Child For Husb

By karaveekaa

7M 396K 19K

Sebuah pertemuan yang berakhir dengan pernikahan. sama-sama saling menguntungkan. "menikahlah denganku dan b... More

PROLOG
1.MALAIKAT PENYELAMAT
2.FIRST
3.MERRY ME?
4. FOR JEHAN
5. PERSIAPAN
6. WEDDING
7. WAITING
8. HAPPINESSS
9. SEWING
10 MY EVERYTHING
11. COREZ
12. HUG
13. PEMAKSA
14. DIA PERGI
15. SUPERMARKET
17. BROKEN
18. PANTI ASUHAN
19. TAK BERDAYA
20. MALAM LUKA
21. DAMN I MISS U
22. DEAR REZA
23. SADNESS AND HAPPYNESS
24.STRONG
25. HUG ME?
26. HUG ME (2)
27. EX-GIRLFRIEND
28.CUTE TWIN
29. MAMER
30.OLIV STORY
31.LEEFA&ANNA
32.OH NO GOD!
33.HAPPINES
34. SIMON MISTAKE
35.TUAN LABIL
36.DIA
37. WANNA MOMMY
38. MISSING MOM
39. MIRA & OLIVIA
40. WEEKEND STORY
41. HARRY?
42. DIA YANG SAKIT
43. MIMMY AND DIDDY
44. TUAN MALAS MAKAM
45. SIMON FAMILY
46. EZARON 1TH
47. KEHANGATAN
48. PESTA
49. DASI GARIS-GARIS SHIT!
50. SHARA
51. AKU BERHAK
52. AKU MEN...
53. JANGAN TINGGALKAN AKU!
54. MAAFKAN AKU
55. MENIKAHLAH DENGANKU
56. ANAK KEMBAR
57. CHILD FOR HUSBAND
QNA
58. CHILD FOR HUSBAND
59. CHILD FOR HUSBAND
60. CHILD FOR HUSBAND
61. CHILD FOR HUSBAND
62. CHILD FOR HUSHBAND
63. CHILD FOR HUSBAND
INFO!
64. EZARON BIRTHDAY 2 TH
65 ENDING~
AUTHOR NGOMONG
IMYM PUBLISH
NEW STORY

16.SORRY

77.5K 4.7K 118
By karaveekaa

Happy reading...

Ketika mobil sedang melaju tiba-tiba saja... Anna menyuruh Taylee menepikan mobil. Taylee mengerem mendadak dan untung saja jalanan memang sepi.

"Kenapa nyonya?" tanya Taylee.

"Aku akan segera kembali" Anna menutup pintu mobil dan keluar.

Mata Anna tak salah. Ia melihat seorang balita perempuan duduk di dekat tong sampah. Gadis kecil itu menangis sambil memainkan bebatuan kecil di dekatnya. Penampilannya kelihatan lusuh dan tak terawat, bajunya kelihatan kotor dan ada banyak debu menempel di kedua pipi tembemnya.

Anna berjalan mendekat dan berjongkok di hadapan gadis kecil itu. "Kau sedang apa sayang? Kenapa sendirian? Mommy dan daddymu mana?" Anna begitu penasaran hingga bertanya pada gadis itu mana orangtuanya.

Gadis kecil itu semakin menangis ketakutan karena di sapa orang yang tak dikenalinya.
Anna langsung tersenyum lagi dan menyentuh kedua bahu kecil si balita itu.
"Uuu... Uuu... Uuu... Jangan menangis sayang. Aunty ini bukan orang jahat"

Di dorong rasa keibuan dirinya yang sedang hamil muda. Anna ikut sedih dan iba menatap gadis kecil lusuh itu yang menangis. Membuat Anna tanpa ragu memeluk tubuh mungil itu, mengusap lembut punggung kecilnya.

"Jangan menangis nak. Ada aunty"

Gadis kecil itu masih menangis tapi membalas pelukan Anna.

"Dimana kau tinggal sayang? Akan aunty antarkan"

Gadis kecil itu hanya diam menggelengkan kepalanya dengan tatapan polosnya itu. Anna mulai bingung, kemana dia harus membawa anak ini. Apakah ke kantor polisi atau dia bawa pulang saja ke rumah. Tapi nanti orang rumah akan melaporkan hal ini pada ya... Kalian tahulah siapa. Siapa lagi kalau bukan tuan besar Reza Albert. Dan dia bisa-bisa jauh-jauh pulang dari Tiongkok hanya untuk mengurus hal sekecil ini.

"Olivia"

Suara seorang wanita membuat Anna menolehkan kepalanya ke belakang. Ada seorang wanita manis berdiri di sana.

"Kau baik-baik saja Olivia? Aku telah mencarimu kemana-mana ternyata kau di sini?" wanita itu memeluk tubuh gadis kecil itu. Ia sepertinya tidak memperhatikan Anna.

"Maafkan Olif bibi, Olif keluar dari panti asuhan tanpa bibi ketahui" kata gadis kecil itu dan memeluk wanita di hadapannya lagi dengan erat.

Ternyata gadis kecil nan cantik itu bernama Olivia, Nama yang Bagus. Pikir Anna.

Saat wanita itu melihat ke arah Anna.
"Oh anda ini siapa?"

"Saya tadi melihat gadis kecil ini sendirian. Mau saya antar pulang tapi ia kelihatannya lupa dimana alamatnya" kata Anna mengelus kepala Olivia.

"Dia salah satu anak asuh saya di panti asuhan"

"Panti asuhan?"

"Iya. Eh namamu siapa?" tanya wanita itu pada Anna.

"Aku Anna Y Albert" Anna mengulurkan tangannya.

Wanita itu membalas uluran tangan Anna sambil tersenyum manis.
"Albert? Sering kudengar di berita-berita. Oh ya namaku Sheira Josuhan, aku-"

"Nyonya Anna" suara berat khas seorang pria membuat Anna dan juga Sheira menoleh ke belakang.

"Taylee? Kenapa?"

"Kita harus ke supermarket kan nyonya? Sebelum kita kesiangan" kata Taylee.

Anna memegang kepalanya. Ah ya dia baru ingat itu. Tapi dia juga ingin tahu kenapa Olivia bisa di asuh di panti asuhan. Apa orang tuanya sudah meninggal atau apa?

"Boleh aku minta alamat panti asuhan itu Sheira?"

Sheira meraba sesuatu di dalam tas sampingnya dan memberikan Anna sebuah kartu berwarna biru.
"Itu kartu namaku. Ada alamat panti asuhannya juga"

"Terima Kasih. Aku akan berkunjung nanti jika ada luang waktu" kata Anna dan kembali ke mobil.

Sheira hanya tersenyum dan melambaikan tangannya pada Anna.

Setelah Anna kembali naik ke mobil. Mobil kembali berjalan.
"Ada apa nyonya?" tanya Mika penasaran. Dia tadi memang melihat Anna berbicara pada seorang wanita dan gadis kecil tapi tidak tahu permasalahannya apa.

"Ah tidak ada. Tadi aku mengira ada anak kehilangan orang tuanya ternyata tidak"

Mika hanya mengangguk mengiyakan. Ternyata Anna orang yang cukup baik, pikir Mika.

×××××

Mobil mewah nan mengkilap yang di naiki Anna, Mika dan juga Taylee menjadi pusat perhatian di supermarket.

Tak berlama-lama di dalam mobil. Anna dan juga Mika langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam supermarket itu.

"Jika nyonya sudah merasakan kelelahan langsung saja hubungi saya" kata Taylee dan langsung membawa mobil ke parkirannya.

Anna mengangguk dan mengikuti langkah Mika yang berjalan memasuki supermarket itu.

Mereka berkeliling-keliling memutari banyak sekali peralatan dapur. Mengambil berbagai keperluan dapur yang memang persediaannya sudah habis. Bumbu-bumbu dapur, selai roti, mie instan, susu, buah dan bla bla bla semuanya masuk ke dalam troly belanjaan.

Setelah berbelanja semua peralatan dapur dan lainnya.  Mika membayar semua belanjaan dan Mika meminta Anna duduk menunggu saja di kursi yang di sediakan khusus untuk menunggu di dekat kasir.

Belanjaan sudah di bayar. Mereka langsung kembali ke parkiran untuk memasukkan semua belanjaan ini ke dalam mobil. Setelah belanjaan masuk ke dalam bagasi dan baru saja Taylee menutup pintu bagasi.

Mata Anna tak sengaja melihat ke arah seseorang.

Jantungnya berdetak cepat. Meremas hatinya kuat-kuat, membuat rasa sakit yang tak bisa di lampiaskan dengan apapun. Demi tuhan katakan kalau ini mimpi! Benar-benar sakit. Keadaan sungguh membuatnya ingin lompat dari atas menara Eiffel untuk mati sekarang ini.

"Jehan kau... Kau tega" bisik Anna parau dengan halus.

Jehan sedang berjalan masuk ke supermarket bersama seorang wanita berparas cantik nan seksi. Wanita yang cukup Anna tahu karena dia pernah melihatnya di TV, Chef Elley. Chef yang cukup populer di kalangan banyak pria.

Terasa begitu sesak di hati Anna saat melihat cintanya terkhianati. Di saat dirinya tengah berjuang sendirian dan ini yang ia ketahui.

Pantas saat di telpon Anna pernah mendengar suara seperti bumbu dapur atau bisa di katakan bawang di potong secara cepat dan di masukkan ke dalam minyak panas sehingga menimbulkan suara yang khas.

Ternyata Jehan sedang menemani Chef Elley.

Tanpa Anna sadari, kakinya perlahan-lahan melangkah mundur. Lalu tanpa Anna ketahui kalau ada tangga di belakangnya.

BRUKK

Seketika tubuh mungil berbadan dua itu terguling dari tangga.

1 2 3 4 5 6 7
Anna terguling di atas 7 anak tangga.

Tubuh Anna terasa sakit. Terlebih pada perutnya yang benar-benar terasa nyeri. Kepalanya di landa rasa pusing.

"NYONYA ANNA?!"

"ASTAGA NYONYA??!"

Hanya terdengar suara panik dan kaget Mika dan juga Taylee sebelum Anna mulai tak sadarkan diri. Terlihat juga secara blur mereka berdua menuruni tangga parkiran dengan cepat. Lalu tubuhnya terasa terayun, sepertinya Taylee menggendongnya.

Annaku? Kau kesakitan ya? Maafkan mommy sayang...

×××××

Sepulang dari melihat lokasi yang akan di bangunnya jembatan yang cukup megah sesuai dengan proyek besar itu. Reza memilih langsung pulang. Sedangakn para kolega bisnisnya yang lain, mereka memilih untuk makan-makan bersama dulu.

Pikiran Reza tak enak sudah sejak kemarin. Tapi ia tak mengatakan hal apapun saat sedang bertelponan dengan Anna. Tadi pagi telponnya juga tak di angkat. Ternyata saat menelpon bi Ida lewat telpon rumah. Ternyata sang maid paruh baya itu mengatakan kalau Anna masih tidur.

Reza mengusap wajahnya kasar. Sedangkan Simon yang sedang menyetir mobil kali ini hanya menatapnya bingung.

"Anda sehat tuan?" tanya Simon kelihatan khawatir.

"Ya. Tapi-" kalimat Reza terputus saat tak sengaja mereka melewati sebuah Mall besar yang cukup terkenal megah di Tiongkok.

"Simon cepat putar mobilnya. Aku ingin ke mall"

"Baik tuan" Simon dengan sigap langsung memutar mobilnya kembali menuju ke mall.

×××××

Semua mata tertuju pada Reza. Namun pria tinggi gagah nan perkasa itu tak mau ambil pusing dengan tatapan wanita-wanita itu. Dia lebih menyibukkan dirinya untuk memilah milih baju. Baju untuk wanita hamil. Reza kelihatan tak ada beban. Tapi Simon yang risih di tatap banyak ibu-ibu hamil yang sedang memilih baju utuk mereka sendiri.

Apa yang para laki-laki itu lakukan di deretan baju hamil wanita?

Mungkin begitulah tatapan-tatapan mereka pada Simon dan Reza.

"Simon, ini cocok untuk Anna?" Reza memperlihatkan sebuah baju berwarna pink soft bermotif bunga-bunga, manis dan cocok sekali jika Anna memakainya.

"Sepertinya kekecilan tuan"

"Tapi kan badan Anna memang kecil"

"Coba yang ukuran satunya lagi tuan" usul Simon menunjuki baju yang sama satunya lagi dengan ukuran yang kelihatan agak besar.

"Ah iya ini kelihatannya pas" kata Reza meletakkan baju yang satunya lagi dan mengambil baju yang ukuran nya lebih besar.

Pada akhirnya Reza membeli banyak sekali baju untuk wanita hamil dengan ukurang yang besar-besar. Semua pakainnya bagus-bagus dan tentu akan cantik jika Anna yang memakainya.

"Semuanya... Sekian sekian sekian tuan" ucap kasir mall tersebut.

''Ini. Ambil saja kembaliannya" Reza langsung mengambil belanjaannya dan langsung pergi.

Simon membantu Reza membawa banyaknya belanjaan dan memasukkannya ke dalam mobil. Setelah itu Reza masuk. Tapi Simon masih di luar, dia kelihatan sedang mengangkat telpon dari seseorang. Sesekali Simon melihat ke arah dalam mobil lalu keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Setelah menyudahi telponnya. Simon masuk dengan wajah memucat dan perlahan menyetir mobil meninggalkan area mall.

"Simon kenapa?" tanya Reza datar.

"Saya akan sampaikan ketika kita sampai di hotel tuan"

Reza merasa heran. Dan entah kenapa dia sulit bernafas. Padahal jendela mobil terbuka. Membawa angin kota masuk ke dalam mobil. Jantungnya juga terpacu cepat tanpa tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Tak lama mereka sampai di hotel. Simon langsung memarkir mobil dan masuk ke hotel dengan banyak tentengan berlogo barang branded di tangannya sedangkan tuannya sudah naik ke lantai atas terlebih dulu.

Baru saja melangkah masuk ke dalam kamar hotel. Suara Reza langsung membuat Simon tegang.

"Apa yang mau kau katakan? Aku mendengarkanmu" kata Reza sambil melonggarkan dasi yang ia pakai.

Simon menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Ia bingung harus memulai pembicaraan ini dari mana. Tapi...

"Simon" suara Reza terdengar terus mendesak Simon untuk bersuara.

"Nyo-nyonya Anna tuan. Nyonya-"

"Kenapa dengan Anna?" potong Reza tak sabaran karena Simon terlalu lama berbicara.
"Jawab aku kenapa?!" Reza bangkit berdiri. Membuat tubuh Simon gemetaran dan bergerak mundur.

"Nyo-nyonya Anna ma-masuk rumah sakit karena terjatuh dari atas tangga parkiran"

"APA?! BAGAIMANA BISA?!! SIALAN!!" Reza murka, marah, kesal dan ingin mengobrak abrik apa yang ada tapi tentu saja itu tak akan mengubah semua menjadi lebih baik.

"Apa yang bisa saya lakukan tuan?" tanya Simon takut-takut.

"Siapkan keberangkatanku kembali. Aku akan mengurus Anna"

"Baik tuan" Simon langsung berlari ke luar hotel untuk mengurus pekerjaan barunya.

Dari dalam kamar Reza kelihatan marah. Ia berjalan ke kamar mandi dan menatap pantulan dirinya yang kelihatan berantakan di sana.

BUMM!!

KRREEAKK!!

Terdengar dentuman keras karena Reza dengan keras meninju cermin itu hingga tak lama berselang terdengar bunyi kaca retak dan butiran kecilnya jatuh ke westafel. Reza menatap nanar ke arah kepalan tangannya yang kini di hiasi cairan kental yang begitu merah.

"Maafkan daddy sayang. Wanita itu memang tak berguna dan becus menjagamu. Pasti kau tengah menahan sakit sekarang ya?"

"Bersabarlah daddy akan segera pulang untukmu"

Reza mengepalkan tangannya menahan rasa sakit bercampur perih yang ada.

×××××

Pukul 09:15

Bertempatan di rumah sakit swasta   President Hospital.

Di sebuah kamar VVIP lantai 8, seorang wanita cantik tengah tertidur lemah di atas brankar dengan sebuah jarum infus tertancap di tangannya. Sudah sejak pagi tadi ia belum sadarkan diri dan tentu saja membuat semua orang cemas. Semua pekerja Reza keringat dingin hari ini. Semua gemetaran ketakutan.

Dan tepat di sisi ranjang pula seorang pria terus menanti kesadaran wanita itu. Pria itu hanya menatap datar ke arah wanita itu. Wajahnya tak mencerminkan apapun, orang tidak tahu apa yang sedang ia rasakan. Menangis? Dia tidak mengelurkan tetesan air mata. Tertawa? Dia tidak sedang terbahak-bahak. Marah? Dia malah kelihatan tenang.

Perlahan mata Anna terbuka dari sekian lama ia terlelap di alam bawah sadarnya. Kepalanya terasa pusing dan punggungnya terasa sakit. Ketika Anna mengingat sesuatu ia langsung memeluk perutnya.

"Kandunganku? Tidak! Bagaimana dengan kandunganku" kata Anna kelihatan cemas sekali. Lalu ia melihat Reza duduk di sampingnya.
"Reza bagaimana dengan-"

"Dia telah tiada" sahut Reza datar begitu pula dengan wajahnya.

Anna mengernyit tak percaya. Tangannya meremas perut yang terasa sedikit sakit. Kemudian menatap Reza dengan tatapan bersalah. Anna menggelengkan kepalanya menyahut kalau semua ini bukan di sengaja.

ANNA KEGUGURAN!

Pintu terbuka, Reza dan juga Anna menoleh ke pintu. Dokter Sella dan Bram masuk bersamaan dengan beberapa perawat yang tadi mengurus Anna. Bram berdiri di kaki ranjang dan dokter Sella yang selaku dokter kandungan segera memeriksa Anna.

"Oh kau sudah sadar Anna? Apa kau merasakan pusing? Katakan apa yang sakit" Sella memegang lengan Anna. Sementara para perawat langsung mencatat apa yang sudah menjadi tugas mereka.

Namun Sella tertegun melihat bulir airmata di pipi Anna yang baru jatuh. Padahal Sella belum mengatakan bagaimana kabar kandungannya. Apa Reza sudah mengatakannya. Padahal tadi Sella sudah melarang, ia akan katakan sendiri setelah kondisi Anna membaik.

"Kenapa kau menangis Anna" Sella mengusap lembut air mata Anna. Saat Sella melirik Reza, pria itu langsung memalingkan muka seperti tidak mau tahu apa-apa.

Anna menggelengkan kepalanya lemah.
"Aku keguguran ya?"

Dokter Sella tertegun dan menatap Reza tajam. Dokter cantik itu langsung memeluk tubuh Anna, mengusap lembut punggungnya untuk memberikan wanita itu ketabahan. Meskipun Sella belum menikah dan hamil. Tapi dirinya yang merupakan seorang dokter kandungan tentu saja tahu bagaimana perasaan seorang calon ibu yang keguguran kandungannya. Bukankan bayi adalah sebuah penantian?

"Relakanlah dia Anna. Mungkin ini yang terbaik" kata dokter Sella sambil melepas pelukannya.

Anna mengangguk meski masih menangis. Tidak ada artinya juga menyesalinya semuanya dan menangis darah juga tak ada hasilnya. Kandungannya tak akan kembali.

"Ayo makan bubur ini ya. Lalu vitamin untuk menambah darahmu juga ada di sana" tunjuk Sella ke atas nakas.

Anna mengangguk saja. Meski di hatinya tak ada niatan untuk menghabiskan bubur dan vitamin itu. Hatinya masih bercampur aduk merasakan sedih.

"Sudah ya Anna. Kau harus istirahat yang banyak. Aku pergi dulu ya, kalau ada apa-apa tekan tombol itu" tunjuk dokter Sella ke sebuah tombol berwarna merah dekat kepala ranjang.

Anna hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Karena tak ada yang dia inginkan selain anaknya kembali sekarang. Kembali pada rahimnya dan kembali berkembang seperti sedia kala.

"Kalau begitu aku juga ya" kata Bran langsung mengekor Sella yang keluar dari kamar inap Anna.

Sepergian dokter Sella dan Bram. Reza hanya melihat Anna dengan tatapan yang sulit di artikan. Membuat Anna tak mengerti.

Reza memang hanya diam, diam menatap Anna. Tangan Reza berada di atas pahanya sehingga Anna tidak melihat kalau Reza sedang mengeratkan baku tangannya. Menahan marah yang sedari tadi ingin meledak.

"Reza aku... Aku minta maaf untuk semua ini" kata Anna menunduk sedih.

Reza bangkit dari duduknya dan melangkah ke pintu. Melihat Reza diam begitu membuat Anna menjadi semakin tidak enak. Anna bangun dengan susah payah dan menahan tangan pria itu untuk mengajaknya bicara secara baik-baik.

"Reza aku-"

"Lepaskan tanganku sialan!" Reza menghempas kasar tangan Anna.

Anna mulai menangis lagi. Sekarang ia benar-benar merasakan kalau Reza marah besar padanya.

"Kau pikir dengan maafmu kau bisa mengembalikan anakku? Kemana otakmu itu. Kurang baik apa lagi aku padamu Anna. Kau sendiri bahkan tahu kalau aku sangat menyayangi dan menginginkan anak itu lahir. Kau tak bisa menjaga amanahku dengan baik. Kau benar-benar membuatku kecewa dan aku... Aku akhhh!!!" Reza mengepalkan tangannya di sisi bahu Anna. Hendak memukulnya..

"Reza tapi aku tidak menyangka kalau semua ini akan terjadi. Aku minta maaf padamu aku mohon" Anna meneteskan air matanya lagi. Dia benar-benar kelihatan cengeng di hadapan pria angkuh itu.

"AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU SEBELUM KAU KEMBALI HAMIL ANAKKU!! CAMKAN ITU!!" Kata Reza dengan suara keras memekakkan telinga Anna hingga dia terkejut.

Mungkin aku bisa menyudahi permainan ini. Semua aku lakukan untuk Jehan, tapi dia mengkhianatiku. Jadi buat apa lagi aku memainkan sandiwara ini. Mungkin jika Reza mau dia bisa mencari wanita lain untuk kembali mengandung anaknya. Aku menyerah...

Saat Reza ingin membuka pintu. Anna kembali bersuara hingga Reza menoleh ke belakang dan menutup pintu kamar kembali.

"Reza aku... Aku ingin menyerah untuk permainan ini. Aku sudah lelah. Kau memang memperlakukan aku selayaknya istri yang kau cintai. Kau menjaga dan melindungiku dengan cara apapun. Tapi kurasa aku sudah tidak bisa lagi mengandung anakmu. Maafkan aku, kau tidak perlu membayarku apapun. Aku tidak butuh hartamu dan-"

PLAKK

TBC

Oke gimana chapter ini? Makin gaje kayanya hahaha. Tapi jgn lupa vomment ya! Aku tunggu.

Btw aku banyak baca comment. Kalo di cerita ini kalian kesel sama Anna karena dia kelewatan polos. Kalau di cerita sebelah #WhereIsMySon banyak yang kesel sama sikap Refan yang sombong dan suka ngatur.



Continue Reading

You'll Also Like

200K 22.6K 80
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
372K 25.9K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
1M 79.8K 78
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
211K 15.3K 49
Anna pernah berfikir untuk menghidupi dirinya sendiri, apalagi ditengah-tengah zaman yang semakin menunjukkan tingkah bejat Laki-laki dan itu membuat...