Candour

By Andisty14

679K 21K 1.3K

5 deadly sins of relationship: Level 3 TRUST Mature content, 21+++ allowed 4 parts on private mode More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45 (39 2/3)
The Extra Part We've Been Waiting For

41

7.8K 377 24
By Andisty14


I don't know why we break so hard 

But if we're strong enough To let it in 

We're strong enough To let it go 

 - Let It All go by Birdy ft Rhodes



Dua minggu ini benar-benar berat untuk Anita, Sebastian dan David.

Diva tidak berbicara dan hanya diam terpaku. Seperti gadis yang kehilangan kesadaran dan selalu melamun setiap saat. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, yang jelas Arian hanya menyampaikan kalau Diva sedang depresi berat dan membutuhkan setiap orang untuk mengajaknya bicara.

Tanpa absen, David selalu ada disana. Menyuapi Diva makan, mengajaknya bicara, menemaninya berjalan-jalan, menunggu bahkan melihat gadis itu tertidur. Diva tidak bergeming. Gadis itu bahkan lebih parah dibanding terkahir kali David melihatnya kehilangan kewarasannya. Diva seperti seseorang yang kehilangan otaknya. Linglung, hanya duduk sepanjang hari menatap pada satu titik lalu kemudian begitu terus hingga dia tertidur.

David lebih berharap Diva berteriak histeris dan berusaha membunuhnya seperti dulu. Kenapa? Setidaknya gadis itu menunjukkan emosinya bukan mematung seperti saat ini. Ini terlalu mengerikan. Bahkan Diva bisa menatapnya dengan datar. David hampir saja menyerah.

David kembali teringat sekali lagi, ketika Anita baru saja tiba di rumah sakit dan tanpa menyapa terlebih dahulu menghampirinya dengan langkah cepat

PLAK!

Pipinya terasa panas. Dan david yakin dia memang pantas mendapatkan lebih dari tamparan Anita atas apa yang terjadi pada mereka selama ini

"Kamu gak tau kalo Diva hamil?"

David menggeleng lemah

Anita mengatur nafasnya, dadanya yang naik turun sudah kembali normal, hanya saja urat-urat kemarahannya masih terpampang nyata, "Amplop itu kemana?"

"Amplop apa ma?" Tanya David bingung

"Amplop yang terkahir kali Mama kasih ke kamu!"

Dan David hanya menghela nafas, "Aku buang..." katanya Lemah

"ITU FOTO USG ANAK KAMU! DIVA TAU DIA HAMIL DAV! ASTAGA!" Anita memijit keningnya, astaga David bodoh, brengsek, bisa-bisanya dia membesarkan anak itu, Anita tidak mengerti dimana kesalahannya mendidik David. Tentu saja, David bukan anak kandungnya, bagaimana mungkin seorang ibu tiri bisa mengasuh seperti ibu kandung. Dadanya merasa sakit seketika

Harus berapa banyak lagi tusukan tak kasat mata di dadanya yang harus dia terima. Diva tahu dirinya hamil? SementaraDavid dengan bodohnya berpikir gadis itu egois. "Ma..."

"Mama tidak tau harus bagaimana lagi Dav..." Anita menangis, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tidak ada Sebastian siang ini, dan untuk pertama kalinya Anita merasa bisa menangis cukup kuat, "Diva adalah satu-satunya yang tersisa buat Mama..."

David meraih ibunya dalam pelukannya, dan menenangkannya, "David yang salah, Ma. David udah banyak nyakitin Diva"

Dan mereka berdua menangis, benar-benar menangis di depan ruangan Diva dirawat. Beberapa perawat memandang mereka dengan iba. Tapi David tau tidak ada yang benar-benar peduli dengan mereka.

Ah. Tuhan benar-benar punya rencana yang aneh untuk membalasnya atas semua kegilaannya di masa mudanya dulu. David merasa benar-benar berdosa dan bersalah atas semua kejadian yang menimpa Diva.

...

"Jevlyn, kamu sekarang punya Mama baru. Namanya Mama Diva, coba sayang mau ketemu Mama Diva kan?" ucap Jessica lembut di depan pintu yang terbuka. Siang ini Jessica memang berencana mengajak Jevlyn ke rumah sakit atas izin dari David untuk menjenguk Diva.

Menurut Arian, mungkin saja Jevlyn bisa mengajak Diva bicara. Karena, tentu saja Diva pernah memiliki insting seorang ibu karena kehamilannya kemarin. Hanya sebagai salah satu cara agar Diva bisa tersentuh atau bicara. Karena Jevlyn masih kecil dan kemungkinan Diva terbuka pada Jevlyn sangatlah besar mengingat bagaimana Diva menginginkan seorang anak. Anggap saja Arian cukup tahu keinginan Diva karena melihat bagaimana depresinya Diva dan selalu menyentuh perutnya setiap kali ada lelaki yang masuk mendekatinya. Walaupun tidak ada yang memperhatikan, tapi Arian mengetahui hal itu. Setiap gerakan kecil Diva, Arian perhatikan dengan sangat detail, mencari setiap kemungkinan hanya agar gadis itu bisa kembali normal.

Jevlyn memberengut, "Kenapa aku harus punya Mama baru?"

David meringis, yah kenapa pula anaknya harus punya dua ibu? Benar-benar menurun darinya

Jessica memandang sekilas David, kemudian berlutut di depan putrinya, "Sayang kamu juga punya banyak Papa kan? Papa Arjuna, Papa Julian, Papa David"

"Jadi nanti aku juga punya Mama lain lagi?"

"Iya, menyenangkan bukan? Ada banyaaaak sekali orang di dunia ini yang sayang sama kamu" jawab Jessica kemudian tersenyum pada putrinya.

"Ini aneh tapi menyenangkan..." gumam kecil Jevlyn dan David hanya tersenyum mendengar gumaman itu. Memang menyenangkan punya banyak orang tua, apalagi untuk anak sekecil Jevlyn, mereka benar-benar mendapat limpahan kasih sayang

David mengajak Jessica masuk dan menutup pintu kamar Diva dengan tenang. Dia berdiri disamping Diva yang terduduk di kursi roda dan sedang memandangi jendela dengan diam. Diva pucat tapi masih saja tetap cantik. Dan dalam diam yang menyapa mereka, gadis itu sama sekali tidak bergerak untuk menyadari ada orang lain diantara dirinya dan keheningannya.

David berlutut dan meraih tangan Diva, diliriknya piring yang masih berisi potongan buah itu, masih utuh, Diva tidak menyentuhnya. David menggaruk keningnya lalu mengajak Jevlyn ke pelukannya, "Diva..."

Gadis itu tak bergeming, matanya hanya tertuju pada apapun di luar sana

"Ini Jevlyn..." Kemudian tersenyum samar, "Putriku,,, yang selama ini aku hindari"

Jevlyn menggeliat kecil memandang Diva

"Dia cantik, mirip kamu" lanjut David lagi

Jessica yang berdiri di samping David pun ikut tersenyum, "Diva, kenalin ini Jevlyn. Kamu mau liat kan? Jevlyn mau kenalan sama kamu, makanya aku ajak kesini. Kita pernah ketemu waktu makan siang, ini anak kecil yang kamu liat mirip banget sama kamu Div" katanya lembut

David membisikkan sesuatu dan Jevlyn tersenyum karenanya

"Mama,,," panggil Jevlyn pelan lalu memamerkan deretan giginya pada Diva yang dengan lemahnya menoleh kearah gadis kecil itu

Diva mengatupkan bibirnya, rapat dan mengunci Jevlyn dalam tatapannya. Tangannya mengepal begitu saja dengan kuat dan urat-urat lehernya bermunculan begitu saja menandakan deru nafas yang tak terkendali.

"Mama,,, kenapa?" Tanya Jevlyn agak ketakutan

Jessica segera menarik Jevlyn dan menggendong paksa gadis kecil itu dari pangkuan David, dan membawanya keluar ruangan. Dia mendengar teriakan dari dalam, sepertinya Diva menunjukan pergerakan. Amarah. Untung saja dia berhasil menarik keluar putrinya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Diva pasti akan mengamuk setelah melihat anak kecil. Tentu saja sangat mudah ditebak. Arian memang sialan, dan Jessica ingin menghajar Arian karena Jevlyn hampir saja melihat amarah Diva.

"What the?" Tanya Arian yang bingung karena tiba-tiba saja Jevlyn beralih ke gendongannya. Ya, lelaki itu memang sedang menunggu di depan ruangan untuk melihat reaksi Diva.

"Tutupin telinganya, Jevlyn gak boleh denger apa yang terjadi, kalo bisa lo pergi yang jauh dulu jangan sampe anak gue tau apa yang terjadi di dalem" tegas Jessica lalu meninggalkan Arian dan kembali masuk ke ruangan putih itu. Menemukan Diva yang menggengam pisau buah dengan kuat ditangan kanannya dan David yang sama kuatnya berusaha menghentikan Diva yang berusaha menusuk dirinya sendiri.

Dengan cepat Jessica menghampiri mereka berdua, mengambil pisau itu dengan paksa dan...

"JESSICA!" teriak David menyadari ujung pisau itu sudah berada tepat di leher Diva

Diva terdiam, nafasnya memburu dan disaat bersamaan menegang, sama dengan Jessica, David tidak berkutik sama sekali karena terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Diva dalam dekapan Jessica dan mata pisau mengarah pada leher jenjang gadis yang sayangi

"Jessica lepas atau..."

"Stop atau aku tusuk wanita yang kamu puja ini" Potong Jessica ketika David berusaha menghentikannya, matanya melirik pada Diva

David menelan ludah, melihat Diva sedikit meringis karena ada darah yang mengalir di lehernya, sial. Apa lagi sekarang?

"Kamu mau mati Diva?" Tanya Jessica pelan, tanpa ragu, "Aku bisa bunuh kamu tanpa perlu kamu kotorin tangan kamu itu sendiri buat bunuh diri"

David tercekat, Jessica akan menusuk Diva, bisa saja sekarang, bisa saja nanti

Sementara Diva, dia terlihat ketakutan dan mengeluarkan bulir air mata sambil menegang

"Aku udah lama berencana bales David, aku gak nyangka jalannya semudah ini..." Jessica terkekeh, "Sekarang waktunya tepat, gak ada yang tau apa yang bakal terjadi disini. Bisa aja aku tusuk kamu, lalu tusuk David. Terus aku bakal bilang kalo kamu nusuk David yang ngelindungin aku, lalu kamu bunuh diri. Mudah. Aku hanya harus keluar bawa pisau ini, cuci darah kalian, bersihin sidik jari aku, terus aku taruh pisau ini di dapur kantin rumah sakit"

David tercekat, Jessica benar-benar berencana mengakhiri hidup mereka sepertinya, gadis itu bahkan sudah merencanakan dengan matang scenario pembunuhan dalam otaknya

"Aku kira Sophia berhasil membunuh kamu Diva, sayang sekali. Aku diem selama ini hanya supaya bisa cuci tangan dari menyingkirkan kamu dan mendapatkan David setelah gadis gila itu masuk penjara.

Nyatanya kamu malah selamat disini. Ck. Sia-sia selama ini aku menyembunyikan rencana Sophia kalau tau gadis itu gagal" jelas Jessica kemudian menggeser sedikit letak pisau itu hingga ke leher Diva dan membuat luka itu sedikit panjang

Diva memejamkan matanya menahan sakit yang dia rasakan, menahan ketakutannya yang semakin menjadi-jadi. David menggeleng lemah, memohon agar semua ini berhenti. Bukankah sudah cukup kemarin mereka hampir menjemput maut karena Sophia

"Sekarang sudah sadar Diva?"

Diva menangis, "Jess..." lirihnya

"Kamu mau kan dibunuh sama Aku dan David berakhir sama Aku?" Tanya Jessica "Itu tujuan aku dari dulu"

"Kamu gila J?" Tanya David

"Mungkin"

"Ini Diva. Sahabat kamu juga" David mencoba meyakinkan Jessica dengan tenang, hanya agar gadis itu menjauhkan pisaunya dari leher Diva

"Dan dia juga yang merebut kamu..." Jelas Jessica tajam, "Dia juga mau mati Dav? Kamu liat sendiri kan tadi dia berusaha nusuk dirinya sendiri. Sekalian saja aku yang bunuh Dav, itu lebih cepet. Karena kamu gak mungkin ngebiarin dia nusuk dirinya sendiri kan? Biar aku aja, supaya lebih gampang"

Baik David maupun Diva terkejut

"Aku selalu pengen nyingkirin perempuan yang menjadi perhatian kamu Dav"lanjut Jessica dengan tenang sambil kembali menggeser posisi mata pisau yangmenyentuh kulit Diva dan tersenyum memandang David tajam    

Continue Reading

You'll Also Like

391K 53.9K 49
Ranking : #1 dari 15,1K Chicklit (12-13 Okt 2020) Catatan : ini adalah kisah nyata, ditulis dengan izin si pemilik cerita. Nama tokoh dan tempat tel...
20.2K 1K 15
Kini impiannya memiliki toko roti menjadi kenyataan dan perkembangan Moema Bakery benar-benar menjadi kebahagian Alma yang sempat merasa kehilangan g...
822K 28.5K 16
Dia menjadi playboy karena pengalaman paling traumatis saat kanak-kanak. Tapi dia tak dapat menghindar ketika wanita yang membuatnya tertarik memilik...
5.7K 473 6
Kisah si remaja yang bernama jaemin ingin sekali menonton konser nct dream dari dlu. Namun akhirnya jaemin bisa mengunjungi konser dan menikmatinya...