Child For Husb

By karaveekaa

7M 396K 19K

Sebuah pertemuan yang berakhir dengan pernikahan. sama-sama saling menguntungkan. "menikahlah denganku dan b... More

PROLOG
1.MALAIKAT PENYELAMAT
2.FIRST
3.MERRY ME?
4. FOR JEHAN
5. PERSIAPAN
6. WEDDING
7. WAITING
8. HAPPINESSS
9. SEWING
10 MY EVERYTHING
11. COREZ
12. HUG
13. PEMAKSA
14. DIA PERGI
15. SUPERMARKET
16.SORRY
17. BROKEN
18. PANTI ASUHAN
19. TAK BERDAYA
20. MALAM LUKA
21. DAMN I MISS U
22. DEAR REZA
23. SADNESS AND HAPPYNESS
24.STRONG
25. HUG ME?
26. HUG ME (2)
28.CUTE TWIN
29. MAMER
30.OLIV STORY
31.LEEFA&ANNA
32.OH NO GOD!
33.HAPPINES
34. SIMON MISTAKE
35.TUAN LABIL
36.DIA
37. WANNA MOMMY
38. MISSING MOM
39. MIRA & OLIVIA
40. WEEKEND STORY
41. HARRY?
42. DIA YANG SAKIT
43. MIMMY AND DIDDY
44. TUAN MALAS MAKAM
45. SIMON FAMILY
46. EZARON 1TH
47. KEHANGATAN
48. PESTA
49. DASI GARIS-GARIS SHIT!
50. SHARA
51. AKU BERHAK
52. AKU MEN...
53. JANGAN TINGGALKAN AKU!
54. MAAFKAN AKU
55. MENIKAHLAH DENGANKU
56. ANAK KEMBAR
57. CHILD FOR HUSBAND
QNA
58. CHILD FOR HUSBAND
59. CHILD FOR HUSBAND
60. CHILD FOR HUSBAND
61. CHILD FOR HUSBAND
62. CHILD FOR HUSHBAND
63. CHILD FOR HUSBAND
INFO!
64. EZARON BIRTHDAY 2 TH
65 ENDING~
AUTHOR NGOMONG
IMYM PUBLISH
NEW STORY

27. EX-GIRLFRIEND

92.9K 5.1K 71
By karaveekaa

Selamat membaca



Di pagi hari yang mendung ini. Anna masih duduk diam sendirian di dalam kamarnya. Dia duduk memunggungi pintu kamar inap itu dan diam menatap pemandangan kota dari kaca jendela kamarnya. Kamarnya yang terletak di lantai atas membuat hanya gedung-gedung tinggilah yang bisa ia lihat dan nikmati.

Entah kenapa saat bangun tidur Reza tak ada lagi di sampingnya. Dan saat perawat datang mengganti infus Anna sempat bertanya dimana Reza, tapi mereka juga tak melihat.

Tiba-tiba bayang-bayang tulisan tangan dari surat yang membuat mood Anna buruk terbayang kembali. Leefa, siapa wanita itu? Dari kata-katanya seolah mereka pernah menjadi sepasang kekasih dulu. Tapi apakah iya Reza mempunyai seorang mantan? Kalau iya. Bagaimana rupanya, Anna jadi panasaran bagaimana selera Reza saat memilih wanita.

Anna memejamkan matanya saat merasakan kepalanya pusing. Apalagi tadi pagi dia masih merasakan mual padahal umur kandungannya sudah menginjak Bulan ke 7.

Terdengar pintu kamar ruang inap Anna terbuka tapi Anna tak menyadarinya karena dia asik merasakan pusing di kepalanya.

"Kau baik-baik saja?" suara berat sosok pria dewasa membuat Anna membuka matanya.

Reza berjalan dan duduk di samping Anna. Matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Ak-aku pusing" gumam Anna pelan.

Reza menatap sendu Anna. Dia membayangkan bagaimana selama ini Anna melawan rasa sakitnya tanpa seorang suami.

"Apa kau sering seperti ini?"

"Iya. Dan jika aku minum air putih agak banyak kadang bisa kurang" kata Anna sambil mengambil segelas air putih yang terletak di atas nakas samping brankar, lalu meneguknya.

Tak lama.

"Apa sudah kurang?" tanya Reza.

"Belum, mungkin sebentar lagi"

Reza berjalan ke arah lemari dan membuka lemari itu. Dia melihat beberapa tataan baju Anna di dalam lemari itu. Lalu saat melihat sebuah sisir, Reza mengambilnya.

Dengan sebuah sisir di tangan, Reza kembali berjalan dan duduk di samping Anna.

Anna melihat sisir yang Reza pegang pun merasa bingung.
"Kau mau apa?"

"Menyisir rambutmu"

Anna tak bisa berkata-kata lagi karena dirinya terlalu bahagia saat Reza mau menyisir rambutnya yang agak kurang rapi. Anna seperti seorang Putri.

"Rambutmu semakin panjang ya" kata Reza sambil menyisir rambut panjang Anna.

Anna hanya tersenyum tanpa menjawabnya.

"Apa kau tidak masuk kantor? Kau kan sudah lama sekali tidak melihat perusahaanmu yang di sini"

"Sudah Simon urus"

"Jika aku boleh tau, apakah kau punya seorang mantan?"

Pertanyaan Anna barusan membuat Reza menghentikan sisirannya sejenak dan menatap lurus ke depan. Apakah Anna susah tahu segalanya?

"Mantan?"

"Iya. Kau kan tampan"

"Ah untuk apa kau tahu it-"

"Ada atau tidak?" potong Anna cepat karena dia tahu Reza berbicara hal yang tidak penting.

Sejenak Reza diam lalu menghela nafas.

"Ya" sahutnya singkat.

"Siapa namanya?"

"Untuk apa kau ta-"

"Siapa namanya?" potong Anna lagi.

Reza menghela nafas.
"Leefa" sahut Reza dengan jujur.

Kan benar!

Sontak Anna bangun dari atas brankar dan berdiri di hadapan Reza. Reza hanya diam menatap Anna. Dia sudah pasrah jika Anna sudah tahu tentang Leefa.

"Jadi yang kemarin mengirim surat ke rumah itu mantanmu?!" tanya Anna dengan bentakan. Entah kenapa dia kesal saat tahu Reza punya mantan dan parahnya masih mencari tahu tentang Reza pula.

"Anna dengarkan ak-"

"Untuk apa dia mencari-cari lagi dirimu. Apa kau belum mengakhiri hubungan kalian? Apa kau mempunyai pacar saat aku sedang mengandung?!" bentak Anna marah-marah sambil memegang perutnya yang buncit.
"Kenapa ayah bayiku sangat bajingan?"

"Anna dengarkan aku dulu"

"Iya apa!" sahut Anna tanpa melihat ke arah Reza.

"Apa ini surat yang dia kirimkan?" Reza mengeluarkan sebuah surat dari saku jas yang ia kenakan.

Mata Anna membulat kaget. Dia tak tahu kenapa surat itu bisa ada pada Reza. Padahal seingatnya surat itu dia lempar secara asal ke lantai balkon.

"Anna aku bertanya, apa ini suratnya?" tanya Reza sekali lagi.

Anna menganggukkan kepalanya dengan wajah yang masih kesal.

"Kenapa wajahmu begitu, apa kau cemburu?" goda Reza sambil kembali memasukkan surat itu ke dalam saku jasnya.

"Tidak sama sekali" sahut Anna acuh.

"Aku hanya ingin mengatakan padamu. Kalau Leefa bukan wanita baik-baik. Jadi kau jangan pernah ladeni atau perdulikan dia"

Ucapan Reza barusan seolah mengingatkan Anna.

Saat Anna hendak bertanya lebih jelas. Pintu kamar terketuk beberapa saat sebelum akhirnya Simon masuk.

"Permisi tuan"

"Ya kenapa?" tanya Reza pada Simon yang berdiri di dekat meja bundar.

"Ada beberapa dokumen yang harus anda tandatangani, mari ikut saya. Sudah saya siapkan" setelah mengatakan itu, Simon menundukkan kepalanya sejenak dan tersenyum sebelum akhirnya dia kembali keluar dari kamar.

Reza hanya diam menatap Anna lalu berjalan ke arah pintu.

"Kau mau kemana?" tanya Anna bingung.

"Aku mau ikut Simon sebentar" kata Reza lalu membuka pintu dan keluar.

Tapi tak lama pintu kamar itu terbuka lagi dan Anna sungguh kaget karena pintu baru saja tertutup dan terbuka lagi.
"Kenapa lagi Reza?"

"Aku hanya ingin mengingatkan kata-kataku barusan tentang Leefa" setelahnya Reza kembali menutup pintu.

Anna duduk di sofa sambil membenarkan rambutnya. Duduk di brankar membuatnya jadi rindu duduk di sofa. Dengan malas Anna menaikkan kakinya ke atas sofa dan mulai merilekskan tubuhnya.

Karena posisi yang sangat nyaman dan enak, membuat Anna akhirnya tertidur di sofa hingga tak terasa jam dinding menunjukkan ke angka 3.

Anna membuka matanya dan melihat sekeliling kamar masih sepi, tapi kali ini ada yang berubah dengan dirinya. Jika sebelum tidur Anna tak memakai selimut, tapi entah kenapa dan siapa yang meletakkan selimut di atas tubuhnya.

Pandangan Anna mengarah pada pintu kamar saat terbuka tiba-tiba. Seorang perawat masuk dan tersenyum pada Anna.

"Ibu sudah bagun? Tadi bapak menunggu ibu bangun tapi ibu kelihatan lelap tidunya" kata perawat itu sambil mengecek infus Anna.

"Sekarang kemana suami saya?"

"Bapak sudah pergi bu, tidak tau kemana"

Anna hanya mengangguk.

Tok tok tok!!

Perawat itu baru saja ingin pergi. Tapi seorang tamu yang tidak Anna kenali datang.

"Ah... Ibu ada tamu" ucap sang suster sambil membuka pintu kamar agak besar. Setelah itu dia langsung pergi meninggalkan Anna hanya berdua dengan tamunya.

Anna diam menatap sang tamu, seorang wanita dengan tinggi semampai dan tubuh agak berisi berdiri di dekat Anna. Mereka saling tatap tapi hanya diam. Anna tak mengenal wanita itu.

×××××

Seorang wanita duduk di tepi kolam sambil memainkan ponsel miliknya. Dia sedang menunggu seseorang tapi yang di tunggu belum juga datang. Tak lama sang pelayan datang bersama seorang pria berdiri di belakangnya.

"Nona Leefa, pria bernama Reza itu ternyata sudah menikah. Dan kemarin dia baru saja pulang ke sini, pernikahannya dengan istrinya juga sudah lama. Istrinya sedang hamil, nona"

Jus yang hendak Leefa teguk seketika dia lempar ke sisi kolam hingga gelas jus itu pecah. Entah kenapa dia marah. Pantas saja pesan yang dia kirimkan secara langsung tak pernah di balas, dan apa tadi katanya? Reza sudah menikah?

Katakan, wanita mana yang berani mengambil posisinya?

"Sejak kapan dia sudah bisa melupakan aku?" ucap Leefa pada dirinya sendiri.

"Besok antarkan aku ke rumahnya" kata Leefa pada supirnya itu.

"Mereka sedang tidak di rumah nona, berita mengatakan kalau istri Reza itu sedang perawatan di rumah sakit"
"Oh begitukah? Kalau begitu antar aku ke rumah sakit" kata Leefa enteng pada supirnya sekaligus orang andalannya.
"Aku mau lihat, wanita seperti apa yang mau menampung spermanya" Ucap Leefa sambil mengambil sebatang rokok dan membakarnya, lalu mengehembuskan kepalan asap rokok dari dalam mulutnya.

×××××

"Ha... Hai perkenalkan aku Leefa" Leefa menjulurkan tangannya ke hadapan wanita hamil di depannya.

Wanita hamil di hadapannya masih menatap Leefa bingung sambil mengelus perutnya yang buncit.

Oh dia. Leefa.

Anna masih diam. Dalam pikirannya masih berputar-putar perkataan Reza pagi tadi.

"Aku hanya ingin mengatakan padamu. Kalau Leefa bukan wanita baik-baik. Jadi kau jangan pernah ladeni atau perdulikan dia"

"Kenapa kau masih diam?" tanya Leefa kembali sambil menyentuh tangan Anna.

"Ah iya, maaf. Tadi kau bilang apa?" Anna tergagap malu.

"Namaku Leefa, namamu siapa?"

"Namaku Anna" sahut Anna dengan senyumannya yang lembut dan begitu tulus.

Awalnya ia ingin marah saat tahu mantan Reza bernama Leefa itu datang. Tapi kelihatannya Leefa adalah wanita yang baik-baik, tidak seperti yang Reza katakan. Leefa bersikap tenang sebagai seorang wanita.

"Nama yang Bagus, boleh aku duduk di sampingmu?" pandangan Leefa ke arah sisi kosong di samping Anna.

Anna hanya mengangguk dan mempersilahkan Leefa duduk di sampingnya.

Entah kenapa Anna merasakan kalau Leefa terus memandangnya dengan senyuman. Lalu tangan Leefa menyentuh punggung tangan Anna dengan lembut.
"Kau sangat cantik, kau istrinya Reza kan?"

"Iyaa" sahut Anna.

Leefa terkekeh dan tangannya kini memainkan rambut Anna yang panjang.
"Pasti ada banyak hal buruk yang sumiamu katakan tentang aku" ucap Leefa masih dengan mengelus rambut Anna.
"Benar begitu bukan?" mata mereka bertemu kali ini. Anna melihat tatapan aneh di mata Leefa tapi tak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata.

"Iya" jujur Anna.

Leefa tersenyum dan merangkul Anna. Mereka terlihat seperti sahabat dekat sekarang ini.
"Ngomong-ngomong kau cantik, bahkan sungguh sangat cantik. Sekarang aku tahu kenapa Reza memilihmu sebagai istrinya"

"Terima Kasih tapi, kau juga cantik" balas Anna.

"Oh iya apa kau sudah makan, jika belum ayo-"

"Anna aku-" suara Reza terputus dan kaget melihat siapa yang merangkul akrab istrinya.
"Leefa lepaskan istriku!!"

Sontak Leefa melepaskan tangannya dari bahu Anna dan berdiri.
"Santailah Reza, aku hanya merangkul istrimu. Memangnya kenapa?"

"Kau banyak virus, jauhi istriku!" kata Reza tegas dan menarik tangan Anna dan menyembunyikan tubuh wanita itu di belakang tubuh tinggi besarnya.

"Jaga ucapanmu itu Reza, aku tidak-"

"Memang begitu nyatanya. Sekarang pulanglah!" Reza berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamar itu.
"Keluar!"

Leefa menatap sedih Anna.
"Aku harus pergi, aku akan kembali lagi nanti. Jaga dirimu baik-baik, cantik" kata Leefa mengedipkan sebelah matanya pada Anna lalu langsung pergi.

Saat Leefa pergi. Dengan cepat Reza menutup pintu kamar dan menguncinya. Setelah itu Reza mengehempaskan dirinya ke atas sofa empuk itu dan menatap Anna.
"Kau lupa peringatanku ya?"

"Dia tidak seburuk yang kau katakan. Dia wanita baik-baik, kenapa kau mengusirnya pergi. Itu tidak sopan kau tahu tidak?!"

Reza menggelengkan kepalanya sambil meremas rambut kecoklatan miliknya.
"Kau tidak tahu Anna, kau terlalu lugu untuk memahaminya. Ikuti saja mauku, jangan dekat-dekat dengan dia"

"Kenapa?! Karena dia mantanmu jadi kau melarang aku dekat dengan dia. Dan lagi kau menghina dia virus, kau tahu tidak itu kejam dan jahat?!" balas Anna dengan bentakan.

"Anna aku mohon, dengarkan aku kali ini saja. Jangan dekat dengan dia bukan karena dia mantanku, tapi suatu saat pasti kau mengerti" Reza bangkit berdiri dan berjalan ke arah Anna.

"Aku tak mengerti pola pikirmu yang menurutku selalu saja salah" mata Anna mulai berkaca-kaca.
"Katakan saja kenapa"

"Ya terserah jika menurutmu salah, tapi ini terbaik untukmu" kata Reza.
"Jangan menangis kumohon, jangan" Reza menghapus air mata Anna dan membenarkan letak rambutnya.

Anna hanya diam lalu Reza membantu wanita hamil itu untuk naik ke atas brankar dan menyelimutinya.
"Kau sudah makan belum?" tanya Reza dengan lembut sambil mengelus lengan Anna. Dia begitu memperlakukan Anna dengan baik sekarang ini.

Anna menggelengkan kepalanya. Reza tersenyum dan mengacak pelan rambut Anna.
"Kita makan sekarang ya" Reza mengambil dua kotak nasi di dalam sebuah paperbag dari kolong brankar. Yang ia letakkan setelah melihat Anna masih tidur, lalu ia keluar lagi sebentar.

"Iya"

"Sekarang aku akan menyuapimu dulu. Karena menyuapimu sama dengan menyuapi anakku makan"

Anna tersenyum kecil lalu membuka mulutnya saat Reza mulai menyuapinya makan. Reza tampak diam memperhatikan Anna yang sedang makan. Pasti akhir-akhir ini dia jarang makan karena sibuk memikirkan dirinya. Reza ikut sedih melihat tubuh Anna tidak seperti kebanyakan wanita hamil lainnya, yang cenderung bertubuh berisi.

"Apa kau malas makan saat aku tiada?" pertanyaan itu lolos keluar dari bibir Reza.

Anna mendongak dan menatap Reza sesaat.
"Tidak, hanya saja. Aku selalu lupa untuk makan. Sehingga makanku selalu di ingakan dan di suapi"

"Tubuhmu sangat kurus untuk ukuran ibu hamil. Bagaimana dengan kedaan anakku di dalam sana?" Reza meletakkan sendok dan menyentuh perut Anna yang buncit, mengelusnya lembut seperti sedang mengelus punggung bocah kecil.

Tatapan Anna berubah sendu. Ia merasa bersalah jika anaknya tidak sehat dan kurus seperti dirinya. Tapi tubuh kurus Anna berasal dari sang ibu. Andai ibu masih ada maka Anna akan bertanya, apakah tubuh ibu seperti ini saat sedang mengandung?
Namun sayangnya ibu telah tiada, jadi Anna tak tahu ingin bertanya pada siapa.

"Maafkan aku, aku sudah jahat pada bayi ini" Anna mengelus perutnya di dekat tangan Reza dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi kumohon jangan tinggalkan aku lagi, aku tidak sanggup" ucap Anna dengan suara gemetar pada Reza.
"Aku benar-benar tidak sanggup Reza" timpalnya.

Reza menghela nafas lalu menghapus air mata di pipi Anna, ia juga sedih melihat ibu anaknya sedih.
"Tidak akan lagi" balas Reza dengan suara halus seperti bisikan.

Dia juga sudah muak mendengar nasehat Simon yang selalu memintanya untuk tidak meninggalkan wanita hamil yang satu itu sendirian. Entah kenapa dengan pria berumur 37 tahunan itu.

Tbc

Maaf karena lama update  ya.
Jgn lupa vote sama comment


Continue Reading

You'll Also Like

524K 20.4K 49
Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena kenakalan nya dan memiliki sahabat yang sam...
300K 27.4K 78
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
210K 15.2K 48
Anna pernah berfikir untuk menghidupi dirinya sendiri, apalagi ditengah-tengah zaman yang semakin menunjukkan tingkah bejat Laki-laki dan itu membuat...
211K 3.3K 11
suka suka saya.