Two Moon [END]

By Shion2

21.9K 2.9K 810

Sekuel dari The Angel Fall in Love. Kisah mereka setelah melewati pertarungan melawan para Ratu dan Raja dar... More

1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

6

508 72 14
By Shion2

"Di sini kau rupanya, apa yang kau lakukan? Menghindari Ayah karena rahasia mu kini sudah terbongkar?"

"A-ayah.."

"Kenapa? Kau terkejut karena Ayah tau tentang gadis yang kau sukai itu?" Vino berjalan mendekati putra nya itu.

"Jelaskan pada Ayah sekarang juga." Ravien tidak berani menatap mata Ayahnya. Ketakutannya benar terjadi.

"Maaf Ayah.."
~~~

"Kau menyukai seorang gadis? Dan dia adalah manusia biasa?" tanya Vino. Ravien mengangguk.

"Tatap mata Ayah, saat Ayah berbicara padamu." Ravien mengangkat wajahnya perlahan.

"Jika kau sudah berani mengenal Cinta, kau harus tau caranya berkorban dan berjuang. Sekarang, Ayah tanya padamu. Apa yang telah kau korbankan dan kau perjuangkan untuk gadis itu?"

"Tidak ada Ayah."

"Kalau begitu, kau akan mudah meninggalkannya kelak." ucap Vino.

"Tidak mungkin, aku menyukainya dengan tulus." bantah Ravien. Ia selalu ingin berada di dekat Sinka, meskipun saat ini ia masih belum berani untuk mengajaknya mengobrol lebih dekat. Tapi, bagaimana bisa Ayahnya mengatakan kalau ia akan meninggalkan Sinka.

"Sejujurnya, Ayah juga tidak sepenuhnya mengerti bagaimana manusia mengartikan cinta itu seperti apa. Tapi yang Ayah tau, untuk bisa memiliki Bunda mu. Ayah sudah berjuang dan mengorbankan sesuatu untuk bersama. Dan bagi Ayah, jika kau sudah melakukan hal itu. Hal itulah yang secara tidak langsung menguatkan perasaan kalian. Kau mengerti?" Ravien mengangguk.

Ia sudah mengetahui bagaimana Ayahnya yang lebih memilih di usir dari kerajaannya demi untuk bersama Bunda nya.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan Ayah?" tanya Ravien.

"Duduklah, Ayah juga tidak tau apa cara ini berhasil. Tapi, mungkin bisa membantumu." Ravien mengikuti Ayahnya yang duduk di tanah.
Dan mereka mulai bercerita.
~~~

Sementara itu. Shani, Sinka dan juga Stephan sedang menunggu pesanan ice cream mereka tiba.

"Kamu mau kemana tadi?" Shani lebih dulu memulai obrolan mereka.

"Saya mau pulang, tante."

"Panggil Bunda aja, sama Kayak Stephan dan Ravien. Dan santai saja saat kita ngobrol, anggap aja saya Bunda kamu juga." Sinka mengangguk detik berikutnya ia tampak berpikir, mengingat salah satu pemilik nama yang di sebutkan oleh wanita di depannya saat ini. Ia merasa pernah mendengarnya baru-baru ini, tapi dimana?

"Ravien, dia kakak sepupu dari Stephan. Anak laki-laki yang memakai Syal." Shani mencoba membantu Sinka untuk mengingat anaknya itu.

"Ah, iya. Sinka ingat." Shani tersenyum.

"Oh, iya. Tadi kata Stephan kalau ini belum waktunya kamu untuk pulang kerja. Kenapa kamu sudah ingin pulang? Apa kamu sakit?" Sinka menggeleng.

"Lalu?"

"Sinka baru aja di pecat dari tempat kerja." jawab Sinka.

"Game Over sudah." ucap Stephan tiba-tiba membuat Shani dan Sinka menoleh ke arahnya.

Sadar di perhatikan, Stephan menoleh. Ia menunjukkan cengirannya.

"Hehehe.. Silahkan lanjutkan lagi. Aku sedang main game. Anggap aja aku tidak ada."

"Sejak kapan handphone Bunda sama kamu? Ga sopan ya, ngambil handphone Bunda gak ijin dulu."

"Stephan sudah ijin kok tadi."

"Kapan?"

"Sudah tadi, dalam hati." perlahan ia menggeser duduknya menjauh dari Shani sambil menunjukkan cengirannya, lalu pindah tempat duduk di samping Sinka.
Bisa bahaya kalau Bunda nya menerkamnya karena meminjam handphone tanpa ijin terlebih dulu, Ayah nya yang panglima terkuat di kerajaan saja takut pada Bunda nya.

Shani menggeleng pelan, ia kembali menatap Sinka.

"Sinka sudah punya pacar? Atau orang yang di sukai mungkin?" tanya Shani.

"Eh? Gak a-da Bunda." jawab Sinka.
Shani mengangguk mengerti.

"Jadi, sekarang Sinka kerja Apa? Orang tua kamu dimana?"

"Hmm.."

"Permisi, ini pesanannya." melihat pesanan mereka tiba, Stephan langsung menyimpan handphone Bunda nya dan fokus pada ice cream di depannya.

"Jadi?"

"Sinka.. Sinka sudah gak punya siapa-siapa. Ayah sama Ibu meninggal karena sakit. Makanya Sinka kerja untuk bisa hidup."

"Kamu tinggal dimana?" tanya Shani lagi.

"Sinka tinggal di kos-kosan."

"Sendirian?"

"Iya."

"Kamu suka hal menantang gak?"Sinka mengerutkan keningnya.

"Kamu bisa jaga rahasia?" Sinka mengangguk.

Shani menoleh pada Stephan yang entah sejak kapan sudah kembali duduk disampingnya.

"Ekhm.. Anak Bunda ngapain?" Tanya Shani. Stephan terkejut, ia ketahuan memakan ice cream milik Shani.

Stephan dengan pelan menyimpan sendok ice cream nya kembali di mangkuk ice cream nya yang sudah habis.

"Bunda sering bilang apa ke kamu?"
Tanya Shani. Ia mengambil tissue di meja dan mulai membersihkan mulut Stephan yang belepotan dengan ice cream.

"Gak boleh makan ice cream banyak." jawab Stephan.

"Pinter, itu yang kamu pesen udah gede loh porsinya. Masa mau makan punya Bunda lagi? Bukan Bunda gak mau berbagi atau beliin kamu lagi. Tapi Bunda gak mau kamu sakit. Kamu tau sendiri Mama kamu seheboh apa kalau kamu sakit. Ngerti kan?" Stephan mengangguk. Shani tersenyum, ia mengecup pipi dan kening Stephan.

"Anak Bunda emang pinter." Sinka sejak tadi memperhatikan dalam diam.

Ia tiba-tiba merindukan orangtuanya.
Shani yang menyadari perubahan ekspresi wajah Sinka pun kembali menghadap ke arah Sinka, melanjutkan obrolan mereka yang sempat terhenti.

"Kamu gak sibuk kan?" Sinka menggeleng.

"Bagus. Ayo kita pulang. Sinka ikut kita ya?"

"Tapi.."

"Nanti setelah dari rumah, Bunda antarin kamu pulang." Sinka akhirnya setuju.
~~~

Setiba di rumah Shani. Mata Sinka terus memperhatikan rumah itu, meski tak seperti rumah-rumah bak istana yang besar, yang sering ia lihat di TV. Tapi rumah ini terlihat sangat mewah.

"Ayo masuk." Shani menarik tangan Sinka untuk masuk ke rumah nya.

"Shani? Siapa dia?" tanya Seseorang yang baru saja keluar dari arah dapur.

"Okta, Gre mana?"

"Dia di kamar."

"Papa.." Stephan langsung memeluk Papa nya.

"Okta, Kak Vino sudah pulang?" tanya Shani.

"Sudah. Sekarang dia sedang di tempat latihan, bersama Ravien." Shani mengangguk.

"Ayo, Sinka."

"Kalian mau kemana? Dan siapa dia?"cegah Okta.

"Stephan, tolong jelasin ke Papa ya. Bunda sama Kak Sinka mau ke Ayah dulu." ucap Shani. Stephan pun memberi hormat dan langsung berjalan menuju sofa ruang tengah.

"Sini, Papa duduk dulu." Okta pun mengikuti keinginan anaknya itu.

"Tarik napas, jangan kaget, dan yang paling penting. Jangan melotot ke aku." ucap Stephan memperingati Papa nya itu. Ia sudah hapal dengan reaksi Papa nya jika mendapat berita mengejutkan.

"Yang tadi itu.... Perempuan yang di sukai Kak Ravien" ucap Stephan dengan berbisik.

"APA?!" Stephan langsung menutup matanya tak ingin melihat mama Papa nya melotot ke arahnya.

"Sejak kapan?" tanya Okta dengan nada bicara yang kembali normal.

"Lumayan lama, Aku juga sering menemani Kak Ravien menemui Kakak itu malam hari saat dia pulang kerja." ucap Stephan tanpa sadar. Detik berikutnya ia sadar apa yang telah ia ucapkan.

"Stephan gak ngomong apa-apa tadi, Papa salah dengar."
Dan sebelum Okta memarahinya, ia lebih dulu menyembunyikan kepalanya dengan bantal sofa.

Okta mencoba menarik bantal sofa yang digunakan Stephan untuk menyembunyikan kepalanya itu.
Namun Stephan malah berteriak.

"MAMA.. TOLONGIN AKU.. MAMA.."

"Ada apa ini? Okta? Kamu ngapain Stephan?" tanya Gracia yang tiba-tiba saja muncul.

"Aku bahkan belum menyentuhnya." Okta kembali menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. Anaknya itu tau kelemahannya. Stephan selalu berteriak seperti itu saat ia ingin menginterogasinya.

"Memangnya kenapa sih?" tanya Gracia. Ia duduk di samping Okta, sedangkan Stephan, anak itu lebih memilih duduk agak jauh dari kedua orangtuanya.

"Langsung tanyakan saja padanya. Dia bahkan belum menyelesaikan penjelasannya, tapi dia sudah berteriak lebih dulu." Gracia menoleh ke arah Stephan, anaknya itu hanya menunjukkan cengirannya yang memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Jangan kesel-kesel gitu ah, udah tua ini." Gracia lalu mengecup pipi Okta. Berharap kekesalannya berkurang.

Sementara itu. Shani mengajak Sinka untuk ke tempat latihan keluarga kecilnya itu.

Dan pemandangan pertama yang mereka lihat adalah 'Keindahan'.
Kunang-kunang yang menghiasi malam seakan bersaing dengan Bintang malam itu.
Di kejauhan mereka melihat dua orang lelaki, yang diyakini adalah Vino dan Ravien.

Terlihat Vino sedang merangkul bahu Ravien. Sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang serius, sampai-sampai tak menyadari kehadiran Shani dan juga Sinka.

"Pantes di cariin di rumah gak ada. Ternyata kesayangan aku lagi ngumpul di sini." ucap Shani membuat keduanya menoleh.
Dan betapa terkejutnya Ravien saat melihat gadis yang bersama Bunda nya.

Rasanya ia ingin segera menghilang dari tempat itu sekarang juga. Tapi ia tidak mungkin membongkar siapa dirinya sebenarnya.

"Kak, pulang yuk. Biarin mereka ngobrol berdua." ajak Shani. Ia langsung menarik tangan Vino untuk mengikutinya.

"Sayang, jelasin semuanya. Jujur aja gak apa-apa. Bunda tunggu kabar baiknya ya." ucap Shani sebelum meninggalkan Ravien dan Sinka berdua saja.





😌I'm Back 😎

Gimana?

Cepet ya update nya. 😂Mumpung lagi ada niat nulis.

See Ya 🙋
Salam Team GreTa&VinShan

Continue Reading

You'll Also Like

339K 28.1K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
1.8M 18.5K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
61.9K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
67.1K 13K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...