING
8. HAPPINESSS
9. SEWING
10 MY EVERYTHING
11. COREZ
12. HUG
13. PEMAKSA
14. DIA PERGI
15. SUPERMARKET
16.SORRY
17. BROKEN
18. PANTI ASUHAN
19. TAK BERDAYA
20. MALAM LUKA
21. DAMN I MISS U
22. DEAR REZA
23. SADNESS AND HAPPYNESS
24.STRONG
25. HUG ME?
26. HUG ME (2)
27. EX-GIRLFRIEND
28.CUTE TWIN
29. MAMER
30.OLIV STORY
31.LEEFA&ANNA
32.OH NO GOD!
33.HAPPINES
34. SIMON MISTAKE
35.TUAN LABIL
36.DIA
37. WANNA MOMMY
38. MISSING MOM
39. MIRA & OLIVIA
40. WEEKEND STORY
41. HARRY?
42. DIA YANG SAKIT
43. MIMMY AND DIDDY
44. TUAN MALAS MAKAM
45. SIMON FAMILY
46. EZARON 1TH
47. KEHANGATAN
48. PESTA
49. DASI GARIS-GARIS SHIT!
50. SHARA
51. AKU BERHAK
52. AKU MEN...
53. JANGAN TINGGALKAN AKU!
54. MAAFKAN AKU
55. MENIKAHLAH DENGANKU
56. ANAK KEMBAR
57. CHILD FOR HUSBAND
QNA
58. CHILD FOR HUSBAND
59. CHILD FOR HUSBAND
60. CHILD FOR HUSBAND
61. CHILD FOR HUSBAND
62. CHILD FOR HUSHBAND
INFO!
64. EZARON BIRTHDAY 2 TH
65 ENDING~
AUTHOR NGOMONG
IMYM PUBLISH
NEW STORY

63. CHILD FOR HUSBAND

93.9K 6.1K 518
By karaveekaa

Selamat membaca.

Tarik nafas dulu ya jangan lupa 😆😆



Reza lalu tak sengaja menatap Anna dan Ezar. Ia langsung tersenyum kikuk seraya menggaruk pelan tengkuknya yang tidak terasa gatal. Sialnya ia malah merasa bodoh di depan anak dan istrinya sendiri.

"Eh... Hai Ezar sayang... An... Anna" 

"Kau memasak?" tanya Anna dengan mencoba biasa saja. Anna lalu mendudukkan Ezar di kursi khusus makannya.

"Daddy, ityu loti?" tanya Ezar sambil menunjuk ke atas piring di hadapan Reza yang berisi dua roti bakar. Anna ikut melihatnya.

"Kau membuat roti bakar?" tanya Anna.

"Ohiya... Itu... Aku tidak bisa masak yang lain jadi ya aku masak apa yang aku bisa" ucap Reza seraya pasrah melirik roti agak sedikit gosong di atas piring.

"Lalu kemana bajumu?"

"Oh ah... Aku lupa memakainya. Lagi pula tidak ada orang lain selain kita kan? Jadi akan aku pakai nanti" ucap Reza sambil mencuci tangan di westafel.

Anna masih berdiri di samping kursi. Hidungnya sedari tadi mencium Bau-Bau aneh di dapur.
"Tapi ini ada bau gosong apa ya? Apa hanya aku yang menciumnya?" Anna melangkah kakinya ke arah Reza.

"Oh itu bau roti buatanku yang gagal" ucap Reza sambil membuka tutup tong sampah di samping pantry.

Anna sampai membuka sedikit mulutnya tak percaya melihat ada beberapa potong roti gosong tergelatak tak betdaya di dalam tong sampah.

"Astaga kau membuangnya" gumam Anna.

"Memang kau ingin makan itu?"

"Tidak tapi. Jika kau tidak bisa memasak kau tak perlu lakukan itu. Aku bisa mengurus semuanya" ucap Anna duduk di kursi meja makan di samping Ezar.

"Aku hanya ingin membuatkanmu dan Ezar sarapan. Memangnya salah ya?"

Melihat wajah Reza bersedih seperti anak-anak membuat Anna diam sejenak.
"Hahh... Sudahlah, ayo kita siapkan sarapan bersama" ajak Anna yang kali ini bangun dari duduknya, mengambil celemak masak lalu memakainya.

Anna mulai mengoles roti dengan mentega sementara Reza masih diam di tempatnya.

Merasa ia sendiri yang bekerja. Anna membalikkan badan menghadap Reza.
"Baiklah, kurasa aku bisa mengerjakan semua ini sendiri"

"Oh no! Aku akan membantu" dengan cepat Reza langsung meletakkan pisau di tangannya. Ia langsung berdiri di samping Anna dan membantu membuatkan sarapan.

Seraya menunggu roti. Anna menyiapkan Ezar susu dan Reza kopi.
"Berapa sendok aku masukkan gulanya?" tanya Anna. Tangannya menggantung di udara dengan sendok yang berisi gula siap tumpah ke dalam gelas berisi bubuk kopi.

Reza tak mengubris. Ia malah memperhatikan pipi dan leher wanita itu. "Bukankah kau sudah tau, kalau aku tidak suka yang terlalu manis"

"Oke baik"

"Karena aku akan mencicipinya di depan wanita yang manis" timpal Reza.

Sialnya. Seketika kedua pipi Anna memerah. Tangannya jadi gemetaran memegang sendok gula dan jantungnya malah berdetak tak karuan sekarang ini. Terlebih di perhatikan intens oleh Reza yang sialan.

"Apa yang kau bic-"

"Kau cantik sekali pagi ini. Oh tidak, pagi-pagi yang lalu juga begitu dan..." Reza mendekatkan mulutnya ke dekat telinga Anna, mencoba membisikkan sesuatu pada wanita itu. "Ku rasa pagi-pagi berikutnya kau akan semakin cantik juga"

Anna sok-sok berani mendongakkan kepala menatap wajah Reza yang sedang berdusta menurutnya. Tapi lagi-lagi kesialan ia alami karena mata biru sejernih lautan di tengah terik Mentari itu mengikuti kemana gerak bola mata coklatnya. Tatapan itu begitu tajam dengan bola mata hazel biru yang terang. Anna cepat-cepat hendak memalingkan wajahnya karena ia tidak tahan dengan tatapan yang membuatnya mulai panas itu.

Tapi saat Anna handak memalingkan wajah, Reza dengan santai malah menahan dahu Anna dan mengarahkan lagi menghadap wajahnya.
"Kenapa? Ayo tatap aku" pria itu tersenyum remeh.

Anna tak menatap Reza. Ia malah menatap bibir Reza. Karena itu lebih baik dari pada harus menatap matanya.

"Kenapa kau malah menatap bibirku? Kau menginginkan sesuatu?" Reza menaikkan sebelah alisnya.

Anna melebarkan matanya kaget. Pikiran Reza malah kemana-mana. Dan pria itu memang sering seperti ini.

Anna hanya diam. Tingkahnya ini membuat Reza gemas. Ia langsung mendaratkan bibirnya tepat di bibir Anna. Tangannya perlahan meraba pinggang wanita itu dan menariknya untuk lebih dekat dengannya. Anna maju selangkah dan tangannya meremas lengan Reza saat pria itu menggigit bibirnya.

Astaga! Demi apa? Tadi pagi mereka sempat berseteru sedikit dan sekarang mereka berciuman?

"Daddy-daddy! Lotinya!" pekik Ezar rada panik khas anak-anak saat melihat rotinya sudah naik pertanda sudah siap di sajikan.

Masih berciuman dengan Anna. Reza melirik dengan tajam anaknya yang sedang menganggu itu. Tapi ia tak jadi bisa marah saat melihat tatapan polos dan lugu Ezar. Reza dengan tak rela segera melepaskan ciumannya dengan Anna.

"Terima kasih ya anak daddy sudah mengingatkan" Reza tersenyum memaksa. Ia lalu melangkan ke arah meja dan duduk di samping Ezar.
"Anna sisanya kau bereskan saja. Karena ku rasa itu akan lebih baik sebelum terjadi hal-hal yang akan membuat otak Ezar jadi mesum karena kau dan aku"

Mendengar ucapan Reza barusan. Anna menghela nafas seraya memutar bola matanya jengah. "Astaga... Memangnya aku yang mulai. Kau yang menyerangku lebih dulu" sanggah Anna membela diri.

"Oh aku lupa... Wanita selalu benar dan pria selalu salah" ucap Reza. Anna mengangguk sambil mengaduk kopi panas di hadapannya. Reza lalu menggendong Ezar ke atas pangkuannya. "Ingat sayang, karena kau laki-laki. Anak laki-laki selalu salah dan perempuan selalu benar"

"Baiklah-baiklah tuan-tuan sarapan pagi sudah siap. Mari kita menikmatinya bersama!" kata Anna dengan berpura-pura riang. Ia menata roti-roti dan oat meal sarapan pagi di atas meja.

Reza dan Anna pun menikmati roti bakar selai buatan Anna dan Reza? Sementara Ezar makan buah-buahan segar yang sudah Reza potong kecil-kecil di pagi sekali.
"Daddy"

"Iya son"

"Mommy syakit"

Seketika Reza melirik Anna yang juga tengah meliriknya. Mata mereka bertemu. Tapi Anna cepat-cepat menggelindingkan bola matanya ke langit-langit rumah.

"Kau sakit?" tanya Reza.

"Oh itu-"

Reza hendak memegang kening Anna dengan punggung tangannya. Tapi Ezar dengan cepat memotong ucapan sang mommy.
"Di syini daddy!" Ezar menunjuk lehernya sendiri.

Reza pun dengan agak paksa membuka sedikit baju di bagian leher Anna dan melihat bekas-bekas merah akibat ciuman brutalnya semalam. Seketika ia malah tertawa.

"Oh ini mommy di gigit monster sayang"

Wajah Ezar terkejut bukan main. Matanya melotot kaget dengan mulut terbuka tak percaya.

"Mommy Eal thakut" Ezar dengan cepat memeluk pinggang Anna.

"Semalam mommy di gigit monster. Lalu super hero datang dan menyelamatkan mommy" ucap Reza sambil tertawa bangga.

"Supel hilo? Syapa itu daddy?"

"Daddy... Hehehe"

"Lalu, mostelnya syapa?"

"Ezar" sahit Reza seenaknya dan membuat Ezar kesal.

Ezar menggelengkan kepalanya tidak suka.
"Eal idak au yadi monstel. Eal nau yadi supel hilo mommy ajjah" Ezar tersenyum pada Anna. Anna yang kelepek-kelepek atas ucapan Ezar itu tersenyum bangga dan mengelus Puncak kepala anaknya.

Anna mencium pipi Ezar.
"Anak mommy sayang" gumamnya pelan.
"Sebenarnya yang monster itu bukan Ezar tahu. Tapi daddy!"

"Tidak ada monster yang tampan" sanggah Reza sambil menyeringai.

"Terkecuali dirimu" sahut Anna cepat.

"Baiklah, wanita menang lagi!"

Anna tersenyum senang. Ia semangat memasukkan roti di dalam mulutnya.
Beberapa saat kemudian.

"Anna, aku sudah mengurus acara ulang tahun Ezar beberapa hari lagi" kata Reza tiba-tiba.

Seketika jantung Anna rasanya di remas. Sebentar lagi? Sebentar lagi ia dan putra kandungnya harus berpisah? Rasanya sangat... Sakit, perih dan tak terima. Ia tak rela untuk melepas apa yang ia punya sekarang ini.

"Anna ku pikir kau tak melupakan rencana awal kita. Kau tak melupakan hari ulang tahun putramu bukan?" tanya Reza lagi.

"Iya tentu... Saja"

"Bagus, aku sudah meminta teman semasa remajaku untuk mendekor acara ulang tahun Ezar. Dia Marlinka, orang yang cukup ahli dalam bidang dekor dan tentunya sangat kompeten"
"Iya. Aku mengikuti semua keputusanmu" Anna meletakkan sendoknya. Ia bangkit dari duduknya. "Sepertinya aku harus ke kamar mandi" Anna buru-buru pergi.

"Ezar kemari, duduk di pangkuan daddy!"

Ezar yang tadinya duduk di antara ibu dan ayahnya. Sekarang ia berjalan ke arah Reza dan duduk di pangkuannya sesuai perintah.
"Ezar, mau tema ulang tahunnya seperti apa?"

"Hmm..." Ezar mulai sibuk berpikir.

"Mau ala superhero? Superman?"

"Daddy, Ezar ingin yang superman" sahut Ezar girang.

"Akan daddy siapkan untukmu sayang" Reza mengelus Puncak kepala putranya lalu mencium pipinya lama.

"Katakan pada mommy, selesai makan kita akan jalan-jalan" ucap Reza sambil memasukkan potongan roti ke dalam mulutnya.

"Kemana daddy?"

"Ke pantai?"

"Ye ye ye!  Asyik kita main ke pantai" seru Ezar kelihatan bahagia.

×××××

"Sialan!!" Seorang pria menendang meja di sisi dinding. Ia menghempas semua barang-barang yang tertata rapih di atas meja. Semuanya jadi hancur berhamburan di atas lantai dingin apartment sederhana miliknya dengan sang istri.

"Berani sekali dia menolakku! Dia pikir mudah bagiku untuk memintanya kembali padaku. Dasar wanita jalang! Wanita murahan! Wanita arrgghhh!!" pria itu meremas rambutnya. Krisis membuatnya jadi tak tahu malu bahkan bisa di katakan tak punya harga diri tapi apa boleh buat. Tak ada banyak pilihan sekarang ini.

Pria itu mengambil asbak rokok di atas meja lalu melemparnya ke arah cermin di dinding. Seketika cermin itu retak dan pantulan dirinya di cermin menjadi retak tak berbentuk seketika.

"Kau lihat! Sehancur itu hatiku, brengsek!!" teriaknya. Ia lalu membuka laci meja depan TV dengan tergesa-gesa. Mengambil kater dan hendak menyayat pergelangan tangannya dengan benda itu.

"Jehan!!"

"Jehan! Sialan kau! Brengsek apa yang kau lakukan hahh?!! Kau gila ya. Bunuh diri jangan di apartemen ini. Kau jangan lupa kalau kita belum melunasi apartemen ini bodoh!" teriak Elley yang tiba-tiba datang. Ia mengambil kater di tangan Jehan dan melemparnya ke luar jendela.

"Sialnya kau masih memikirkan uang cicilan apartemen ini hahh?!" Jehan berteriak marah. Ia menjambak rambut Elley hingga wanita itu merintih kesakitan.

"Lepaskan aku bajingan! Dasar kau psikopat gila! Kau sudah gila!" teriak Elley.

Jehan lalu melepaskan tangannya dari rambut Elley. Nafasnya dan Elley sama-sama tersengal-sengal seperti orang yang baru selesai berlari maraton.

Perlahan Elley meneteskan air matanya, meremas rambut panjang dengan sedikit cat pirang tersebut. "Bukankah kau yang menginginkan semua ini? Bukankah kau yang memilih diriku ketimbang Anna mantan pacarmu itu. Jehan! Jawab aku sialan!!" bentak Elley marah.

Jehan lalu menatap Elley. Ia menggebrak meja dengan keras.

BRAKK!!

"Aku memilihmu karena saat itu kau bilang kau tengah hamil anakku dan aku mencintaimu bodoh!! Itu alasan kenapa aku merelakan Anna pada si brengsek Reza!!" ucap Jehan seraya mengepalkan tangannya di atas meja. "Gara-gara dulu kau tidak dapat memenangkan hati Reza karena ia memilih Leefa. Kau jadi wanita yang menyedihkan sekarang ini. Kau gila harta kau-"

Elley menatap Jehan tidak suka. "Diam! Diam kau sialan!!"

"Dan bukankah usulmu untuk memanfaatkan Anna agar mendapatkan harta Reza dari Anna yang bodoh" Jehan tersenyum mengejek.

"Bukan hanya aku! Kau juga merencakan hal ini!!" sanggah Elley tak terima. Segalanya hancur lebur. Karirnya di dunia chef hancur berantakan. Elley menghela nafas, ia lalu menoleh ke arah jendela yang terlihat sedang hujan lebat di luar sana. "Sepertinya kita sedang terkena karma"

"Karma?"

"Iya"

"Akhirnya kupercaya, bahwa tuhan pembalas dendam terbaik" Jehan tersenyum kecut. Hidupnya sudah hancur sehancur hancurnya.

×××××

Keesokan harinya.

Bi Hasri sudah kembali bekerja, namun dua pekerja rumahnya yang lain masih di beri izin libur, Mika dan bi Ida.

Anna duduk melamun di depan balkon. Sementara Reza di ruangan kerjanya mengurus kepentingan perusahaan di sana. Sejak kemarin Reza membahas soal pesta ulang tahun putra pertama mereka. Anna sama sekali tak kelihatan bahagia, bukan tak bahagia karena umur putranya beranjak dua tahun. Hanya saja karena perpisahan dirinya dengan Ezar adalah tepat pada umur Ezar dua tahun.

Semuanya hilang.
Semuanya terhempas.

Sakit. Sangat sakit bagi seorang ibu yang sudah mengandungnya dengan Cinta dan kasih selama sembilan bulan. Melahirkannya dengan rasa sakit yang ia tahan demi kelahiran anaknya ke dunia dan membuat suaminya senang mempunyai seorang pewaris.

"Anna"

Cepat-cepat Anna menyeka air matanya dengan punggung tangan. Ia lalu membalikkan badan ke arah Reza yang baru masuk ke dalam kamar.

"Iya?"

"Beberapa waktu lalu aku membelikanmu sesuatu" Reza memberikan sebuah paper bag berlogo merek aksesoris terkemuka pada Anna. "Ambillah"

Anna dengan ragu menerimanya.
"Apa ku buka sekarang?" Reza mengangguk. Lalu ia membukanya perlahan. Ada kotak berwarna hitam, Anna membuka kotak itu pelan. Dan kalung berwarna putih di dalamnya benar-benar menghipnotis Anna pada detik itu juga.

Indah, cantik, berkilau, mewah. Semuanya berpadu jadi satu dan sangat pantas kalung itu di sebut demikian.

"Kau suka?" tanya Reza.

Anna masih melamun.

"Anna apa ka-"

"Iya... Iya, ini Indah. Apa untukku?"

Reza hanya mengangguk dan tersenyum sambil berjalan ke belakang Anna. Ia menyingkirkan rambut Anna ke depan. "Aku yang akan memasangkannya padamu"

Reza mengambil kalung itu di dalam kotaknya. Ia lalu memasangkan Anna kalung yang ia beli. Saat ia memasangkan kalung itu. Reza mencoba menahan amarahnya yang tiba-tiba ia rasakan saat mengingat dimana tubuh Anna di peluk oleh mantan kekasihnya sendiri di Cafe milik Leefa dan suaminya.

"Apa sudah?" tanya Anna.

Reza langsung memaksa diri menarik sudut bibirnya membentuk senyuman yang manis. Anna melangkah ke arah cermin dan melihat lehernya yang putih semakin cantik di hiasi oleh kalung pemberian Reza itu.

"Cantik sekali" Anna lalu berlari pelan ke arah Reza memeluk pinggang suaminya itu rada erat. "Aku sangat-sangat menyukainya. Terima kasih"

Setidaknya ia harus memaksa diri senang sejenak di depan Reza karena ia dibelikan kalung.

Reza mengelus Puncak kepala Anna. Tangannya membalas memeluk Anna. Dan pelukan itu semakin erat saat ia mengingat si brengsek Jehan memeluk istrinya. Tangannya mengepal menahan amarah seraya memeluk Anna. Tapi tetap saja Anna tak menyadari kemaharan yang tersirat dalam diri Reza saat memeluknya.

Perlahan Reza melepaskan pelukan mereka. Ia perlahan mendorong tubuh Anna ke arah ranjang dan meminta Anna duduk di sana. Sementara ia berdiri di hadapan Anna yang tengah duduk menatapnya bingung.

"Tolong katakan, jelaskan padaku Anna"

Ucapan itu membuat Anna bingung dan mengerutkan keningnya.

"Ke-kenapa?"

"Apakah setelah kebahagiaan yang aku berikan padamu selama ini, itu semua belum cukup. Sehingga kau masih berhubungan dengan mantan pacarmu, Jehan" ucap Reza dengan intonasi datar. Anna melihat dengan jelas kilatan marah bercampur kecewa di mata pria itu.

"Tidak! Demi tuhan itu tidak benar!"

"Lalu apa yang benar?! Kau menikah denganku selama ini hanya untuk memanfaatkanku demi kebahagiaan kalian berdua. Benarkah begitu Anna?"

"Tidak! Aku tidak pernah memanfaatkan siapapun. Kumohon... Sebenarnya kemana arah pembicaraanmu ini. Apakah kau sedang menuduhku berselingkuh dengan mantan pacarku sendiri?" tanya Anna dengan raut wajah yang... Kecewa. Sangat kecewa.

"Menurutmu?"

"Aku tidak berselingkuh dengan siapapun. Tidak dengan Jehan dan tidak dengan siapapun. Dan yang harus kau ketahui adalah..." Anna bangkit dari duduknya di sisi ranjang. Ia berdiri di hadapan Reza dan menatap lekat manik mata itu. "Aku sangat menghargai kedudukanku sebagai istrimu dan ibu anakmu. Aku tidak mungkin melakukan hubungan semacam itu"

Reza marah karena Anna tidak mengakui apa yang sudah jelas terjadi. Sehingga ia mendorong tubuh Anna ke atas ranjang hingga ia tergeletak di atasnya.

"Tapi kau di peluk olehnya. Kalian berpelukan dan aku, aku yang melihatnya dengan kedua mataku sendiri Kau tahu!!"

Anna meneteskan air matanya. Mulutnya tak sanggup mengelak meskipun tidak benar begitu adanya. Ini semua jelas salah paham.
"Dia yang memelukku. Tapi aku mendorong tubuhnya kembali. Aku tidak membalas pelukan Jehan, aku jijik terhadapnya!!"

Reza diam. Memejamkan kedua matanya seraya menghela nafas.

"Percayalah Reza, ini salah paham. Kau harus mengerti posisiku. Aku tidak-"

"Aku lelah Anna" Reza bergegas pergi. Mengambil kunci mobil di atas meja rias dan membanting pintu kamar.

Anna menangis histeris. Terlalu banyak cobaan di rumah tangganya ini. Ia sakit hati dan kecewa tidak di percayai oleh suaminya sendiri. Padahal mana bisa Anna berpaling hati sementara ia mencintai Reza. Bahkan sangat mencintai pria itu.

Perlahan pintu kamar terbuka. Sosok bertubuh mungil masuk dan melangkah dengan pelan ke arah suara isak tangis sang ibu.

"Mommy... Mommy menangis?" tanyanya dengan suara yang menggemaskan dan raut wajah yang polos.

Anna mendongakkan kepalanya. Seketika bebannya berkurang sejenak melihat Ezar datang. "Sayang... Mo-mommy tidak menangis kok" Anna mencoba tersenyum seraya menyeka air matanya.

Anna memberikan isyarat agar Ezar duduk di pangkuannya. Ezar pun duduk di pangkuan Anna. Namun ia terus memperhatikan wajah ibunya.
"Apa mommy di gigit monstel lagi?" tanya Ezar dengan polosnya.

Anna seketika menahan isak tangisnya karena ia membayangkan monster yang di maksud Ezar adalah suaminya, Reza.

Anna menganggukkan kepalanya. "Tadi ada monster, dan daddy sudah pergi membuangnya jadi tidak akan ada lagi monster di rumah kita" Anna mengelus rambut kecoklatan tua milik anaknya.

"Oh begitu ya mom. Mommy Ezar ingin susu"

"Yasudah ayo"

Tbc

Acieee aku kembali dengan chapter yg sangat gak jelas ya Masha allah 😥 tapi ya sudahlah. Setelah sekian lama aku gak update ini lumayan panjang lho. Keriting jempol aku typingnya.

Mohon kritik dan saran ya. Bisa message atau komen aja jg boleh 😂😘 pake bahasa yg sopan. Kalo gak sopan sorryso aku block ntar.

Oh iya. Utk updatenya aku juga belum pasti nih ke depan kaya apa. Masih banyak tugas. Maklum mahasiswi hehe 😶😶

Continue Reading

You'll Also Like

199K 22.5K 80
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
153K 9.1K 41
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
119K 12.6K 19
[Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar membaca ta...
525K 20.4K 49
Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena kenakalan nya dan memiliki sahabat yang sam...