WHAT IF? (mark + koeun)

By day202

45.6K 5.5K 2.1K

What if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi... More

Love At First Sight
Rainy Girl
Toy
Dance Dance Dance
Walk You Home
Sorry
Be Happy, I'm Sorry
Sweet Little Secret
Baby Step
Couple Things
Library
Runaway
Classmate
Baby Don't Like It
Nanya Dong
A Pair Of Eyes
The First Chatting Session
Try Again
Friendzone
Some
Hairstyle
Is It The End?
Paper Plane
You'll Be Okay
Memory Of The Wind
Unspeakable Word
Little Peck
She Is Gone
Late Night Cafe
A Hug
Make Her Smile
Retrouvailles
Admirer
Sunday Morning
It's Fine
Waiting
I'll Be There
Distance
Words
Her House
Unfaithful
Dream Stage
Espresso
Rendezvous
Science
Give Up
Rainy Morning
Balcony
Beautiful Goodbye
Missing You
Angel
Another
Amnesia
Stand By Me
Candy Shop
F.W.B
Love The Way You Lie
First Love
Insecure
Listen To This Song
New York
Moonlight
Reverie
Comfort Zone
Feeling
Something Forgotten
Two Hearts
Secretary
Christmas Gift
Pit A Pat
Festival
Announcement
Distance
Secret
Sophie
Double Date
New Start
Way To Get You
Watermelon Lipbalm
!!! Mau Promosi !!!
Time Machine
Gotta Be You
Drivers License
Straight To You
Happy
Rumit

3 a.m

684 62 29
By day202

In which, he always miss her in the middle of the night

Mark menghela nafasnya lelah. Hari ini memang cukup panjang baginya. Harus bangun pagi dan mengikuti perkuliahan lalu di siang hari kembali bekerja menjadi pramusaji disalah satu fine dining di Vancouver hingga larut malam.

Rasanya seluruh beban didunia ini hanya tertumpu di pundaknya.

Berat dan melelahkan.

Laki-laki itu melirik sekilas kearah jam dinding yang tergantung diatas televisi diruang tamu apartemennya yang tidak besar ini. Pukul 12 malam. Besok pagi, ia harus kembali ke kampus dan menerima pelajaran yang sangat membosankan. Lalu kembali ke tempat dimana ia bekerja sambilan. Dan berakhir kelelahan ditengah malam.

Begitu terus setiap harinya.

Dia jadi merasa menyesal telah meninggalkan keluarganya di Korea sana hanya untuk mendapatkan pendidikan di negeri yang jauh ini.

Kalau saja Mark tidak memilih belajar ke luar negeri, mungkin saat ini dia masih bisa merasakan angin musim semi sambil bergandengan tangan dengan kekasihnya.

Koeunnya.

Hah, Mark merindukan Koeun. Tapi dia cukup lelah untuk menghubungi gadisnya.

Akhirnya laki-laki itu memilih untuk membersihkan tubuhnya sebelum pergi tidur. Mungkin mandi bisa membuat dirinya lebih segar kembali.

Selepas 10 menit, Mark keluar dari kamar mandi lengkap dengan pakaian tidurnya. Kaos hitam polos dan celana piyama hitam yang pernah Koeun berikan saat laki-laki itu hendak pergi ke Kanada untuk pertama kalinya. Handuk putih kecil tergantung dilehernya. Rambut laki-laki itu juga masih sedikit basah. Tapi Mark tak peduli.

Dia terlalu lelah meski hanya untuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Kalau saja Koeun ada disana, gadis itu pasti sudah mengomelinya.

Mark tambah merindukan gadis itu. Apa yang sedang ia kerjakan ya sekarang?

Laki-laki itu menaiki single bed-nya dan merebahkan diri disana. Pandangannya lurus menatap langit-langit kamar. Ini memang menjadi kebiasaan Mark sebelum tidur. Menatap kearah langit-langit kamarnya dengan pikiran kosong. Seolah mencoba menghapus semua beban pikirannya sebelum besok akan diisi dengan beban lain.

Mark mencoba menutup matanya dan tertidur.

Tapi dia tak bisa tidur.

Berkali-kali laki-laki itu merubah posisi tidurnya. Tapi tetap saja matanya tidak bisa terpejam. Padahal tubuhnya sudah luar biasa lelah.

Jangan katakan bahwa insomnianya datang lagi.

Oh gosh, Mark butuh tidur agar besok dia bisa kembali belajar dan bekerja.

Berbagai metode telah dilakukan laki-laki itu untuk membantunya terlelap. Dari menghitung domba, mematikan seluruh penerangan dalam kamarnya dan menyalakan lagu-lagu pengantar tidur dari playlist ponselnya. Tapi tetap saja itu tak membantu sama sekali.

Mark bahkan bisa melihat jika sekarang sudah hampir pukul 3 pagi.

Kenapa kedua matanya tidak terpejam juga?

Menyebalkan.

Kira-kira apa lagi yang bisa ia lakukan agar dapat terlelap?

Mark tiba-tiba ingat perkataan Koeun tiap kali laki-laki itu tidak bisa tidur

"Setiap kau ingin tidur, pastikan meminum segelas susu Mark. Susu dapat membantumu lebih mudah untuk terlelap."

Nah itu dia. Kenapa Mark melupakan hal satu itu?

Akhirnya laki-laki itu bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur untuk mencari sekotak susu. Mark membuka pendinginnya tapi ia tak menemukan sekotakpun susu disana.

Oh, dia lupa lagi untuk belanja bulanan dan susu yang selalu tersedia di pendinginnya sudah habis 3 hari lalu.

Mark menghembuskan nafas kesal lalu mengambil jaket putihnya dan berjalan keluar apartemen. Ya, dia harus membeli susu jika tidak mau nanti pagi matanya memerah karena tidak tidur. Lagipula ada minimarket tepat dibawah apartemennya yang selalu buka 24 jam. Jadi dia tidak perlu jauh-jauh hanya untuk membeli sekotak susu.

Tidak lama setelah laki-laki itu membeli susu, ia kembali ke dapur dan menuangkan susu itu kedalam gelas lalu meminumnya sedikit demi sedikit. Jaket putih yang ia kenakan masih melapisi kaos hitam polosnya. Mark berjalan ringan ke arah ruang tamu dan mendudukan dirinya diatas sofa.

Mark semakin merindukan Koeun dan rasanya perasaan itu tak bisa ia bendung lagi.

Akhirnya Mark mengalah dan memilih untuk menghubungi gadisnya. Dia tidak peduli apakah Koeun akan mengomelinya karena belum tidur dimalam selarut ini.

Yang jelas, Mark butuh mendengar suara Koeunnya.

Nada sambung terdengar begitu lama bagi laki-laki itu. Dan Mark berharap Koeun mengangkat panggilannya sekarang.

"Halo?" Panggilan diseberang sana diangkat dan Mark bisa mendengar suara Koeun menyapanya. "Mark?"

"Hai Eun." Tanpa sadar, laki-laki itu memulas senyum lebar. Memang tidak ada yang bisa membuatnya lebih bahagia dari ini.

"Pukul berapa sekarang di sana?"

"Eumm..." Mark tak yakin harus memberitahu gadis itu. Karena ketika Koeun tahu jika sekarang sudah pukul 3 pagi di Vancouver, maka gadis itu tak segan untuk menutup panggilan darinya dan memaksa laki-laki itu untuk tidur. Tapi Mark juga tak mungkin berbohong padanya. Koeun tidak sebodoh itu untuk tahu jarak perbedaan waktu antara waktu Korea dan waktu di Vancouver itu adalah 17 jam. "Jam 3 pagi?"

"Ya, kenapa menghubungiku di pagi buta begini? Memangnya kau tidak tidur? Besok tidak ada kuliah atau bagaimana?"

Nah, apa kata Mark? Gadis itu akan mengomelinya.

Tapi jujur, Mark merindukan omelan Koeun. Rasanya berbeda saat dia masih bisa melihat gadisnya setiap hari dengan sekarang. Dulu dia bisa mendengar omelan Koeun 24/7, tapi sekarang omelan Koeun sudah seperti barang mewah untuknya.

"Aku tidak bisa tidur."

"Insomniamu datang lagi?"

"Begitulah. Aku lelah tapi aku tetap tak bisa tidur." Mark bisa mendengar Koeun menghela nafasnya diseberang sana. Tapi ada suara lain yang juga masuk kependengaran laki-laki itu. Seperti suara bising. Orang-orang berbicara dan musik-musik yang bercampur. "Eun, kau ada dimana sekarang?"

"Aku? Ahhh, aku ada di Myeongdong. Lami memintaku untuk menemaninya membeli baju untuk pesta kelulusan."

Ah, Lami. Anak sekolahan yang tinggal disebelah apartemen Koeun.

"Pasti melelahkan sekali berbelanja dengan anak itu." Mark terkekeh halus ketika mendengar Koeun tertawa. "Kau tahukan Lami bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membeli sebuah rok."

"Aku tahu. Ini kami sudah berkeliling hampir 3 jam dan anak itu belum juga menemukan pakaian yang pas." Mark sekali lagi tertawa ketika mendengar suara Lami yang berteriak meminta pendapat Koeun untuk pakaian pilihannya. "Tunggu ya Mark, Lami baru selesai mengganti pakaiannya. Dia meminta pendapatku untuk pakaian pilihannya."

"Hmm."

Samar-sama Mark mendengar suara dua gadis itu mengomentari pakaian pilihan Lami. Laki-laki itu tidak tertarik sebenarnya mendengar percakapan mereka. Tapi dia tidak mau mematikan sambungan teleponnya. Dia masih ingin mendengar suara Koeunnya. Dia masih merindukan gadisnya.

"Ah, akhirnya anak itu memilih pakaian yang cocok untuknya. Melelahkan sekali berbelanja dengan gadis merepotkan seperti Lami."

Mark lagi-lagi terkekeh. Sudah berapa kali laki-laki itu terhibur walau hanya dengan mendengar keluhan Koeun? "Sudah belanjanya?"

"Sudah. Sekarang kami akan pergi mencari makan." Suara bising musik yang Mark dengar tadi kini berubah menjadi suara kebisingan lain. Kini suara-suara itu lebih didominasi oleh suara derap kaki, orang-orang yang berbicara dan kendaraan. "Kau sudah makan Mark?"

"Sudah. Aku baru saja selesai meminum susu. Berusaha mengikuti saranmu tiap kali insomnia ini datang."

"Ah, harusnya sekarang kau sudah terlelap dan bermimpi. Bukannya malah meneleponku di pagi buta begini."

"Aku yang menelponmu Eun. Jadi kau tak perlu merasa bersalah sudah mengganggu waktu tidurku."

Mark kemudian mendengar suara Lami yang tiba-tiba menjadi dekat ke telinganya. "Eonni, kau itu sedang berbicara dengan siapa? Kenapa senyum-senyum sendiri begitu? Ah aku tahu, pasti kau sedang berbicara dengan Mark oppa. Iyakan?"

Lami dan keceriwisannya.

"Lami, jangan merebut ponsel milik eonni."

"Ah tapi eonni sedang berbicara dengan Mark oppa kan? Lami juga mau berbicara dengan Mark oppa. Lami kangen Mark oppa."

Mark tahu, dua gadis itu sekarang sedang saling merebut ponsel milik Koeun hanya untuk berbicara dengannya.

Hah, dua gadis yang kadang merepotkan.

"Iya tapi sebentar, eonni masih berbicara dengan oppa-mu ini."

"Kalau begitu kita video call saja. Jadi Mark oppa bisa langsung berbicara dengan kita berdua."

Oh, ide Lami terdengar bagus juga.

Kenapa Mark tidak kepikiran untuk melakukan video call? Dengan begitu ia akan leluasa menatap wajah gadis yang ia rindukan itu.

"Mark, Lami ingin melakukan video call. Kau tidak keberatan kan?"

"Tidak masalah. Ayo kita lakukan. Lagipula aku jadi bisa melihat wajahmu dan tidak hanya mendengar suaramu."

"Mark, apa sih?"

Mark yakin diseberang sana, telinga Koeun sudah memerah karena malu.

Wajah Koeun dan Lami adalah dua wajah yang pertama kali muncul dilayar ponsel Mark ketika mereka memulai video call seperti saran Lami.

"Mark oppa, lihat apa yang sudah dilakukan oleh Koeun eonni padaku?" Suara cerewet Lami kemudian memenuhi ruang tamu Mark yang terasa lenggang. "Aku disiksa oleh ibuku. Bawa aku bersamamu ayah!"

"Ya, siapa yang kau panggil ibu dan ayah?"

"Tentu saja kalian. Koeun eonni itu ibuku yang galak tapi sangat perhatian dan Mark oppa adalah ayahku yang baik dan selalu menurut pada ibuku karena takut pada kegalakannya."

"YA KIM LAMI."

"Ayah lihat kan? Ibu selalu membentakku seperti ini setiap hari. Ijinkan aku ikut denganmu ke Kanada sana agar aku terbebas dari omelan ibu dan juga siapa tahu aku bisa mendapatkan jodoh laki-laki Kanada yang tampan dan luar biasa."

Mark tertawa terbahak. Memang tidak ada yang lebih baik dari melihat Koeun dan Lami bertengkar seperti itu. Mereka memang benar-benar terlihat seperti sepasang ibu dan anak yang tidak pernah akur tapi tetap saling menyayangi satu sama lain.

"Lami-ya, kau mau mengencani pria Kanada?" Lami mengangguk semangat merespon pertanyaan Mark. Sedangkan Koeun memelototinya seolah melarang laki-laki itu untuk menanggapi pertanyaan Lami barusan. "Kalau kau mau, putuskan dulu Haechan oppa-mu itu. Baru kau akan kukenalkan dengan teman-temanku disini."

"Ah, kalau begitu aku tidak jadi mencari kekasih orang Kanada. Haechan oppa memang menyebalkan. Tapi tidak ada laki-laki seaneh dia lagi didunia ini. Dia limited edition. Jadi aku tak mau melepaskannya." Lami cemberut kemudian mengangsurkan ponsel milik Koeun kearah pemilik sahnya. "Ini, ponselnya aku kembalikan ke Koeun eonni saja. Lagipula sundae-ku sudah datang. Aku mau makan saja. Sana kalian pacaran saja. Jangan anggap aku ada disini!"

Dan layar berubah sepenuhnya menjadi wajah Koeun. "Ada apa dengan Lami? Kenapa jadi mendadak kesal begitu?"

"Dia baru saja bertengkar dengan Haechan."

"Kalau baru bertengkar kenapa malah membela anak itu?"

"Ya karena tidak lama setelah Lami marah, Haechan datang ke apartemennya sambil membawakan buket bunga mawar yang besar dan boneka teddy bear. Dia kesal tapi tidak bisa marah."

"Astaga, anak itu."

Mark dan Koeun tertawa bersama. Menertawakan bagaimana lucunya hubungan Haechan dan Lami yang dibalas tatapan cemberut dari gadis itu yang tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Mark?"

"Apa?"

"Belum mengantuk juga?"

"Entahlah. Belum sepertinya."

"Tidurlah."

"Tapi aku tidak ingin tidur Eun."

"Aku tak ingin melihatmu kelelahan di pagi hari. Banyak aktivitas yang harus kau jalani. Jangan sampai karena tidak tidur membuatmu jatuh sakit."

Mark tersenyum melihat bagaimana khawatirnya wajah Koeun. Gadis itu selalu terlihat menggemaskan di matanya tiap kali menghawatirkan keadaan Mark.

"Aku masih ingin memandangmu. Aku masih merindukanmu Eun."

Telinga Koeun berubah kemerahan. "Sekarang dengarkan aku, lepaskan jaket putihmu dan masuk kamar. Baringkan tubuhmu dan aku akan menyanyikanmu sebuah lagu tidur."

"Sungguh?" Mark kemudian melepas jaketnya lalu berjalan menuju kamar sambil tetap menatap ponsel yang menampilkan wajah gadisnya. "Aku akan berbaring. Setelah itu nyanyikan aku lagu."

"Iya, akan aku nyanyikan. Sekarang kau cepat tidur."

"Iya nyonya."

Mark sudah berbaring dengan posisi nyamannya. Laki-laki itu masih bisa melihat wajah Koeun dilayar ponselnya. Tidak lama kemudian, Mark bisa mendengar suara gumaman lembut milik Koeun.

Tanpa sadar, matanya menjadi terasa semakin berat. Hingga tak butuh waktu lama, Mark sudah tertidur pulas. Meninggalkan Koeun yang tersenyum di layar ponselnya.

Ah, mungkin ini pengaruh dari susu yang ia minum tadi. Makanya bisa tertidur dengan lelap.

Atau mungkin, ini karena akhirnya Mark bisa mendengar suara dan melihat wajah Koeun lagi. Sehingga lengkap sudah harinya kali ini.

















Somehow, aku ngerasa kalo Lami itu kayak anak gadisnya Markoeun yg super manja sama Mark dan selalu bertengkar sama Koeun tapi juga sayang banget sama Koeun.
Au ah, mereka unyu banget pokoknya lol.
Inget dengerin mukned ya. Lagunya chill bgt. Cocok buat jadi lullaby😃

Continue Reading

You'll Also Like

48 By kevvvvveee

Short Story

284K 28.3K 109
48 oneshoot (Lebih ke ChΒ²)
Hot Journey By mmm

Short Story

165K 944 7
sebuah cerita one/two shoot tentang kenikmatan dunia. 1821+ 🍁jangan report cerita gue 🍁minggir kalo gak suka anjir
103K 8.1K 34
Original story' by rld.oct Preview : "Sebenarnya sejak awal memang sudah jelas bahwa aku sangat mencintaimu , akan tetapi kenapa takdir berkata lain...
928K 59.8K 37
οΌ³οΌ¬οΌ―οΌ· οΌ΅οΌ°οΌ€οΌ‘οΌ΄οΌ₯ Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...