Child For Husb

By karaveekaa

7M 396K 19K

Sebuah pertemuan yang berakhir dengan pernikahan. sama-sama saling menguntungkan. "menikahlah denganku dan b... More

PROLOG
1.MALAIKAT PENYELAMAT
2.FIRST
3.MERRY ME?
4. FOR JEHAN
5. PERSIAPAN
6. WEDDING
7. WAITING
8. HAPPINESSS
10 MY EVERYTHING
11. COREZ
12. HUG
13. PEMAKSA
14. DIA PERGI
15. SUPERMARKET
16.SORRY
17. BROKEN
18. PANTI ASUHAN
19. TAK BERDAYA
20. MALAM LUKA
21. DAMN I MISS U
22. DEAR REZA
23. SADNESS AND HAPPYNESS
24.STRONG
25. HUG ME?
26. HUG ME (2)
27. EX-GIRLFRIEND
28.CUTE TWIN
29. MAMER
30.OLIV STORY
31.LEEFA&ANNA
32.OH NO GOD!
33.HAPPINES
34. SIMON MISTAKE
35.TUAN LABIL
36.DIA
37. WANNA MOMMY
38. MISSING MOM
39. MIRA & OLIVIA
40. WEEKEND STORY
41. HARRY?
42. DIA YANG SAKIT
43. MIMMY AND DIDDY
44. TUAN MALAS MAKAM
45. SIMON FAMILY
46. EZARON 1TH
47. KEHANGATAN
48. PESTA
49. DASI GARIS-GARIS SHIT!
50. SHARA
51. AKU BERHAK
52. AKU MEN...
53. JANGAN TINGGALKAN AKU!
54. MAAFKAN AKU
55. MENIKAHLAH DENGANKU
56. ANAK KEMBAR
57. CHILD FOR HUSBAND
QNA
58. CHILD FOR HUSBAND
59. CHILD FOR HUSBAND
60. CHILD FOR HUSBAND
61. CHILD FOR HUSBAND
62. CHILD FOR HUSHBAND
63. CHILD FOR HUSBAND
INFO!
64. EZARON BIRTHDAY 2 TH
65 ENDING~
AUTHOR NGOMONG
IMYM PUBLISH
NEW STORY

9. SEWING

105K 5.4K 29
By karaveekaa

Hai kita berjumpa kembali. Ayo vote dulu,

Selamat membaca.....

"Bi Hasri, biar saya saja yang menyapu halaman ini" ucap Anna sambil mengulur tangan meminta sapu lidi di tangan bi Hasri.

Bi Hasri tak sengaja melihat ke balkon lantai atas saat Reza melambaikan tangannya. Mulutnya seolah berbicara "jangan" tanpa suara dan mendadahi tangannya.

"Bi?" panggil Anna bingung.

"Ah iya nyonya. Nyonya tidak boleh bekerja. Nanti nyonya kelelahan, kan kasihan si kecil nanti" ucap bi Hasri lembut sambil tersenyum.

Anna mengerucutkan bibirnya agak kesal. Lalu ia segera duduk di sebuah bangku panjang yang di letakkan di sisi kolam. Wanita hamil itu hanya duduk sambil memperhatikan bi Hasri yang sedang menyapu.

Jika terus begini? Aku bisa mati jamuran di rumah sebesar ini tanpa melakukan apapun. Batin Anna lalu menghela nafasnya jengah.

Parahnya. Semakin hari Anna semakin merindukan sosok Jehan. Reza juga sama sekali tidak mengizinkannya untuk berjumpa dengan kekasihnya sendiri. Saat Anna minta izin, alasan pria itu ada banyak sekali untuk membuat Anna tetap di rumah.

Lalu dari kaca rumah Anna melihat Reza baru menuruni tangga dari lantai atas. Segera Anna berlari kecil menghampiri Reza.

"Reza" panggil Anna.

"Kenapa?"

"Nanti aku mau berjumpa-"

"Jehan?" potong Reza cepat. Karena ia sudah tahu siapa yang di pikiran Anna akhir-akhir ini.
Anna mengangguk sambil tersenyum. "Bisa tidak kau jangan dulu memikirkan dia?!" suara Reza agak meninggi. Ia sudah cukup kesal pada Anna.

"Memangnya kenapa. Kenapa kalau aku memikirkan kekasihku. Apa masalahmu hahh? Aku rindu dia. Kau tidak punya kekasih jadi kau tidak tahu apapun bagaimana perasaan yang sedang aku rasakan" mata Indah itu tampak berkaca-kaca.

Reza diam sesaat.
Aku memang tidak memiliki seorang kekasih. Tapi aku sedang mengubur rasa cintaku pada seseorang. Batin Reza.

"Jika kau terus memikirkan dia. Bagaimana nanti anakku malah mirip dia. Di kepalamu hanya ada Jehan, bagaimana nanti anakku tidak mirip aku hahh? Pikirkan sampai ke sana!!" pungkas Reza lalu langsung pergi.

Tes!
Tanpa Anna sadari air matanya menetes begitu saja. Lalu wanita itu langsung berlari dengan kencang menaiki tangga.

BUUMMM!!

Reza membalikkan tubuhnya saat mendengar suara pintu kamar di banting dengan kasar. Pria itu menghela nafas sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Maafkan aku Anna tapi jika kau keluar. Aku takut kau melihat sesuatu di luar sana. Batin Reza menatap sedih ke arah pintu kamar.

Tiba-tiba saja bi Ida datang dengan dan menunduk hormat sesaat di hadapan Reza.
"Maaf tuan, nyonya kenapa?"

"Tidak papa bi. Sekarang tolong panggilkan Taylee, saya harus bicara padanya" kata Reza sesekali melirik jam tangan kulitnya.

"Akan saya panggilkan tuan" patuh bi Ida lalu langsung memanggil si supir, Taylee.

Dengan lelah Reza menghempaskan punggungnya ke atas sofa. Tak lama Taylee datang dan berdiri di hadapan Reza.

"Anda memanggil saya tuan Reza. Apa kita akan ke kantor sekarang?"

Reza mengibaskan tangannya.
"Tidak Tay bukan itu. Aku akan berangkat ke kantor sendiri"

"Lalu tuan?"

"Kamu antarkan nyonya kemanapun dia mau pergi. Tapi sebelum itu, hubungi saya dulu. Jika saya mengizinkan, baru kalian boleh pergi. Paham?"

"Paham tuan"

Lalu Reza mengingat sesuatu lagi.
"Oh dan satu lagi Taylee. Jangan pernah temukan Anna dengan pria bernama Jehan, ingat itu!!" tegas Reza menunjuki Taylee.

"Tentu tuan"

Reza mengangguk dan segera berangkat ke kantornya dengan mengendarai mobilnya sendiri.

×××××

Sedangkan di dalam kamar. Anna terus saja menangis. Diam-diam wanita itu mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. Jemari lentiknya perlahan mengelus foto Jehan dengan dirinya di foto itu.

"I miss you Je, so much" bisik Anna parau memperhatikan senyuman Jehan di foto itu. Air matanya terus menetes.
"Apakah kau merindukan aku Jehan?"

"When can we meet. When all of this is cultivated. And when can we get back together. All feels so long without you hiks.. Hiks... " Anna tak sanggup menahan isak tangisnya. Andai Reza mengerti bagaimana rasa rindu itu.

Tak sanggup melihat foto pria yang ia sayangi itu lama-lama. Akhirnya Anna memasukkan kembali fotonya dan Jehan itu ke dalam dompetnya.

Ouh... Rasa mual itu datang lagi. Segera Anna berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di dalam closet. Akhir-akhir ini Anna memang sering sekali merasakan mual dan kadang juga agak pusing. Tapi kata bi Ida dan bi Hasri ini wajar.

Setelah membasuh muka dan merasa sudah agak segar setelah menangis. Anna memutuskan untuk turun ke bawah dan minum air. Saat menuruni anak gangga rumah, Anna terus mencari-cari dimana sosok Reza. Dia tidak ada, sepertinya pria itu sudah berangkat ke kantor.

Tenggorokan yang tadinya kering sekarang agak enakan setelah meneguk habis segelas air putih. Saat Anna meletakkan gelas kembali ke atas meja, bi Hasri lewat sambil membawa kemoceng dan beberapa alat bebersih lainnya. Anna tertarik untuk tahu kemana bi Hasri akan pergi.

"Bi Hasri" panggil Anna. Langkah wanita paruh baya itu terhenti dan menatap Anna lalu tersenyum.
"Mau kemana?"

"Ah anu nyonya. Saya mau membersihkan ruangnya nyonya Shara di lantai 2. Semenjak nyonya Shara sering ke luar negri, ruangannya sering tidak di pakai lagi. Jadi saya mau membersihkannya, nyonya" jelas bi Hasri panjang lebar.

Sepertinya itu menarik. Anna juga ingin tau bagaimana ruangannya mama Reza.
"Boleh saya ikut? Saya bosan tidak tahu harus apa sekarang"

"Boleh nyonya. Mari"

Mereka pun menaiki tangga menuju ke lantai dua. Anna juga ikutan masuk ke sebuah ruangan saat bi Hasri membuka pintu sebuah ruangan yang bernuansa biru muda. Pandangan Anna beredar memperhatikan ruangan itu, Indah. Dan ada yang menarik di ruangannya mama Shara. Di sini ada banyak sekali peralatan kecantikan, ada banyak juga lemari yang berisi sepatu, tas dan ada sederetan perhiasan tertata rapi di sebuah lemari berbalut kaca. Di dindingnya ada banyak tempelan model-model maju. Terasa masuk ke mini mall.

"Ini ruangannya mama Shara?" tanya Anna masih terus memperhatikan sesisi ruangan.

"Iya nyonya Anna. Ini ruangan favoritnya nyonya Shara" kata bi Hasri sembari membersihkan ruangan agak besar itu.

Saat melihat mesin jahit di dekat jendela. Anna tersenyum dan berjalan mendekat. Perlahan kakinya menggerakkan penekan kaki di mesin jahit itu.

"Itu mesin jahitnya nyonya Shara, nyonya. Dan saat tuan Reza masih kecil, ada banyak baju tuan Reza yang nyonya Shara jahit sendiri" kata bi Hasri.

"Benarkah? Mama Shara pintar menjahit?"

"Iya"

Dan untuk kesekian kalinya. Ada fakta baru yang Anna tahu tentang Reza dan mamanya. Mama Shara pintar menjahit.

Mama Shara mengingatkan Anna pada almarhumah ibunya yang telah meninggal lama.

"Apakah nyonya bisa menjahit juga?" tanya bi Hasri tiba-tiba membuyarkan lamunan Anna.

"Iya bi. Almarhum ibu saya sangat pintar menjahit. Dan kadang saya membantunya mendedel jahitan yang salah juga"

"Kalau begitu nyonya bisa menjahit baju nyonya sendiri di ruangan ini"

"Ah tidak bi Hasri. Nanti mama Shara marah ruangannya saya masuki"

Bi Hasri yang tadinya sedang mengelap kaca lemari menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menatap Anna.
"Tidak nyonya. Malah nyonya Shara lebih suka ruangannya ini tergunakan dari pada tidak"

"Benarkah bi. Memangnya boleh saya menjahit di sini?"

"Tentu boleh nyonya. Jika mau nanti Nyonya bisa meminta izin sendiri pada nyonya Shara melalui telepon"

Langsung Anna bahagia mendengar hal itu. Setelah ini dia tidak akan merasakan kebosanan lagi. Setidaknya Anna bisa menghabiskan banyak waktu untuk menjahit baju di ruangan ini.

"Terima Kasih bi Hasri"

Bi Hasri hanya menanggapinya dengan senyuman. Ada banyak hal sebenarnya yang ingin wanita paruh baya itu tanyakan pada istri tuannya tersebut.

"Nyonya Anna"

Anna menoleh ke arah bi Hasri.

"Ayah nyonya dulunya kerja apa?"

"Almarhum ayah saya dulu bekerja sebagai nelayan di laut"

"Oh. Apakah nyonya tidak memiliki saudara yang lainnya?"

Anna tersenyum kecut sambil menatap ke luar jendela.
"Sayangnya tidak ada. Saat ayah ibu tiada, jadilah saya sebatang kara bi"

Bi Hasri merasa bersalah saat melihat wajah Anna mulai tampak sedih. Lalu ia langsung bersuara untuk mengubah suasana.

"Ah nyonya Anna tunggu sebentar di sini ya. Saya akan menghubungi nyonya Shara"

"Iya bi" sahut Anna sambil membuka kaca jendela. Membiarkan udara segar masuk ke dalam ruangan itu.

Tak lama wanita paruh baya itu kembali dengan telepon di genggamannya. Bi Hasri memberikan Anna telepon itu dan menyuruhnya untuk bicara. Anna patuh saja.

"Halo"

"Halo Anna sayang. Bi Hasri bilang kau ingin memakai ruangan mama. Benar begitu Anna?"

Anna melirik bi Hasri dan wanita paruh baya itu tersenyum sambil mengangguk.
"Iya ma. Apakah boleh?"

Terdengar suara kekehan di seberang sana. Dan Anna tidak tahu kenapa ibu mertaunya itu malah tertawa padahal tidak ada yang lucu.

"Anna sayangku. Kau ini kenapa, semenjak anakku Reza menikahimu. Kau juga anakku Anna. Apapun yang aku miliki adalah milikmu. Termasuk ruangan itu. Aku malah merasa senang saat aku tak ada ruangan itu ada yang memakainya. Andai Reza bisa menjahit hehe..."

Ujung bibir Anna tertarik ke atas menciptakan sebuah senyuman Indah. Kali ini ia merasa seperti memiliki seorang ibu sungguhan.

"Terima Kasih ma"

"Sama-sama nak. Oh ya, memangnya kau bisa menjahit?"

"Aku bisa sedikit-sedikit ma"

"Oh benarkah. Reza tidak pernah cerita kalau istrinya pintar menjahit" terdengar kekehan mama Shara di seberang sana.

Dalam hati Anna berkata.
Bahkan dia tidak tahu ma.

"Mungkin dia lupa"

"Ck. Anak itu benar-benar. Oh yasudah Anna. Mama harus bergabung dengan teman mama yang lainnya ya"

"Iya ma. Jangan lupa makan ma"

"Iya sayang kau juga ya"

Setelah berteleponan dengan mama mertuanya. Anna mengembalikan telpon rumah itu kembali pada bi Hasri sambil mengucapkan..

"Terima Kasih banyak bi. Bibi banyak membantu"

"Sudah tugas saya nyonya" sahut bi Hasri.

Ugh Anna lupa. Harusnya tadi ia cerita kalau dirinya sudah hamil. Luap lupa lupa.

×××××

Hari sudah agak siang. Jam di dinding menunjukkan ke angka 11.

Anna berjalan ke depan rumahnya. Pakainnya sudah rapi dan ia ingin pergi ke suatu tempat sekarang. Saat melihat Anna keluar, supir yang tadinya sudah di berikan amanah oleh bosnya segera bekerja. Taylee langsung menghampiri Anna.

"Siang nyonya. Mau saya antarkan kemana?"

"Benar namamu Taylee?" tanya Anna tak nyambung.

"Iya nyonya"

"Baiklah Taylee. Tolong antarkan aku ke toko kain. Aku ingin membeli kain"

"Baik nyonya" sahut Taylee dan mereka langsung memasuki mobil bersama.

Saat sudah duduk di belakang. Anna merasa heran kenapa mobilnya belum juga berjalan.

"Taylee, kau tunggu apa lagi. Cepat jalankan mobilnya''

"Sebentar nyonya. Kita harus minta izin dulu pada tuan Reza"

Saat mendengar nama Reza lagi. Anna hanya memegang kepalanya lalu menghela nafas. Hidupnya memang berputar-putar di nama Reza Reza Reza dan Reza. Mau pergi saja harus Reza. Mau ini itu saja harus Reza. Aouh...

"Halo tuan Reza"

"..."

"Iya tuan. Nyonya minta di antarkan ke suatu tempat"

"..."

"Bukan tuan. Nyonya minta di antar ke toko kain"

"..."

"Baiklah tuan. Saya akan menjaga nyonya"

Setelah melihat Taylee menyimpan ponselnya kembali ke saku. Anna bertanya.
"Bagaimana? Apakah dia memberi izin?" tanya Anna malas.

"Tentu nyonya. Tapi pesan tuan tidak boleh lama-lama karena nyonya sedang mengandung"

"Itu saja?"

"Tuan juga bilang. Sepulang dari toko kain kita langsung pulang"

"Baiklah Taylee aku mengerti. Jalankan mobilnya"

"Baik nyonya" sahut patuh Taylee dan menghidupkan mesin mobil.

Di sepanjang perjalanan Anna hanya hanya diam menatap ke luar. Tak sengaja mereka melewati Taman dan beberapa tempat lainnya yang penuh kenangan antara Anna dengan Jehan. Seuntas bayangan saat mereka masih bersama membuat Anna bersedih lagi. Wanita itu hanya bisa menghela nafas lalu mengelus lembut perutnya.

"Daddymu jahat sekali pada mommy, sayang" bisik Anna pelan agar Taylee tak mendengarnya.

Tak lama mobil berjalan, akhirnya mobil berhenti di sebuah toko besar yang menyediakan banyak macam ragam kain-kain. Saat melihat toko ini Anna mengingat sesuatu.

Flashback

Seorang gadis kecil tengah berjalan dengan ibunya. Mereka tampak berjalan sambil bergandeng tangan agar tak terpisah di antara banyak orang yang tengah lalu lalang. Tujuan gadis kecil itu kali ini ikut dengan ibunya adalah menemani ibu membeli bakal kain.

"Anna. Jangan lepaskan tangan ibu ya nak"

"Iya bu" sahut si gadis kecil bernama Anna.
"Kita ingin mencari kain kan bu?" tanya Anna lagi pada ibunya. Ibunya hanya mengangguk sambil terus berjalan.

Banyak toko kain yang mereka masuki tapi tidak ada kain yang cocok yang ibu inginkan. Sehingga mereka terus berjalan.

"Ibu lihat! Toko itu besar dan pastinya kain yang ibu cari mungkin tersedia di sana. Ayo bu kita ke sana!" tunjuk Anna ke sebuah toko kain yang agak besar di bandingkan toko kain yang lainnya.

Anna bersiap untuk ke sana tapi langkahnya terhenti saat merasakan tangannya di tarik oleh sang ibu.
"Kenapa ibu?" tanya sambil berbalik.

Ibu menggelengkan kepalanya.
''Tidak Ann, jangan"

"Loh kenapa ibu? Di sana pasti ada banyak sekali kain ibu. Ayo!" ajak Anna lagi.

Lagi-lagi ibu menggelengkan kepalanya.
"Tidak nak. Itu bukan tempat untuk orang-orang seperti kita. Harga kain di sana mahal-mahal. Kita tak punya uang untuk membeli kain di sana"

Anna menatap sedih ke toko kain mahal itu. Mungkin benar apa kata itu, tokonya saja di lengkapi AC dimana-mana.

"Tapi ibu. Anna ingin masuk ke sana"  suara gadis kecil itu terdengar sendu.

"Suatu saat nanti Anna. Jika anak ibu yang satu ini sudah menjadi orang yang sukses dan mempunyai banyak uang. Baru Anna bisa masuk ke toko itu untuk membeli perlengkapan kain di sana" ucap ibu sambil mengelus pipi Anna.

"Iya bu" sahut Anna lemah.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan memasuki toko-toko yang menjual kain lainnya.

Flashback end

"Nyonya Anna? Nyonya?"

Lamunan Anna buyar saat Taylee melambaikan tangannya berkali-kali di hadapan Anna.
"Ah iya kenapa Taylee?"

"Kita sudah sampai nyonya. Mari kita masuk. Apa perlu saya payungi?"

"Tidak perlu Taylee. Terima Kasih"

"Baiklah"

Saat turun dari mobil. Anna berdiri di depan toko itu dan menatap lurus ke depan. Hatinya bersuara.
Lupakan tentang kisah hidupku beberapa tahun lalu yang tak punya cukup uang untuk bisa masuk ke sini. Dan sekarang aku kembali. Ibu, Anna tahu ibu melihat Anna dari kejauhan. Batin Anna sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Dan benar saja. Hawa dingin AC menyambut Anna. Dirinya di sambut oleh para pelayan toko dengan hormat.
Anna tersenyum. Yang berbelanja kain di toko berbalut kaca ini memang kelihatan para orang berkelas, atau seperti designer begitu.

Tbc

Maap ya lama up date.
Masing2 kita punya kehidupan sendiri kan? *eaaakkk 😅😅

Pokoknya jgn lupa vote dan comment aja!



Continue Reading

You'll Also Like

633K 62.8K 39
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
295K 27K 78
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
851K 59.5K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
617K 50.2K 47
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...