Two Moon [END]

By Shion2

22.3K 2.9K 810

Sekuel dari The Angel Fall in Love. Kisah mereka setelah melewati pertarungan melawan para Ratu dan Raja dar... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

11

460 66 12
By Shion2

"Aku mau ngomong sesuatu."

"Ada apa?"

"Kak, aku pengen Ravien dan Stephan sekolah." ucap Shani.
Kini mereka tengah berkumpul di ruang tengah, Shani lah yang memanggil mereka semua untuk berkumpul di ruang tengah itu.

"Bukankah mereka juga sudah bersekolah?"

"Bukan di sana, tapi bersekolah di sini."

"Kau yakin, Shan?" Okta ikut angkat bicara, pasalnya ia sendiri pun belum begitu percaya untuk melepas anak-anak mereka untuk keluar sendiri di dunia manusia.

"Kamu aja dulu bisa, kenapa mereka gak?" timpal Gracia.

"Tapi waktu itu, Okta sudah sangat dewasa ku rasa kalian tidak melupakan berapa umur Okta yang sebenarnya saat dia masuk sekolah bersama Gracia." sela Vino. Hal itu terlalu beresiko.

"Kamu tega bikin anak kamu kecewa? Kamu tega bikin aku sedih?"ucap Shani dengan sedikit drama. Ia yakin, Vino pasti akan mengabulkan permintaannya.

"Itu hal yang beresiko, Shani." Okta ikut membantu Vino yang terlihat mulai luluh.

Shani melirik ke arah Gracia, ia memberi kode pada adiknya itu. Setelah sama-sama mengerti dengan kode masing-masing. Shani dan Gracia berdiri,

"Kita gak mau ngomong sama kalian kalau kalian gak mau nurutin, apa yang kita mau." ucap Shani.

"Betul, ayo Ci." Gracia menarik tangan Shani untuk pergi meninggalkan dua pria itu yang tampak berpikir keras untuk mengambil keputusan itu.

Sementara itu, di dalam kamar,  tiga anak-anak itu sedang sibuk membicarakan tentang sekolah mereka nantinya.

Ya, Shani dan Gracia sudah menjanjikan pada mereka untuk bisa sekolah. Bahkan Shani juga mengatakan akan menanggung biaya sekolah Sinka, asalkan gadis itu mau untuk sekolah, dan mau untuk menjadi teman anak-anaknya.

"Bunda sendiri yang berjanji? Apa Ayah setuju? Rasanya tidak mungkin." ucap Ravien saat mendengar penjelasan dari Sinka dan Stephan.

"Kak, biasakan menggunakan bahasa anak manusia biasa. Kata Mama sama Bunda biar kita gak gampang ketahuannya. Susah sih, Aku aja belajar dari tadi di ajarin sama Mama udah mulai pusing. Tapi aku udah mulai bisa kan?" Sinka menahan tawa nya mengingat bagaimana Stephan belajar oleh Mama nya.
Jelas Stephan di buat pusing, Mama nya mengajarkannya bahasa gaul anak jaman sekarang. Yang sangat jauh berbeda dengan bahasa sehari-hari ia gunakan.

"Bukan masalah bagiku." jawab Ravien dengan santainya.

"Jadi gimana? Kak Ravien mau ikut sekolah juga?" tanya Stephan

"Kalau kalian sekolah, aku juga akan ikut sekolah." Stephan langsung melompat memeluk Kakaknya itu.

"Mereka seneng banget mau sekolah, Ci." Shani mengangguk. Sejak tadi mereka mendengarkan pembicaraan ketiga anak itu yang tampak bersemangat untuk segera sekolah.

"Pokoknya mereka harus setuju." ucap Shani.

Shani dan Gracia kembali ke kamar mereka masing-masing, dan melanjutkan aksi ngambeknya hingga keinginan mereka terpenuhi.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Entahlah. Shani jika sudah menginginkan sesuatu, dia akan terus memita hal itu."

"Gracia pun seperti itu."

"Mereka kakak beradik yang membuat kita pusing."

Begitulah kira-kira keluhan para Suami yang sedang di landa kebingungan menghadapi sang istri.
~~~

Pagi hari, suasana di meja makan itu tidak seperti biasanya. Shani dan Gracia masih enggan untuk berbicara pada Okta dan Vino.
Bahkan semalam saat mereka tidur, baik Shani maupun Gracia tak ingin memeluk suaminya.

"Ravien sama Stephan habis sarapan siap-siap ikut Bunda ya."

"Kita mau kemana, Bunda?"

"Jalan-jalan, daripada di rumah. Bosen, Mama lagi kesel juga. Mending kita jalan-jalan, entar kita ajak Sinka juga kok. Kita jemput di Kos nya dulu." Sindir Gracia.

"Kalian mau kemana?" tanya Vino.

"Jalan-jalan." jawab Shani.
Vino menghela napasnya melihat sikap Shani.

"Ravien dan Stephan. Setelah makan temui Ayah dan Papa di belakang. Ada yang ingin Ayah bicarakan." ucap Vino lalu berdiri dari kursinya.

"Jangan marah lagi" bisik Vino lalu ia mengecup pipi Shani kemudian pergi ke halaman belakang rumahnya.

"Wajahmu semakin lucu jika marah seperti itu. Tapi aku tidak nyaman jika kau marah padaku seperti ini." Okta melakukan hal yang sama pada Gracia lalu pergi menyusul Vino.

Merasa situasi sudah aman, Shani dan Gracia menyunggingkan senyumnya. Rencana mereka berhasil.

"Kita pergi dulu ya Bunda" pamit Ravien.

"Aku juga" Stephan berlari menyusul Kakaknya.

"Udah aku bilang kan Gre, kita pasti berhasil."

"Iya, Ci."
~~~

"Ada apa Ayah?"

"Kalian benar-benar ingin bersekolah di dunia manusia?" tanya Vino. Keduanya mengangguk.

"Ayah akan mengijinkannya. Tapi ada syaratnya."

"Syarat? Syarat apa Ayah?"

"Kalian tidak boleh menggunakan sihir dan kalian tidak boleh membiarkan orang mengetahui siapa kalian sebenarnya. Dan yang paling penting, kalian harus saling menjaga satu sama lain." ucap Okta.

"Terimakasih Ayah, Papa" keduanya memeluk lelaki yang paling mereka kagumi di dunia ini.

"Bersiaplah, jangan buat Mama dan Bunda kalian menunggu lama. Dan untuk mu Ravien. Jaga gadis mu itu baik-baik."

"Pasti Ayah."

Stephan dan Ravien pun kembali ke dalam rumah untuk mengganti baju mereka.

"Sepertinya, Delion atau Archy akan kembali berurusan dengan yang namanya sekolah. Sama seperti dulu." ucap Okta.

"Ya, mau bagaimana lagi." Keinginan anak dan istrinya itu harus terpenuhi.

"Ci, liat tuh." Gracia berbisik pada Shani, untuk melihat ke arah Ravien yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.

"Bunda, aku ingin memotong rambutku." Shani tersenyum sambil mengangguk pelan. Berbeda dengan Gracia yang tampak melongo mendengar permintaan Ravien.

Pasalnya bocah itu sangat tidak suka jika memendekkan rambutnya walaupun Bunda nya sendiri yang memintanya, dan sekarang. Justru ia sendiri yang meminta hal itu.

"Ayo cepet ambil syal kamu, terus kita jalan." ucap Gracia.

"Aku begini saja. Aku sudah siap untuk pergi." jawab Ravien.

"WHAT?!" "APA?!" Gracia dan Stephan sama-sama meninggikan suaranya karena kaget mendengar apa yang di ucapkan Ravien.

Sebelumnya, Ravien rela mengurung diri di kamar dan tidak ingin pergi ke sekolah jika tidak menggunakan syal nya. Dan sekarang? sungguh Cinta membawa pengaruh besar untuknya.

"Maaf.. Maaf, Ci. Shock aja aku." ucap Gracia saat melihat Shani menatapnya datar. Seolah berkata 'kalian berlebihan'

"Gimana sebelum kita jalan dan jemput Sinka. Bunda potongin rambut kamu dulu, mau ya?" Ravien mengangguk.

Shani yang selalu memotong rambut Vino, Okta dan Stephan. Hanya Ravien lelaki di rumah itu yang tidak ingin di potong rambutnya. Dan kali ini, berbeda.

"Gils.. Gils.. Ini yang namanya Cinta bisa merubah segalanya." celetuk Gracia.

Shani pun mengambil peralatannya di kamar dan membawanya ke halaman belakang.

Shani terlihat sudah mahir mengunakan alat cukur dan juga gunting itu. Dan setelah hampir 20 menit, Shani selesai dengan pekerjaannya.

"Aku.. Tidak terlihat aneh seperti ini Bunda?" Shani menggeleng.

(Ya, anggap aja rambutnya begitu ya pemirsa. 😂)

"Gak kok. Anak Bunda makin ganteng." Shani mencium kepala anaknya itu.

"Ah, aku yakin. Kak Ravien akan jadi idola lagi di sekolah baru nanti." ucap Stephan.

'Semoga Sinka menyukainya.'Ravien tersenyum. Ia tak sabar untuk melihat respon Sinka yang melihat penampilan barunya.




😌 I'm Back 😎

Gimana?

Ciee.. Yang mau sekula.. 😆😆
Ciee.. Yang rambut baru.. 😆😆

See Ya 🙋
Salam Team GreTa&VinShan 

Continue Reading

You'll Also Like

416K 30.7K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
57.1K 10.1K 29
kisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebab...
369K 22.4K 27
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
734K 58.9K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...