Secretly Married (Park Chanye...

Galing kay kwonxoxo

2.1M 127K 9.7K

[SUDAH DITERBITKAN] Ini adalah lanjutan cerita dari Pacar Sewaan. Disini kalian akan tahu bagaimana kehidupan... Higit pa

1. D-Day
4. Mantan Gebetan?
5. Ny. Park
6. Shopping
7. Marahan
8. Fans Meeting pt. 1
9. Fans Meeting pt.2
10. Instagram
11. Piknik
14. Bertemu Jae Min
15. Menemani Chanyeol
16. Investor Misterius
17. Dijemput Sehun
18. Chanyeol Syuting
19. Penyewa Sialan
20. Rumah Tangga Meretak?
21. Pingsan
22. Cerai?
24. PHO?
25. Ha Young Tahu
26. Instagram Part 2
27. Awal LDR
29. Memori
30. Mencoba Mengingat
31. Jeruji Penjara
32. Mengingat
34. Fan Service Gagal
35. FS berhasil?
36. Orang Ketiga
37. Pulih
38. Sambutan EXO
40. Kesal
PENGUMUMAN (delete soon)
41. Chanyeol Is Getting Sick
42. LDR for 2 days
43. Penculikan
Chanyeol POV
45. Kembali
46. Aksi Publik
47. Trauma
48. Chanyeol Cemburu
49. Valentine's Day
50. Mood Yang Labil
51. Pertengkaran Kecil
52. Kabar Gembira
54. Menyalahkan Diri Sendiri
Penting [no clickbait]
OPEN PO πŸŽŠπŸŽ‰
Pengumuman Buku
OPEN PO (again) πŸ₯³

23. Surat Perceraian

42.8K 3.6K 967
Galing kay kwonxoxo

P.s: sebelum baca part ini, kalian harus menyiapkan hati dulu ya. Mungkin part ini akan menjadi part yang paling tidak kalian inginkan :') dan mungkin part yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya (?) Baca sampe akhir dulu ya baru komen biar komennya makin greget hehe... 

Happy reading! 

------

Aku melangkahkan kakiku berjalan keluar dari unit apartemen kami. Tidak tahu lagi harus berbuat apa. Jadi kurasa jika memang Chanyeol menginginkan untuk bercerai, aku harus siap dengan itu.

Apakah begini rasanya sakit hati? Ini bahkan lebih sakit ketimbang pertama kali kami memutuskan untuk berpisah waktu pacaran. Ini lebih terasa sakit karena saat ini aku hamil. Bukan tanpa sengaja aku menutupi kehamilanku pada Chanyeol. Hanya saja, situasi ini membuat mulutku bungkam untuk tidak memberitahunya soal ini.

Mungkin Chanyeol dan aku memang benar-benar butuh waktu untuk sendiri. Tapi sampai kapan? Sampai masing-masing dari kami mulai melupakan satu sama lain?

Aku sudah berdiri tepat di depan apartemenku. Hujan dan gelap, itulah yang menjadi pemandanganku saat ini. Aku bahkan tidak tahu harus kemana. Tidak ada tempat tujuan yang bisa kusinggahi saat ini.

Badanku basah kuyup karena air hujan. Ya, aku memilih untuk menerobos hujan ini. Bahkan saat ini, alam tahu apa yang sedang kurasakan. Mereka ikut menangis bersamaku di kegelapan ini.

Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa aku dan Chanyeol akan mengakhiri hubungan kami seperti ini. Chanyeol bahkan tidak mencoba untuk menahanku saat aku pergi. Kurasa dia benar-benar ingin melepaskanku dari hidupnya.

"Hye Ri!" teriak seseorang. Teriakkan itu terdengar samar karena suara hujan terlalu mendominasi saat ini.

Tubuhku otomatis membalik setelah mendengar suara teriakkan itu. Suho. Dia yang memanggilku.

Suho berjalan mendekatiku dengan menggunakan payung supaya tubuhnya tidak terguyur air hujan. "Kau sedang apa disini?! Dimana Chanyeol?!" tanya Suho.

Aku hanya menangis sambil menggeleng. Saat ini aku tidak mau satu orangpun bertanya tentang hubunganku dengan Chanyeol. Aku ingin sendiri dan menangis sampai air mataku tidak bisa kukeluarkan lagi.

Suho menarik tanganku setelah melihatku tidak meresponi ucapannya. "Ikut aku!"

Tubuhku terasa lemas saat ini sampai aku tidak bisa menolak tarikan Suho yang sukses membawaku masuk ke dalam mobilnya. Aku tidak bisa berkata apapun. Yang kulakukan adalah hanya menangis dalam keheningan. Hatiku masih terasa sakit ketika membayangkan Chanyeol.

"Aku mohon jangan membawaku ke rumah," ucapku pelan dengan terisak. "Aku sedang tidak ingin melihat Chanyeol. Aku ingin sendiri."

Suho melirikku sekilas dan menghela napasnya. Sepertinya dia sudah mengerti tentang keadaan rumah tanggaku tanpa perlu aku jelaskan. Suho mengangguk begitu mendengar permintaanku.

"Aku akan membawamu ke dorm kami," kata Suho yang membuatku langsung menengok ke arahnya. "Tenang saja, disana hanya ada aku, Sehun, dan Baekhyun."

Sepertinya aku bisa bernapas lega ketika mengetahui bahwa di dorm itu hanya ada mereka bertiga. Karena dari semua member yang ada, hanya mereka bertiga yang sepertinya tahu tentang rumah tanggaku dan Chanyeol.

***

Setelah membersihkan diri dan mencoba untuk tidak menangis, aku keluar dari kamar mandi dan duduk di ruang tengah tempat Suho, Sehun, dan Baekhyun sudah menunggu. Mereka tidak bermaksud untuk mengintrogasiku saat ini, hanya saja mereka hanya ingin menghiburku.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Suho dan aku mengangguk. Hatiku memang sudah terasa lebih baik saat ini, tapi batinku masih terasa sangat menyiksa dan menyakitkan.

"Terakhir kali aku bertemu dengan Chanyeol adalah di bar." Baekhyun tiba-tiba berbicara sambil menatapku. Aku bersyukur hari ini dia tidak menjadi Baekhyun yang menyebalkan. Sepertinya dia tahu kapan harus menjadi orang yang menyebalkan dan tidak.

"Lalu?" Aku penasaran. Penasaran kenapa Chanyeol bisa ke bar karena tidak biasanya dia ke bar.

"Dia sangat mabuk dan kurasa waktu itu dia mencoba untuk menelponmu tapi dia malah salah menelponku. Jadi aku menghampirinya dan dia benar-benar sangat kacau saat itu. Aku tidak tahu dia kenapa, tapi dia terus menyebut namamu."

Mendengar penjelasan dari Baekhyun, hatiku tiba-tiba terasa terguncang, terguncang karena Baekhyun bilang Chanyeol terus menyebut namaku.

"Mungkin seharusnya dia tidak menyebut namaku melainkan menyebut nama perempuan yang sedang menjadi perbincangan publik dengannya. Kurasa dia keliru," kataku tersenyum miring. "Sebentar lagi dia akan memberikan berkas perceraian padaku. Jadi, hubungan kami benar-benar sudah tidak memiliki harapan lagi."

Sehun, Suho, dan Baekhyun menatapku dengan mata yang terbelalak. Mungkin mereka tidak menyangka kalau hubunganku dengan Chanyeol akan berakhir seperti ini. Tapi inilah memang hasilnya bahwa sepertinya hubungan kami tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk apa juga dipertahankan kalau perasaan kami saja sudah tidak untuk satu sama lainnya?

"Apa kalian serius dengan ini?" tanya Suho memastikan. "Kau tidak akan menyesal dengan ini?" tanyanya lagi.

Aku diam untuk beberapa saat. Kalau mau dibilang menyesal, sudah pasti aku menyesal, menyesal karena hanya masalah kecil saja kami seperti ini. Hati kami sepertinya belum cukup kuat untuk membina rumah tangga.

"Kurasa dia akan menyesalinya, hyung," sahut Baekhyun setelah Suho tidak mendapatkan respon dariku.

Aku langsung menatapnya dengan tenang lalu tersenyum tipis. "Jika memang sudah tidak bisa dipertahankan, buat apalagi masih dilanjutkan?"

***

Pagi ini, perutku terasa sangat tidak enak. Sehingga harus membuatku langsung berlari ke arah kamar mandi. Tapi sialnya di kamar mandi itu sedang ada Baekhyun yang sedang mandi.

Aku menggedor pintu kamar mandi itu dengan keras karena perutku tiba-tiba terasa sangat mual.

"Ya! Buka!" teriakku sambil menggedor pintunya dengan keras. Sedangkan tanganku yang lainnya menutup mulut.

Suara shower yang cukup keras sepertinya membuat Baekhyun menjadi tuli. Hingga membuat Sehun dan Suho datang menghampiriku. Mungkin mereka terbangun dari mimpi indahnya karena teriakanku yang cukup keras. 

"Nunna, kau kenapa?" Sehun sedikit menurunkan wajahnya untuk melihatku. 

"Ada apa sih pagi-pagi ribut?" tanya Suho setengah sadar sambil mengucek matanya menghampiriku. 

Aku masih menutup mulutku, tidak bisa menjawab ucapan Suho. Yang kulakukan adalah hanya mengetuk pintu Baekhyun dengan keras.

"Kau sakit?" Suho melihatku dengan wajah khawatir dan aku segera menggeleng dengan keras. 

Tak lama, Baekhyun keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sumringah. "Ada apa kalian berdiri di depan kamar mandi seperti ini--"

Tanpa mendengarkan ucapan Baekhyun sampai habis, aku langsung mendorong tubuh Baekhyun kesamping supaya aku bisa masuk ke dalam kamar mandi. Karena rasa mualku sangat tidak tertahan, aku sampai lupa untuk menutup pintu kamar mandi. Alhasil Suho, Sehun serta Baekhyun langsung mendatangiku dan mengusap-usap punggungku pelan.

"Kau kenapa?" tanya Suho.

Dengan cepat aku langsung menarik tangan mereka dari punggungku. Aku tidak mau mereka melihatku seperti ini, ini sangat menjijikan. "Kumohon kelu..ar," ucapku susah payah karena rasa mualku yang begitu mendominasi.

Namun sepertinya mereka tidak mendengarkan ucapanku dengan baik karena mereka bertiga masih siap siaga berdiri dibelakangku sampai akhirnya aku tidak lagi muntah. Setelah membersihkan mulutku, mereka atau yang lebih tepatnya Sehun langsung membawaku ke ruang tengah. 

"Apa kau pusing?" Baekhyun kini bertanya padaku. 

"Aku baik-baik saja," dustaku. Mereka memang masih belum tahu kalau saat ini aku sedang hamil dan aku yakin mereka tidak akan mengira kalau tadi itu adalah morning sickness pertamaku. 

Suho memincingkan matanya kearahku, sepertinya dia tahu kalau aku sedang berbohong. Dia benar-benar menatapku dengan tatapan penuh selidik. "Kau hamil?"

Mataku cukup terbelalak mendengar tebakan Suho itu. Semua mata kini mengarah kepadaku, mereka juga menatapku dengan penuh selidik. 

"Nunna, kau hamil?" Sehun ikut bertanya.

Aku menggigit bibir bawahku gusar. Jujur, aku belum mau mereka tahu tentang hal ini karena Chanyeol saja belum tahu tentang ini. Tapi mereka semakin mendesakku disaat aku memilih untuk bungkam, tidak menjawab pertanyaan dua kata mereka itu.

"Dia benar-benar hamil," ungkap Baekhyun. "Lihat saja, dia bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan se-simpel itu. Kalau dia tidak hamil, dia tidak mungkin hanya diam seperti ini."

Sial! Apakah raut wajahku begitu mudah terbaca oleh Baekhyun sampai dia tahu bahwa aku hamil? 

"Apakah Chanyeol sudah tahu tentang ini?" Suho kembali bertanya dan aku kembali diam. Semalam aku memang tidak menceritakan bahwa aku hamil dan aku belum memberitahu soal ini pada Chanyeol. Aku sengaja merahasiakan ini, toh, Chanyeol juga akan menceraikanku. Jadi untuk apa aku mengatakan pada mereka?

Aku hanya tidak mau, ketika aku mengatakan aku hamil, Chanyeol malah tidak jadi menceraikanku hanya karena kami akan memiliki anak. Ini terdengar sedikit egois memang. Tapi jika kami mempertahankan rumah tangga kami hanya demi anak, menurutku itu adalah hal yang malah akan membuat hati kami menjadi semakin sakit. 

"Kau benar-benar keterlaluan, Hye Ri-ya. Kau bahkan tidak memberitahu soal ini pada Chanyeol?" tanya Baekhyun tak habis pikir. Tiba-tiba Baekhyun mengeluarkan ponselnya dan sepertinya dia akan menelpon Chanyeol. Dengan cepat aku langsung mendekati Baekhyun, bermaskud untuk menghalanginya menelpon Chanyeol.

"Jangan, kumohon jangan beritahu Chanyeol tentang ini," pintaku. Usaha permohonanku kepada Baekhyun agar dia tidak menelpon Chanyeol sepertinya sia-sia karena dia benar-benar menelpon Chanyeol.

Aku beranjak dari kursiku dan mengejar Baekhyun yang berjalan menjauh tapi Sehun dan Suho sukses menghadang jalanku. "Kumohon jangan beritahu dia. Kami sedang tidak dalam situasi baik untuk membicarakan soal ini," ujarku. 

"Chanyeol hyung harus tahu soal ini, nunna. Bagaimanapun dia adalah Ayah dari janin di kandunganmu," ucap Sehun.

Otakku kali ini tidak mau berimajinasi tentang bagaimana Chanyeol akan bereaksi setelah tahu aku hamil. Bagiku, ini bukanlah hal yang menyenangkan untuk Chanyeol mengetahui aku hamil. Semuanya sudah hancur dan kami benar-benar tidak bisa lagi untuk rujuk. 

***

Kata Baekhyun sebentar lagi Chanyeol akan datang ke tempat ini. Hatiku sudah berdegup dengan sangat kencang sekarang. Aku masih belum siap bertemu dengannya hari ini. Seharusnya aku tadi menjawab tidak hamil kepada mereka jika tahu hal ini akan terjadi.

Tubuhku terus berjalan bolak-balik dengan arah yang tak menentu. Rasa kekhawatiran dan gugup kini bercampur jadi satu di tubuhku. Kuakui, aku tidak tahu harus mengatakan apa pada Chanyeol ketika kami bertemu nanti. Karena sepertinya Chanyeol akan menyalahkanku karena aku tidak memberitahu dia soal ini.

Suara ketukan membuatku terlonjak kaget, mataku langsung menatap pintu kamar. Tanpa berjalan mendekat, aku langsung menyahutinya, "Siapa?"

"Buka, kita harus bicara."

Deg.

Suara itu. 

Kenapa aku harus mendengar suara orang itu sekarang? Jantungku kali ini berpacu dua kali lebih cepat. Kugenggam tanganku erat dan membuka pintu itu secara perlahan. Sebaiknya kami memang harus membicarakan soal ini lagi. 

Begitu pintu terbuka, sosok yang akan menjadi Ayah untuk janin di perutku masuk dengan tangan kiri yang sedang memegang sebuah amplop besar berwarna coklat. Kurasa ini adalah harinya, hari dimana kami benar-benar akan bercerai. Meski aku belum siap dengan itu, dengan terpaksa aku harus menyiapkan hati dan batinku untuk menerima semua keputusan Chanyeol.

Chanyeol menutup pintu dengan sangat rapat bahkan dia menguncinya agar ketiga temannya yang kuyakini sedang menguping saat ini tidak bisa masuk kedalam. Mata Chanyeol menatapku lurus, wajahnya terlihat datar tidak ada ekspresi. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan saat ini dan aku juga tidak tahu bagaimana kondisi hatinya saat ini. 

"Jadi kau sudah memutuskannya?" tanyaku memecahkan keheningan singkat ini. 

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" Chanyeol malah mengalihkan pembicaraan dan tidak menjawab pertanyaanku.

"Tentang apa?" Aku berpura-pura menjadi wanita bodoh saat ini. Aku tahu yang dia maksud adalah tentang kehamilanku. 

"Kau hamil."

Mataku teralih kearah lain, sungguh aku tak sanggup untuk menatap matanya saat ini. Apalagi ketika mengingat bahwa dalam beberapa menit ini, kami akan sepenuhnya bercerai. 

"Maaf, aku lupa," ucapku yang sepertinya terdengar seperti sebuah sindiran untuk Chanyeol. Apa dia pikir dia saja yang bisa lupa mengabari tentang keadaannya padaku? Aku juga bisa seperti itu. 

Kaki Chanyeol melangkah semakin mendekatiku. Tentu saja, aku melangkah mundur untuk terus menjaga jarak darinya. Dari jarak ini, aku bisa melihat janggut-janggut kecil Chanyeol yang belum tercukur. Tidak pernah Chanyeol melewatkan untuk mencukur janggutnya selama ini. Dengan penampilan yang seperti ini, Chanyeol terlihat seperti bukan Chanyeol yang kukenal.

"Kau ingin cerai dariku, kan?" tanyanya dengan tatapan intens yang terus menatapku. 

"Bukan aku, tapi kau. Kau yang ingin cerai dariku!" Aku meralat ucapannya.

Chanyeol tiba-tiba mengangkat tangan kirinya dan menyerahkan amplop yang menjadi objek penglihatanan pertamaku begitu Chanyeol masuk ke kamar ini. Aku menelan ludahku samar sebelum menerima amplop itu. Apakah aku sanggup hidup tanpa Chanyeol dan mengurusi janin di perutku ini seorang diri? Apakah aku juga tidak akan menyesal dengan keputusan ini?

"Kau ragu untuk bercerai denganku?" tanya Chanyeol karena sampai detik ini aku belum berani untuk mengambil amplop itu. 

Jujur saja, ini menyakitkan. Tak kusangka aku akan merasakan kepedihan ini. Disaat-saat seperti ini, bukankah seharusnya air mataku tidak keluar? Karena ini adalah jalan terbaik untuk kami. Jadi seharusnya aku bahagia kan dengan keputusan Chanyeol yang akan menceraikanku? Kenapa aku menjadi secengeng ini sih?

Tanganku meremas dengan erat ujung baju yang kukenakan. Kugigit bibir bawahku untuk menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar dan membasahi kedua pipiku. Aku tidak mau Chanyeol semakin membenciku karena melihatku menangis saat ini. 

Kedua telapak tangan Chanyeol memegangi kedua lengan atasku yang mulai bergetar karena tidak bisa menahan tangisku. Hatiku tidak kuat menerima ini. Hati kecilku masih menginginkan diriku menjadi seorang istri dari Park Chanyeol. Hati kecilku memberontak untuk terus tetap menjadi pendamping Chanyeol karena perasaanku padanya masih sama, sama seperti pertama kali kami resmi menjalin hubungan. Bahkan getaran dihatiku masih bisa kurasakan saat aku bertemu dengan Chanyeol meski kami sudah sering bertemu bahkan tidur bersama. 

Kenangan bersama Chanyeol yang selama ini menjadi kenangan terbaik dihidupku, tiba-tiba kembali terputar seperti sebuah kaset. Semua kenangan itu tidak mudah untuk dilupakan karena semuanya terlalu indah. 

"Maaf." Satu kata itu terlontar dari mulutku. "Maaf, aku belum siap. Aku belum siap untuk menandatangi berkas perceraian kita," ucapku terisak sambil tertunduk. 

"Aku tahu, aku terlihat egois saat ini. Tapi bisakah kau memberikanku waktu sedikit lebih lama untuk menetralkan hatiku? Ini terlalu tiba-tiba dan aku belum siap," pintaku yang terdengar seperti memohon sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku terisak didalam telapak tangan yang selalu kupakai untuk memegang Chanyeol dengan lembut itu. 

Saat ini aku tidak lagi memikirkan bagaimana harga diriku. Dan aku juga tidak memikirkan bagaimana Chanyeol akan memandangku saat ini. Mungkin Chanyeol akan berpikir kalau aku terlihat sangat gampangan, tapi aku tidak peduli. Yang kupedulikan saat ini adalah hatiku. Hatiku dan perasaanku yang kurasakan untuk Chanyeol saat ini.

Tiba-tiba Chanyeol memelukku, dia membawaku kedalam pelukannya setelah melihatku terisak seperti ini. Dia memelukku dengan sangat erat dan berkali-kali mengusap rambutku serta mencium puncak kepalaku. 

"Maafkan aku. Maaf... Maaf... Maaf, Hye Ri-ya...," bisiknya lirih. "Kau tahu kan sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa menceraikanmu. Dan kau tidak pernah tahu kan bagaimana hidupku tanpa dirimu. Maafkan aku yang terlalu egois." Kembali Chanyeol berucap dengan sangat pelan, kali ini aku dapat merasakan sebuah tetesan air yang berasal dari matanya. Dia menangis.

"Chan--"

Chanyeol merenggangkan pelukan kami dan saat ini kami bisa menatap wajah satu sama lainnya dengan bebas. Mata Chanyeol terlihat memerah sedangkan aku? Sembab. Tangan Chanyeol menghapus dengan lembut air mataku yang keluar. 

"Maaf," ucapnya untuk kesekian kalinya.

"Aku yang seharusnya minta maaf padamu."

"Maaf, sepertinya kita benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan kita," kata Chanyeol dengan menatapku. Aku tidak percaya dia akan mengatakan ini.

Satu kalimat itu sukses membuat benteng pertahanan dihatiku hancur. Hatiku terasa rapuh dan hancur dalam hitungan detik. 

Chanyeol tiba-tiba kembali memberikanku amplop coklat yang belum sempat terpegang olehku tadi. "Baca dan kau bisa menandatanganinya sekarang juga."

Apakah dia benar-benar akan menceraikanku? Kupikir kami akan kembali berbaikkan. Tapi kenapa? Kenapa malah menjadi seperti ini? Dia benar-benar menceraikanku dan untuk apa dia mengatakan kalau dia tidak akan mungkin bisa menceraikanku tadi?! 

"Bukankah sudah kubilang untuk memberikan sedikit waktu untukku?" tanyaku pelan dengan memandangi amplop itu. 

"Aku tidak memiliki banyak waktu dan aku ingin kau sekarang menandatanganinya."

Mataku kini menatapnya. Dia terlihat serius saat ini. Kurasa dia benar-benar ingin aku cepat-cepat menandatangani berkas perceraian ini.

Tanganku mulai membuka secara perlahan surat perceraian itu. Tak bisa kupungkiri bahwa saat ini jantungku berdegup dengan sangat kencang. Aku masih belum siap, Tuhan.

PERKARA PERCERAIAN

Nama                   : Park Chanyeol

Usia                      : 26 tahun
Jenis Kelamin  : Laki-laki
Kebangsaan     : Korea
Selanjutnya disebut sebagai,

PENGGUGATMELAWAN :

 Nama                 : Park Hye Ri
Usia                     : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Kebangsaan    : Korea
Selanjutnya disebut sebagai,

TERGUGAT

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang bahwa penggugat dalam surat gugatannya yang telah terdaftar, telah mengajukan gugatan yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Tergugat telah membuat hati Penggugat jatuh hati hingga membuatnya tak bisa melupakan Tergugat.
2. Tergugat telah mengingkari janji untuk sehidup semati dengan Tergugat sehingga membuat Tergugat tidak bisa tidur dengan sebagaimana mestinya. 

3. Tergugat telah sukses membuat Penggugat menjadi bukan dirinya disaat melihat Tergugat bersma pria lain, hingga membuatnya tidak bisa mengontrol emosi.

Dengan itu, Penggungat akan memberikan harta gono-gini kepada Tergugat berupa:

1. Memberikan morning kiss serta pelukan setiap kali mereka terbangun sampai maut memisahkan.
2. Membelikan semua barang yang diinginkan oleh Tergugat.
3. Memberikan kebahagiaan yang selalu Penggugat ingin berikan kepada Tergugat.
4. Menanggung janin di perut Tergugat sampai janin tersebut bertumbuh menjadi seseorang yang dewasa.
5. Penggugat akan terus menaruh hati kepada Tergugat sampai Penggugat meregang nyawanya kelak.

PRIMAIR

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.
2. Menyatakan bahwa Penggugat dan Tergugat akan bercerai setelah langit runtuh dan menghancurkan bumi.

Telah disetujui oleh: Park Chanyeol dan Park Hye Ri.

Aku terdiam setelah membaca berkas perceraian itu hingga habis. Lalu mataku menatap Chanyeol tak mengerti dengan isi berkas perceraian ini. 

"Maksudmu apa?" tanyaku tak mengerti. "Tidak, maksudku, maksud dari berkas perceraian ini apa?" ralatku karena aku sungguh bingung dengan isi dari surat gugatan itu.

"Bukankah sudah jelas disitu bahwa aku akan menceraikanmu jika langit sudah runtuh dan mengancurkan bumi?" katanya tersenyum menatapku. Dia terlihat sangat santai setelah membuatku terlihat bodoh seperti ini.

"A-aku tidak mengerti."

Chanyeol yang masih tersenyum, kini kembali mendekatiku. Dia tiba-tiba tertawa dan berkata, "Happy April Fools, sayang." Tiba-tiba Chanyeol memelukku. Demi Tuhan, ini tidak lucu sama sekali. Aku langsung mendorong tubuhnya hingga terdapat jarak yang cukup jauh diantara kami. 

"Kau tidak tertawa?" tanyanya dengan bodoh ketika melihat tatapanku yang terlihat serius. "Aku pikir keseriusan ini bisa terpecahkan karena candaanku," gumamnya pelan.

"Aku sedang serius tentang ini, Chanyeol. Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu saat ini!" tegasku. Ini keterlaluan, maksudku, Chanyeol sangat keterlaluan tentang ini. Bagaimana bisa dia bercanda tentang hal ini.

Chanyeol melumasi bibir keringnya dengan lidah basahnya lalu menatapku setelah kembali mendekatkan jarak diantara kami. "Aku juga serius tentang ini." 

"Kau tidak serius."

"I'am."

Kedua tangan Chanyeol kemudian mengunci tubuhku hingga aku tidak bisa lari dari jangkuannya. Dia menatapku, kali ini tatapannya serius. "Aku serius tentang surat perceraian itu," katanya mantap. "Sesuai dengan isi surat yang sudah kau baca bahwa aku menggugatmu dengan semua poin-poin itu dan sebagai gantinya aku akan melakukan semuanya untukmu dan untuk..." Chanyeol tiba-tiba mengelus perutku yang masih belum terlihat bendungannya itu. "...untuk dia, anak kita." Chanyeol kali ini serius, tidak, sangat serius. Wajahnya tidak sedang bercanda. 

Dia lalu memelukku. Kali ini pelukannya sangat lembut, tidak terlalu erat hingga membuat napasku terasa sesak. Pelukannya terasa sangat hangat kali ini. "Aku tidak mau menceraikanmu. Apa kau tahu bagaimana kacaunya aku disaat kau kabur semalam? Aku benar-benar tidak tahu harus mencarimu kemana semalam. Aku benar-benar terlihat seperti orang bodoh yang hilang tujuan.

Tapi Suho hyung menelponku dan mengatakan kau ada disini. Aku bersyukur bahwa kau ada bersama Suho hyung, karena setidaknya aku tahu bagaimana keadaanmu. Semalam, aku memang akan menjemputmu tapi setelah kupikir-pikir lagi mungkin kau butuh waktu untuk sendiri. Jadi aku mengurungkan niatku untuk menjemputmu." Lantas Chanyeol meregangkan pelukan kami hingga kami bisa menatap wajah lawan bicara kami. Dia tersenyum lalu mengelus sekali lagi rambut berwarna ash brown-ku. 

"Jadi... Hubungan kita sekarang bagaimana?" tanyaku yang masih bingung dengan kejelasan hubungan kami.

"Apakah kau perlu bertanya tentang itu? Bukankah semuanya sudah jelas?" 

"Hanya ingin memastikan bahwa apa yang ada dipikiranku dan dipikiranmu adalah sama. Aku takut hanya aku yang terlalu berandai-andai tentang hubungan kita yang--"

Ciuman lembut Chanyeol berhasil mengulum sebagian besar dari bibirku. Ini terasa seperti aku sedang berada di roller coaster. Adrenalinku berpacu dengan sangat cepat. Inilah alasan kenapa aku tidak bisa dan tidak mau jika Chanyeol menceraikanku. Karena hatiku masih berdegup kencang ketika Chanyeol menciumku seperti ini meski kami sudah melakukannya dengan hitungan yang tak bisa kuhitung lagi berapa banyaknya.

"Sudah jelas kan?" tanya Chanyeol dengan wajah yang masih berada dekat dengan wajahku. Dia baru saja menyelesaikan ciumannya dan membuat hatiku masih berdegup kencang. "Apakah masih belum jelas?" Chanyeol mengerutkan dahinya setelah tidak mendengar jawaban apapun dariku. Sekali lagi, Chanyeol menciumku, kali ini durasinya singkat.

"Masih belum jelas?" tanyanya lagi. Ketika dia hampir saja mencium bibirku lagi, aku langsung menghalangi bibir kami bertemu dengan menggunakan telapak tanganku. 

"Sudah jelas. Jadi kau tidak perlu melakukannya lagi. Sekarang aku ingin kau menjelaskan kenapa kau marah padaku."

Chanyeol kali ini terlihat kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah aku melontarkan pertanyaan tersebut. "Um..." Chanyeol terlihat tidak yakin mau menjawab pertanyaanku barusan itu. "Bisakah kita tidak membahasnya lagi? Kita sudah baikkan dan tidak perlu lagi kan untuk menjelaskan hal itu?" pinta Chanyeol.

"Kita masih akan terus marahan jika kau tidak mengatakannya padaku!" Aku berpura-pura mengambek padanya. Tanganku mencoba melepaskan kedua tangannya yang masih mengurungku, tapi dengan kekuatannya yang cukup besar itu, usahaku untuk bebas tentu saja sia-sia.

"Baiklah, baiklah akan kukatakan," ucapnya menyerah.

Pria didepanku ini menghela napas sebelum berucap. Dia terlihat ragu dan gengsi untuk mengatakannya. "Eric siapa?"

"Eric? Kenapa kau membahas dia?"

"Jawab aku."

Aku mendesah pelan dan menjawab pertanyaannya. "Investor produk kami dan kami bekerja sama dengan perusahaannya."

"Tapi dia mengatakan kalau kau pacarnya."

"Dia gila. Jadi jangan percaya dia. Kau tahu kan, aku istrimu jadi tidak mungkin kalau aku berselingkuh terlebih lagi-- Tunggu! Jangan bilang kau cemburu dengan Eric?" tanyaku menyelidik. "Dan jangan bilang kau marah padaku karena kau cemburu dengan dia?" Sekali lagi aku bertanya penuh selidik. Ini sungguh tidak masuk akal jika Chanyeol benar-benar marah hanya karena Eric mengatakan dia pacarku.

Chanyeol tersenyum tipis. "Tidak. Untuk apa aku cemburu," elaknya tanpa bisa menatapku. Aku tahu dia berbohong dan aku tahu dia cemburu dengan Eric. 

"Jangan bohong."

"Aku tidak bohong." Dia masih mengelak. Kali ini Chanyeol melepaskan diriku dari kurungannya. Dia duduk di ranjang dengan mata yang terus berkeliling tanpa menatapku.

Aku berdecak tidak percaya. "Jelas-jelas kau bohong."

"Aku tidak bohong, sayang."

Sepertinya perdebatan ini tidak akan selesai jika aku tidak mengalah. "Baiklah kau tidak cemburu tapi kau merasa marah jika melihatku karena kau selalu terbayang dengan kata-kata Eric yang mengatakan aku pacarnya kan?" tebakku. 

Aku tiba-tiba tertawa. Ini sangat menggelitik. Maksudku, cara Chanyeol bersikap cemburu dengan Eric sangat lucu dan ini adalah pertama kalinya dia melakukan ini. Chanyeol menatapku bingung karena melihatku yang tiba-tiba tertawa. 

"Kau baik-baik saja kan?" tanyanya yang langsung kujawab dengan sebuah anggukan.

Kudekati Chanyeol yang duduk di atas ranjang dan dengan sengaja aku duduk di atas pangkuannya lantas merangkul pundaknya. Ah, aku rindu wangi badannya dan aku rindu bergelut lalu merangkul tubuhnya seperti ini. 

"Terima kasih. Kau sudah datang dan menyelesaikan masalah ini," ucapku lirih dengan memandangi mata hazel miliknya. Satu kecupan kudaratkan di bibirnya dan lalu memeluknya dengan erat. "Aku benar-benar merindukanmu, Chan-i," bisikku.

Chanyeol terdiam, tidak ada suara Chanyeol yang kudengar untuk beberapa saat. "Aku juga." Suaranya terdengar serak dan dapat kurasakan bahwa Tuhan memang tidak ingin untuk memisahkan kami saat ini. Tuhan masih ingin kami bersama. 

-tbc-

Mungkin ini rada gimana gitu ya ceritanya dan juga panjang banget sumpah part yang ini sampe 3,7K++ wordsnya. Semoga ini alurnya nggak bikin kalian gimana gitu ya, maksudnya ya kayak "Yaampun kak, masa cepet banget balikannya." "Astaga, balikannya gini banget. Nggak seru deh!" Sumpah ya guys aku mentok juga otaknya soalnya kalo dibikin adegan nangis terus baekkan itu rada mainstream kan. Jadi aku bikin rada kayak yang kalian baca, semoga kalian suka deh .-. HAHAHA  

Fyi, ini part terpanjang yang pernah gue tulis di Secretly Married. Semoga nggak kepanjangan ya :D Untuk chap selanjutnya gue usahain nggak nyampe 3K words deh hehe.. Spesial untuk chap ini aja yang 3,5K++ words

Even it's late, but happy April Fools everyone HAHAHAHA...

ME LOVE YOU GUYS <3 XOXO

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

190K 18.6K 70
Freen G!P/Futa β€’ peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
58.2K 7K 32
["MARRIED" SERIES #2] Semua orang di sekitarku mengenal Byun Baekhyun. Dia tampan, kaya, dan seorang CEO. Para gadis menggilainya dengan alasan bahwa...
30.6K 6.1K 40
Ketika dua insan manusia berlatarkan keluarga terkaya di Korea harus menghadapi masalah perjodohan, yang mengharuskan keduanya saling mengikhlaskan p...
183K 6K 13
"Kalian pikir gue sudi ? bahkan nyentuh sehelai rambutnya aja gue jijik, semua yang ada sama dia itu sangat menjijikkan di mata gue, kayak sampah yan...