Child For Husb

By karaveekaa

7M 396K 19K

Sebuah pertemuan yang berakhir dengan pernikahan. sama-sama saling menguntungkan. "menikahlah denganku dan b... More

PROLOG
1.MALAIKAT PENYELAMAT
2.FIRST
3.MERRY ME?
4. FOR JEHAN
5. PERSIAPAN
6. WEDDING
7. WAITING
8. HAPPINESSS
9. SEWING
10 MY EVERYTHING
11. COREZ
12. HUG
13. PEMAKSA
14. DIA PERGI
15. SUPERMARKET
16.SORRY
17. BROKEN
18. PANTI ASUHAN
19. TAK BERDAYA
20. MALAM LUKA
21. DAMN I MISS U
22. DEAR REZA
23. SADNESS AND HAPPYNESS
24.STRONG
25. HUG ME?
26. HUG ME (2)
27. EX-GIRLFRIEND
28.CUTE TWIN
29. MAMER
30.OLIV STORY
31.LEEFA&ANNA
32.OH NO GOD!
33.HAPPINES
34. SIMON MISTAKE
35.TUAN LABIL
36.DIA
37. WANNA MOMMY
38. MISSING MOM
39. MIRA & OLIVIA
40. WEEKEND STORY
41. HARRY?
42. DIA YANG SAKIT
43. MIMMY AND DIDDY
44. TUAN MALAS MAKAM
45. SIMON FAMILY
46. EZARON 1TH
47. KEHANGATAN
48. PESTA
49. DASI GARIS-GARIS SHIT!
50. SHARA
51. AKU BERHAK
52. AKU MEN...
53. JANGAN TINGGALKAN AKU!
54. MAAFKAN AKU
55. MENIKAHLAH DENGANKU
56. ANAK KEMBAR
57. CHILD FOR HUSBAND
QNA
59. CHILD FOR HUSBAND
60. CHILD FOR HUSBAND
61. CHILD FOR HUSBAND
62. CHILD FOR HUSHBAND
63. CHILD FOR HUSBAND
INFO!
64. EZARON BIRTHDAY 2 TH
65 ENDING~
AUTHOR NGOMONG
IMYM PUBLISH
NEW STORY

58. CHILD FOR HUSBAND

86.5K 5.1K 62
By karaveekaa

Seperti janjiku terakhir kali. Ini aku berikan plus sama THR ya...
Meskipun lebaran udah lama lewat, ya gakpapa lah ya. Semoga dosa2 aku udah kalian maafkan... 😚

"Aku tak percaya kau datang tuan" ucap Simon memulai lebih dulu percakapan mencanggungkan antaranya dengan mantan atasanya itu.

Lihatlah bahkan Simon masih menggunakan embel tuan pada Reza.

Reza hanya menanggapinya dengan senyuman kecutnya arau lebih kelihatan mengejek.
"Karena paksaan. Jangan besar kepala" bisik Reza pelan sehingga hanya Simon yang dapat mendengarnya.

Simon hanya tersenyum tipis. Ia cukup terbiasa dan kebal atas sifat maupun sikap Reza yang dingin dan rada sombong. Ia juga melihat Anna dan juga Shara. Ia akhirnya percaya kalau memang Anna tidak pergi dari rumah itu. Kenapa? Apakah suratnya telah mengubah keputusan Reza untuk tetap menjadikan Anna ibu bagi anaknya dan bisa tinggal bersama. Jika itu benar, Bagus!

"Kau juga masih belum berubah" ucap Simon datar seraya tersenyum manis.

"Banyak bicara" gumam Reza sambil memutar bola matanya jengah dan beralih menyalami seorang wanita yang berdiri di samping Simon dengan gaun Indah pernikahannya.

"Selamat bahagia aras pernikahan kalian"

"Ah iya... Terima kasih sekali"

"Selamat bahagia Simon" ucap Anna,  ia lalu menunduk dan menyuruh Ezar untuk menyalami Simon.
"Salam dengan uncle Simon sayang"

Dengan patuh... Ezar yang tadinya diam memeluk kaki sang mommy langsung mengulurkan tangannya untuk menyalami Simon. Ia menatap Simon takut-takut. Lalu saat melihat Simon tersenyum tulus kepadanya. Ezar kecil ikut tersenyum dan menyembunyikan wajahnya di balik gaun panjang yang Anna kenakan.

"Anak pintar. Dia benar-benar mirip tuan Reza" ucap Simon tanpa sekalipun melirik Reza kembali. Meskipun Reza masih mendengar ucapan pria itu karena sedang berdiri di hadapan Mira.
"Ini kali pertama aku berjumpa dengannya. Dan dia langsung besar saja. Dia juga sangat tampan ya" Simon tertawa pelan sambil mengelus Puncak kepala Ezar.

"Haha... Terima kasih Simon. Sering-seringlah main ke rumah. Reza juga pasti menunggumu, kalian kan dulu sangat dekat"

Simon terdiam sejenak sebelum tersenyum memaksa dan menganggukkan kepalanya.
"Ah eng... Iya... Lain kali... Ya... Pasti" ucapnya sambil membuang wajah.

Acara terlewatkan dengan sangat Bagus. Anna dan juga Shara cukup menikmatinya. Ezar juga berkenalan dengan banyak anak-anak tamu yang seusia dengannya. Anna sampai pusing melihatnya berbicara bahasa planet dengan sebangsa Ezar. Berbeda dengan Reza yang kurang menikmati acara ini, berkali-kali Reza meminta pulang dengan alasan dia risih di tatap banyak orang, terutama wanita. Hell no! Dia seorang daddy dengan satu anak... Ayolah jangan berharap yang tidak-tidak.

×××××

Pagi ini, Anna bangun dan langsung menarik gorden kamar yang menutupi jendela besar kamarnya. Cahaya matahari langsung masuk dan menerpa wajah Reza yang masih tidur di atas ranjang.

"Astaga Anna" ucap Reza kesal sambil membuka mata.
Anna kesal karena pria itu masih bermalas-malasan di atas ranjang padahal ia harus berangkat ke kantor segera.

"Bangun, kau harus ke kantor"

"Iya"

"Sekarang Reza bangunlah"

"Iya Anna yang cerewet'' kata Reza penuh penekanan.

"Jika begini kau temani saja aku belanja ke market, aku harus belanja bulanan" kata Anna sambil mengambil sebuah kertas di atas meja riasnya.

Semalam setelah makan malam bersama. Bi Hasri memberikan Anna sebuah catatan yang berisi tentang segala barang yang sudah mulai habis, baik di dapur maupun barang-barang untuk bebersih. Ternyata cukup banyak juga yang harus di belanjakan. Dan sebenarnya untuk masalah ini, meminta bi Ida ataupun Mika untuk berbelanja pun masalah yang gampang. Tapi, Anna ingin pergi sendiri karena ia sudah lama tidak keluar untuk belanja. Bulan lalu Mika yang belanja dengan Taylee. Maka minggu ini Anna yang harus ke market.

Oh tunggu! Membawa Ezar mungkin akan membuat bocah kecil itu senang.

"Hahh belanja? Tidak mau" ucap Reza ogah.

"Kenapa?"

"Wanita itu jika belanja akan sangat lama. Aku tidak punya banyak waktu untuk di buang dengan sia-sia"

"Tidak sia-sia"

Reza bangkit bangun dari tidurnya dan mengambil posisi duduk. Ia mengambil tab di sampingnya dan melihat jadwal kerjanya hari ini.

"Tidak bisa, aku meeting hari ini"

"Astaga! Jika meeting bergegaslah mandi. Jangan membuat mereka kesal menunggumu terlalu lama" cerocos Anna. Ia kesal, Reza mengatakan ia punya jadwal hari ini tapi ia kelihatan santai dan tidak sibuk sama sekali.

"Ayolah nona manis... Jangan membuatku harus ke dokter THT, suaramu sangat keras. Aku meeting pukul 09:30 dan ini masih 07:15" sahut Reza sambil membanting pelan tab itu ke samping sisinya dan kembali menjatuhkan kepala ke atas bantal.

Anna tak mau mengurus pria itu lagi. Ia segera mandi dan membereskan diri selagi Ezar kesayangannya belum bangun. Jika sudah bagun... Maka daftar pekerjaan Anna akan banyak sekali.

Selesai mandi dan berkemas dengan baju yang simple untuk ke market nanti. Anna bergegas ke kamar samping karena tadi Ezar sudah terdengar menangis. Anna membuka pintu dan melihat anaknya itu mencoba untuk keluar dari box bayinya.

"Hey... Hey... Son good morning. Sini sayang mommy gendong" Anna dengan langsung menggendong anaknya.

Dengan lembut ia menghapus bekas air mata yang membekas di pipi Ezar. "Uh... Jangan menangis sayang, kan pipimu jadi merah. Nanti mommy gigit ya"

"Angan" sahutnya dengan lucu dan menyandarkan kepalanya pada bahu Anna dengan manja.

"Haa.... Sayang... Sayang... Tidak papa, nanti selesai sarapan Ezar ikut mommy pergi mau?"

Ezar menatap sang mommy dan menganggukkan kepalanya dengan polos.

"Mau? Oke... Kita belanja ya. Nanti Ezar mommy belikan ice cream coklat. Ezar suka?"

Ezar langsung tersenyum dengan lebar saat ibunya dengan baik hati mau membelikannya ice cream kesukaannya.
"Iya... Eal syuka mimmy"

"Yasudah sekarang mandi dulu ya. Terus kita makan lalu pergi" kata Anna sambil menggendong Ezar dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Diddy?"

"Daddy? Daddy tidak ikut sayang, daddy ke kantor. Tidak papa ya, kita pergi sama mbak Mika"

"Iya mimmy"

Tak lama Ezar sudah siap. Bi Ida datang dan menuntun Ezar berjalan ke lantai bawah. Sudah terdengar suara dentuman dari arah dapur dan Bau-Bau sedap masakan Mika yang enak tidak terkalahkan pun sudah tercium aromanya. Itu menandakan sebentar lagi akan sarapan pagi.

Anna membuka pintu kamarnya memastikan kalau Reza sudah bangun dan mandi.

Oh syukurlah... Anna tidak jadi marah karena ia sedang melihat Reza sudah rapi tengah menyisir rambutnya yang sedikit coklat tua ke belakang.

Cepat juga Reza mandi dan berkemas.

"Ayo sarapan" ajak Anna seraya memperhatikan Reza dari dekat pintu kamar.

"Hmm"

"Mau ku bantu memasangkan dasi?" tawar Anna.

Reza langsung meletakkan sisir rambut di atas meja rias dan mengambil dasinya lalu di berikan kepada Anna. Anna tersenyum dan menerima dasi itu.

Dengan baik Anna memasangkan dasi biru muda itu pada leher Reza.
"Reza"

"Hm"

"Jika aku tiada, apa akan ada wanita lain yang akan memasangkanmu dasi?"

"Maksudmu?" Reza memegang pergelangan tangan Anna. Menghentikan gerakan tangan wanita itu yang tadinya sedang memasang dasi di lehernya.

Anna melihat pergelangan tangannya yang Reza sentuh. Lalu ia mendongakkan kepalanya mencoba menatap mata biru Indah pria itu.

"Sebentar lagi pangeran kita akan berumur dua tahun kan?"

"Aku bisa memasang dasiku sendiri" Reza membalikkan badan dan melepaskan tangan Anna yang belum selesai memasangkan dasinya.

Anna menghela nafas. Ia tahu Reza tidak pernah mau membahas hal yang sangat penting ini. Dari pada mood pria itu berubah buruk. Anna segera membuka pintu kamar.

"Kami menunggumu di bawah" Anna lalu menutup pintu.

Reza membelakangi Anna sehingga ia tidak melihat mata penuh kesedihan wanita itu.

Dasinya belum selesai terpasang dengan rapih. Reza mendudukkan dirinya di sofa dan menatap foto pernikahannya dengan Anna.

"Aku tidak suka membahas ini" gumamnya sambil menghela nafas.

×××××

Selesai sarapan pagi. Reza hendak ke kantor. Tapi ia ingat kalau Anna akan belanja bulanan sehingga ia kembali duduk di kursi meja makan.

Sebelum bersuara. Ezar sudah lebih dulu berbicara.

"Diddy... Eal mau duduk di syitu" tunjuk bocah itu ke arah pangkuan Reza.

Melihat itu. Anna langsung meminta pengertian anaknya. Reza sedang dalam mood buruk, kelihatan dari dia banyak diam. Anna langsung memegang tangan Ezar dan berkata.
"Duduk sama mommy saya ya sayang. Jas daddy nanti kusut" kata Anna dengan lembut.

"Tidak masalah, bahan pakaianku bukan bahan murahan. Lagi pula biarlah kusut demi anakku sendiri" kata Reza tanpa menatap Anna. Ia langsung mengambil Ezar dari kursi makan khusus untuk anak sekecilnya.
"Sini duduk dengan daddy"

Reza kembali menatap Anna yang tengah diam memotong kecil-kecil roti selai coklatnya.

"Jadi belanja?" tanya Reza datar sehingga benar-benar kelihatan Reza sedang tidak dalam mood baik.

"Iya" sahut Anna seadanya.

"Kartu belanja yang kuberikan masih ada kan. Gunakan saja semaumu" kata Reza sambil mengelus-elus pipi anaknya.

Anna tiba-tiba mengingat sesuatu. Ia menepuk dahinya. Sendok dan garpu yang tadi ia pegang sontak terjatuh ke atas pingin hingga terdengar dentingan keras.

"Haduh! Kartu itu tidak tahu ku letakkan dimana. Sepertinya di dalam tas hitamku. Ya ampun... Akan kucari sekarang"

"Tas hitammu kan ada banyak sekali. Atau memang sudah hilang?"

"Tidak, tidak hilang. Tidak masalah, aku pastikan sekarang kalau kartu itu masih ada padaku" Anna hendak bangkit dari kursinya. Tapi dengan cepat Reza menyela.

"Ambil saja blackcard itu, mungkin kau juga ingin belanja. Itu unlimited gunakan saja" Reza menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam bertusliskan unlimited.

"Ah ti-tidak apa-apa aku-"

"Sayang... Daddy berangkat dulu ya. Ezar baik-baik di rumah. Main sama mbak Mika sama maid-maid yang lain ya"

"Dah... Diddy"

"Cium daddy dulu" Reza menundukkan pipinya dengan jari telunjuk menunjuk pipinya bertanda agar sang anak mencium pipinya.

Ezar tertawa pelan dan mencium pipi sang daddy hingga menimbulkan suara yang khas.

Reza pun mengambil tas kerjanya dan beranjak pergi tanpa menoleh ke arah Anna sekalipun lagi. Saat ia hendak masuk ke dalam mobil mewahnya yang telah terparkir di depan rumah.

"Reza" langkahnya kembali terhenti dan membalikkan badan ke belakang. Ia melihat Anna tengah berlari sambil memegang kartu itu.

"Jika kau masih ingin membahas tentang kartu itu maka sudahlah. Aku bukan suami yang perhitungan atau pelit pada istrinya sendiri. Sudah ku katakan pakailah kartu itu. Ambil saja itu untukmu" kata Reza dengan nada suara yang cuek. Ia membuka pintu dan memasukkan tas kerjanya ke dalam mobil lalu kembali menatap Anna.
"Aku tidak pernah melihatmu belanja" Reza meletakkan tangannya pada bingkai jendela mobil.

"Be-begini. Ada beberapa kartu kredit yang kau berikan padaku. Dan sekarang kau malah memberikannya lagi. Kurasa itu tidak per-"

"Kau ambil atau aku buang kartu itu?"

"Baiklah" pungkas Anna sambil meremas kartu kredit unlimited pemberian Reza itu.

Reza masuk ke dalam mobil dan Anna tanpa suara melihat mobil itu yang kian menjauh dari rumahnya hingga tak terlihat lagi.

Anna kembali menatap kartu di tangannya. Ia menghela nafas lagi. Sudah ada banyak kartu kredit dengan jumlah yang tak terhingga di dalam dompetnya.

×××××

Mobil putih keluaran baru bulan ini terparkir di deretan mobil lain di sebuah market besar.

Taylee buru-buru membuka pintu sang nyonya. Anna keluar sambil mengucapkan terima kasih pada Taylee yang dengan baik hati membukaan pintu untuknya. Lalu Taylee membuka pintu satunya lagi. Mika keluar dari dalam mobil sambil menggendong Ezar.

"Ezar jalan saja ya nak. Nanti mbak Mika bisa kelelahan jika mbak Mika gendong Ezar terus" kata Anna dengan lembut pada anaknya.

"Tidak papa nyonya" kata Mika.

"Tidak Mika, kau itu kurus. Tenagamu tidak banyak. Lagi pula aku tidak ingin Ezar di manja terlalu berlebihan" kata Anna sambil tersenyum ke arah Mika. Lalu menatap Ezar kembali yang masih dalam gendongan sang koki rumah sekaligus pengasuhnya kini.
"Ezar kita jalan sama-sama ya?"

"Iya mommy" sahut anak itu dengan suara lucu.

"Anak pintar" gumam Anna.

Mika membantu Ezar turun dari gendongannya lalu ikut memegang sebelah tangan kiri mungilnya. Sedangkan sang nyonya memegang tangan kanan sang tuan mudanya itu. Sebelum pergi, Anna membalikkan badan ke arah Taylee yang masih berdiri di tempat semula menatap mereka.

"Taylee, jika kau bosan kau boleh pergi. Nanti akan ku kirim pesan jika kami sudah selesai" kata Anna.

"Tidak masalah nyonya, sudah menjadi kewajiban saya menunggu nyonya selesai berbelanja, se... Selama apapun" kata Taylee sambil tersenyum sedih mengatakan selama apapun. Mika yang melihatnya langsung menahan tawa.

Anna menganggukkan kepalanya dan langsung pergi bersama Mika dan Ezar. Punggung mereka kian jauh, Taylee menghela nafas dan bergumam.

Aku tidak sanggup mengambil resiko berat jika tuan tau aku tidak menunggu istrinya selesai berbelanja.

×××××

Anna dan Mika sedang memilih-milih sabun dan kurang memperhatikan Ezar yang berdiri tak jauh di dekat mereka.

BRUKK

Suara benda jatuh mengalihkan pandangannya Anna dan Mika.

Ezar tak sengaja menjatuhkan sebuah botol sabun seorang pria.

Anna langsung menghampiri anaknya dan meminta maaf pada pria yang tengah mengambil kembali botol sabunnya yang tak sengaja di jatuhkan oleh seorang bocah itu.

"Maafkan anak saya tu-"

Pria itu mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang cukup halus dan familiar di pendengarannya.

"Anna?"

"Jehan?"

Continue Reading

You'll Also Like

661K 8.2K 32
YAOI/GAY/HOMO/NFSW/BOYSLOVE (bukan boy pussy) Jangan salah lapak bro, kalo gak nemu cerita yang lo mau di sini pindah aja. Isinya oneshoot atau mun...
87.1K 7.1K 23
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
1.3M 9.1K 18
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
653K 64.8K 40
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...