Two Moon [END]

By Shion2

22.3K 2.9K 810

Sekuel dari The Angel Fall in Love. Kisah mereka setelah melewati pertarungan melawan para Ratu dan Raja dar... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

13

451 66 36
By Shion2

Ravien dan Sinka duduk di bangku yang tersedia di dekat stand ice cream tersebut.

"Kenapa kita harus ngabisin ice cream ini dulu?" tanya Sinka, padahal mereka bisa saja jalan-jalan berkeliling sambil memakan ice cream.

"Di sini lebih aman." jawab Ravien.

"Aman?"

"Kalau kita makan sambil berkeliling, kita bisa saja bertemu dengan Bunda atau Stephan."

"Lalu kenapa?"

"Jika Bunda melihatku makan ice cream, aku akan di marahi. Dan jika kita bertemu Stephan, dia akan memakan semua ice cream ku. Jadi menurutku di sini lebih aman." ucap Ravien.

"Lalu bagaimana jika Stephan menemukan kita di sini?" Tanya Sinka.

"Aku akan menyuruhnya untuk langsung membelinya sendiri." jawab Ravien sambil menunjuk stand ice cream lalu kembali memakan ice cream nya.

Sinka merasa gemas melihat sikap Ravien yang seperti itu. Terlebih saat melihat Ravien yang sangat senang bisa memakan ice cream.
"Lalu bagaimana kalau dia tetap ingin memakan ice cream mu?"

"Tidak mungkin, karena ice cream ku sudah habis." Sinka menggelengkan kepalanya, tak habis pikir.
Bagi Sinka, Ravien adalah tipe laki-laki yang sangat unik.
Dibalik wajah dinginnya, ia memiliki sikap seperti anak kecil. Dan hal itu berhasil membuat Sinka gemas padanya.

"Vien.. Bantuin aku dong."

"Bantu? Apa yang bisa ku bantu?"

"Bantu aku ngabisin ini" Sinka mengangkat cup ice cream di tangannya.

"Eh?" Sinka memakan sedikit ice cream nya, lalu menyendokkan ice cream ke arah Ravien.
Jika Sinka tidak memulai hal ini lebih dulu, maka ia yakin 100% jika Ravien akan terus diam.

"Ayo, gak apa-apa kok." Dengan perlahan Ravien memajukan wajahnya untuk menerima suapan ice cream dari Sinka.

Ravien bersumpah ice cream kali ini tak hanya enak, tapi juga bisa membuat dirinya bahagia. Apa karena Sinka yang menyuapinya?

'Apa aku harus selalu meminta Sinka menyuapiku saat ingin makan? Kenapa bisa rasanya berbeda saat aku memakannya sendiri? Padahal kami memesan rasa yang sama. Atau jangan-jangan Sinka itu...' Ravien menatap Sinka yang sedang memakan ice cream nya.

"Ayo, lagi. Aaa.." Sinka kembali menyuapi Ravien.

'Aku rasa tak apa-apa. Setelah pulang nanti, aku akan meminta tolong pada Ayah.' batin Ravien. Ia kembali menerima suapan dari Sinka.
Mereka terus seperti itu hingga ice cream milik Sinka juga habis.

"Ayo kita jalan lagi." Sinka bingung saat melihat Ravien hanya diam sambil terus menatapnya.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa." Ravien berdiri dan berjalan lebih dulu, Sinka menyusul dan menyamai langkah mereka.

Berbeda dengan Ravien dan Sinka. Stephan dan Nadila sedari tadi terus berkeliling memasuki toko-toko yang mereka anggap menarik. Dan selama mereka berjalan, genggaman tangan itu tak pernah terlepas. Dan Stephan juga telah membeli satu baju untuk dirinya dan Nadila.

"Apa kau sekolah?"

"Iya, kamu?"

"Aku juga sekolah, tapi sebentar lagi aku akan pindah. Hmm.. Dimana sekolahmu? Siapa tau aku bisa masuk di sekolah yang sama denganmu." Ucap Stephan. Dalam hati, begitu ia tau dimana sekolah Nadila. Maka ia akan meminta pada Mama nya untuk sekolah di sana.

"Sekarang aku kelas 6 SD. Tapi, sebentar lagi bakal keluar hasil pengumuman lulus. Dan kalau buat lanjutin kemana, Mama ku yang akan memilihkan sekolah untukku."Stephan mengagguk paham.

"Stephan.." Panggil seseorang.

"Mama.."

"Kakak kamu kemana?" tanya Gracia.

"Tuh, di belakang Mama." Tunjuk Stephan dengan ujung dagu. Nampak Sinka dan Ravien yang berjalan menghampiri mereka.

Shani menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan anaknya itu. Bahkan Stephan, adiknya saja sudah berani untuk dekat dan menggenggam tangan Nadila. Sedangkan Ravien? Dia dan Sinka berjalan dengan jarak, tak terlihat seperti remaja yang sedang kencan.

"Kita makan dulu ya?" ucap Shani.

"Maaf Tante. Tapi, Nadila makan di rumah aja."

"Aku juga Bund, tadi udah masak di kos." tolak keduanya. Mereka merasa tidak enak jika harus di traktir makan lagi.

"Baiklah, mungkin kita makan barengnya lain kali aja ya. Sekarang kita pulang."
~~~

Ravien, Sinka, Stephan dan Nadila turun dari mobil.

"Aku pastikan kita akan bertemu lagi, dan jika kita bertemu lagi. Aku ingin melihatmu memakai baju itu." Stephan menyentuh kepala Nadila, lalu memberikan senyum manisnya.

(Anggap aja itu Nadila sama Stephan ya😆)

Di samping Stephan, Sinka tampak mengeluarkan uang dari dalam tas nya. Uang milik Ravien yang ia simpan sebelumnya.

"Ini uangmu." Ravien menggeleng.

"Seharusnya uang itu aku gunakan untuk membelikan hadiah untukmu. Tapi aku tidak tau hadiah apa yang cocok untukmu." Sinka tersenyum. Ia meraih tangan Ravien dan meletakkan uang itu di telapak tangannya.

"Kalau gitu cariin aku hadiah dengan uang ini, dan setelah menemukannya. Kamu bisa menemuiku lagi, untuk memberikan hadiah itu secara langsung." ucap Sinka.

Lagi, dan lagi. Jantung Ravien selalu tak normal saat bersama dengan Sinka. Terlebih saat gadis itu menyentuhnya.

"Jadi aku boleh menemui mu lagi dalam waktu dekat ini?" Sinka mengangguk.

"Baiklah, aku akan segera menemukan hadiah untukmu."

Setelah berpamitan, Stephan dan Ravien kembali masuk ke dalam mobil untuk segera pulang ke rumahnya.
~~~

Setelah sampai di rumah, Ravien langsung keluar dan masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru.

"Ravien kenapa, Ci?"

"Aku gak tau, Gre."
Tak lama terdengar tawa dari ruang tengah.

"Ota kenapa?" tanya Gracia.

"Ah, kebetulan. Aku rasa Shani lebih mengerti apa yang terjadi pada dirimu saat ini." Ravien mengerutkan keningnya. Bukankah Bunda nya tidak mengerti tentang sihir? Lalu bagaimana bisa Bunda nya itu bisa mengerti?

"Ada apa?" Shani, Gracia dan Stephan ikut bergabung bersama mereka duduk di sofa.

Ravien menceritakan kembali apa yang ia rasakan saat bersama Sinka. Mulai dari jantungnya yang terus berdebar, ia yang sering merasa gugup, dan kejadian yang aneh, yang baru saja di rasakannya tadi adalah saat mereka memakan ice cream rasanya jauh lebih enak dan dapat membuatnya senang.

"Nah, betul. Aku juga merasakan hal yang sama. Kecuali saat menyuapi makanan itu, aku belum pernah merasakannya. Mungkin kalau aku bertemu lagi dengannya, aku akan memintanya untuk menyuapiku."

"Astaga. Gak Ayah, gak anak. Sama aja kelakuannya." Gracia terkekeh mendengar cerita Ravien. Hal itu mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun lalu. Saat Vino yang heboh, mengatakan jika Shani telah menyihirnya dan hampir membunuhnya. Setelah Shani menciumnya hingga ia tak bisa berkata-kata karena terkejut. Bahkan Vino menghentikan latihan Okta bersama Delion dan Archy karena hal itu.

"Itu tandanya kamu lagi jatuh Cinta, sayang. Itu bukan sihir. Kamu akan terus merasa bahagia saat dia didekat kamu, selalu pengen liat wajah dia, selalu ingin ketemu dia, selalu suka apapun yang ada di dirinya. Itu perasaan yang di miliki setiap orang, sama seperti perasaan Bunda ke Ayah kamu." Jelas Shani dengan lembut.

"Bunda, aku keluar sebentar ya." pamit Ravien. Ia mencium pipi Shani sebelum ia pergi.

Ravien menuju halaman belakang rumahnya untuk membuka portal menuju Negeri Sihir.
~~~

"Siapa kau?" Kata itulah yang pertama kali menyambut kedatangan Ravien.

"Panglima Arthur, Aku Ravien. Aku mencari Paman Archy." Arthur kembali meneliti sosok anak laki-laki di hadapannya ini. Wajahnya memang mirip. Hanya saja, rambut dan pakaiannya. Sama sekali bukan Ravien.

"Astaga, apa Panglima meragukanku? Aku Ravien, anak dari Panglima Vino. Ini buktinya." Ravien membuka kancing kemeja putihnya kemudian memperlihatkan tato yang terdapat di punggungnya.
Tato itu muncul saat Ravien yang dan Stephan yang sempat mengamuk tanpa sebab ketika tengah berlatih di lapangan sekolah mereka, kejadian itu mengakibatkan kerusakan yang lumayan parah. Vino dan Okta menggunakan sihir untuk  kembali menidurkan kekuatan mereka. Ketika mereka sudah tenang, Ravien dan Stephan pingsan. Vino, Okta, Ratu Naomi, Ratu Manda, dan Arthur yang berada di tempat itu bisa melihat tato yang tiba-tiba saja muncul di punggung Ravien yang saat itu sudah tidak memakai baju, hanya menyisakan celananya saja. Hanya Ravien yang mendapatkan tato tersebut.
Dan sejak hari itu, tato misterius itu menjadi tanda untuk Ravien.

"Aku hanya ingin merubah penampilanku. Jadi, apa aku sudah boleh mencari Paman Archy?" Arthur mengangguk.

"Ia ada di tempat latihan sekolah" Setelah mengucapkan terimakasih, Ravien langsung menuju tempat latihan sekolahnya.

Mata para murid dan guru di sekolah itu tak lepas dari Ravien yang tampak berbeda. Tentunya tak lupa pujian dan panggilan dari para gadis-gadis yang sama sekali tak dihiraukan oleh Ravien.

"Paman Archy.."

"Ada apa Tuan muda?"

"Bisa tolong aku?"

"Apa yang bisa saya bantu Tuan muda?"

"Bantu aku membeli sesuatu untuk seorang gadis." ucap Ravien.

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang."

Setelah kepergian Ravien dan Archy. Berita tentang Ravien yang menyukai seorang gadis begitu cepat menyebar.
~~~

Disinilah Ravien sekarang, ia berdiri di depan pintu kamar kos Sinka.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Ravien mengetuk pintu itu.

"Iya, sebentar." Mendengar jawaban Sinka dari dalam membuat Jantung Ravien semakin berulah.

"Ravien? Ada apa?"

"I-ini, untuk mu." Ravien memberikan boneka Panda yang berukuran lumayan besar pada Sinka.

"Hadiah untukmu." lanjutnya.

"Terimakasih" Sinka memberikan senyum manisnya pada Ravien.

"Sinka, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Kita ngobrol di dalam aja yuk." Ravien menggeleng.

"Di sini saja, aku tidak akan lama. Pamanku menunggu di mobil." Dalam hati, Ravien sudah meniatkan. Jika ia tidak sanggup untuk mengungkapkan perasaannya, ia hanya tinggal berbalik badan dan pergi dari tempat itu.

"Mau ngomong apa?"

"A-ku.. Aku rasa, aku menyukaimu. Dan kata Bunda ku, yang aku rasakan ini Cinta. Jadi, apa kau mau terus berada di sampingku? Dan menjadi milikku saja?" Tanya Ravien dalam satu tarikan napas.

Sinka tersenyum, pernyataan Cinta yang cukup romantis bagi Sinka. Kata-kata Ravien, tatapannya. Sinka bisa merasakan kesungguhan itu.

"Iya, aku mau."

Diam. Hanya itu reaksi Ravien.

"Kenapa?" Tanya Sinka. Ia bingung mengapa Ravien tiba-tiba diam seperti itu.

Ravien meraih tangan Sinka, meletakkan di dadanya.
Sinka bisa merasakan degup kencang itu. Sama seperti yang ia rasakan.

"Aku hanya tidak tau, apa yang harus aku lakukan."
Tangan Sinka yang semula di dada Ravien kini beralih ke pipi laki-laki itu.

"Kamu bebas mengekspresikan diri kamu, setidaknya perlihatkan senyuman kamu, saat kamu senang atau bahagia."

Ravien mengangguk sambil tersenyum.

"Jadi, kita.."

"Iya, aku pacar kamu sekarang." Senyum Ravien semakin mengembang.

Namun tak lama, Ravien tampak berpikir.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sebagai pacarmu?"

"Banyak. Dan salah satunya, kalau kita jalan berdua. Kamu harus genggam tangan aku kayak gini." Ravien mengangguk sambil memperhatikan tangannya yang digenggam oleh Sinka.

"Baiklah, aku mengerti." Ravien melepaskan genggaman tangan Sinka.

"Aku pulang." Ravien melepaskan topi miliknya dan memakaikannya di kepala Sinka.

"Sampai bertemu lagi." Ia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Sinka.

Lengkap sudah kebahagiaan Ravien hari ini. Sinka sekarang menjadi miliknya, dan tidak ada yang boleh menyentuh apalagi merebut Sinka darinya.

😌I'm Back 😎

Gimana?

Wah, hatinya di serang Virus, yang berbentuk seperti hati. Sihir apapun tidak berguna.. 😂😂

See Ya 🙋
Salam Team GreTa&VinShan 

Continue Reading

You'll Also Like

27.4K 4.5K 16
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
87.2K 8.1K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
78.4K 8.5K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
AZURA By Semesta

Fanfiction

220K 10.6K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...