"Iya kayak gitu" Joy mengajarkan Yuki cara mendesain sketsa. Pasca tragedi itu, akhirnya Yuki bisa terang-terangan menjenguk Joy tanpa takut Stefan tau dan merasa bersalah. Kini, Yuki sibuk dengan dua hatinya disamping profesinya membuat Vega jadi pusing mengatur jadwalnya lagi.
Hari ini, Yuki menjenguk Joy dan mereka sedang menggambar desain baju kombinasi untuk koleksi baru Yuki. "Kalo yang ini, kamu perlu menyamakan warna saja. Seperti memadukan topi baseball putih dengan sepatu converse kesayangan kamu, pasti hasilnya bagus" Terang Joy memperlihatkan desain kaos youcansee gombrong dengan rok sifon dipadu cardigan youcansee dengan potongan asimetris pada bawahannya khusus untuk cewek tomboy.
"Oke... tapi buat pake kemana?" Tanya Yuki bloon
"Jalan-jalan lah, masa mancing"
"Oooh.... terus kalo yang ini?" Tanya Yuki menunjukkan sebuah terusan jumpsuit dengan kerah kemeja, kantong didada, dan saku celana dimana panjang celana 7/8 yang dipadukan sebuah rompi rajut menutupi bahu.
"Kalo yang ini kamu bisa pakai waktu kuliah. Hanya tambahkan jas untuk menutupi bokong. Selain itu, jalan-jalan juga bagus, acara live juga cantik. Untuk aksesoris cukup tambah bando, headband, atau gelang etnik. Jadi terkesan kayak orang eropa" Ucap Joy
"Trus sepatunya apa?"
"Higheels 7 centi, gladiator shoes heel's juga bisa. Usahakan warna kulit jangan warna putih atau abu-abu apalagi warna shocking"
"Oke...." Yuki kembali fokus dengan desainnya yang bisa dibilang belum siap.
"Terus, desain kamu mana?" Tanya Joy
Yuki cengengesan sambil memperlihatkan hasil karyanya yang berupa kertas coret-coretnya pada Joy "Bukannya gambar, malah nulis coretan" Sungut Joy datar namun matanya menatap Yuki malas.
"Hehehe.... aku gak pinter menggambar sih, tapi kalo soal coret-coret aku jagonya"
"Anak bayi juga jago kalo disuruh coret-coret doang"
"Aku kan bukan Designer Joy, jadi jangan protes dong"
"Iya... deh... " Ucap Joy kembali fokus pada desainnya.
"Sayang,"
"Emm"
"Waktu check up kemarin... dokter bilang apa?" Tanya Yuki spontan Joy berhenti menggambar sejenak dan kemudian Ia menggambar lagi.
"Ada kemajuan" Ucap Joy datar
"Hanya itu?"
Joy tersenyum "Iya, kata dokter aku harus terus kemoterapi dan radioterapi sebagai penunjang untuk mematikan sel kanker dalam tubuhku agar selalu ada kemajuan tiap bulannya"
"Jadi ada kemungkinan kamu membaik dan sembuh" Balas Yuki sumringah
"Semoga"
"Yang semangat ya, terus turutin apa kata dokter. Aku aja selalu disuruh gitu, padahal baru 2 hari demamku sembuh masih aja disuruh minum vitamin dan banyakin makan sayur, buah sama jus. Akhirnya menu dietku diganti dengan serba vegetarian sama Vega" Ucap Yuki males membuat Joy tersenyum
"Vegetarian kan bagus"
"Bagus apanya? Daging itu nikmat tau, apalagi ayam goreng tepung, hemmm.... kapan ya bisa makan kayak SMA dulu? Bakso, mie ayam, snack, cemilan, kue, puding... kalo sekarang cuma bisa hirup aromanya doang terus ngayal" Curhat Yuki dan mendengus sebal.
"Kalau kamu makan semua itu, siap-siap aja lambung kamu jadi sasarannya Sayang"
"Iya sih, oh iya! Stefan jadi kemari?" Tanya Yuki
"Jadi, emang kenapa?"
"Pengen ketemu, soalnya udah lama gak ketemu Stefan. Akhir-akhir ini dia sibuk sama skripsi jadi gak ada waktu buat aku. Hehehe...."
"Oh... justru dia lumayan sering menjengukku"
"Really? Dasar Baby jelek! Giliran ada temen baru pasti lupa sama aku" Gerutu Yuki sebal mengacak tangan ke dada
"Betee.... kamu jangan sering bete dan ngambek gitu, udah gede juga"
"Hehehe... maklumlah, masa kecil kurang bahagia"
"Kita punya kesamaan"
"Hehehe....."
"Tititit.....Titititit.....Tititit...." Alarm Yuki berbunyi mengalihkan perhatiannya melihat jadwal yang kini menunggu "Aku pergi ya sayang, ada pemotretan edisi Summer om Yohannes" Kata Yuki merapikan dirinya lalu menjinjing tas dan tak lupa mengecup kening Joy
"Oke, hati-hati bawa mobilnya" Balas Joy
"Iya, aku pergi" Ucap Yuki segera menuju pintu kamar tanpa tau pintu udah terbuka dan "Brukk!!" terjadi benturan diantara mereka
"Sorry" Yuki meminta maaf dan melihat orang didepannya "Baby!" Serunya bahagia langsung memeluk tanpa Stefan minta "I miss you," Imbuhnya manja mengembangkan senyuman Stefan dan membalas perhatian Yuki dengan mengelus kepalanya.
"Mau pergi?" Tanya Stefan
"Ah iya! Aku pergi dulu ya" Yuki langsung mengurai pelukannya dan tak lupa mengecup pipi Stefan dulu.
"Iya" Balas Stefan membalas kecupan Yuki "Hati-hati Bi" Imbuhnya
"Iya Bi, bye"
"Bye" Balas Stefan melihat Yuki yang pergi barulah masuk ke kamar Joy "Hai Joy" Sapanya datang dan melihat Joy masih sibuk. Ia menghampiri Joy dan tersenyum "Hei Joy..." Sapanya lagi mendongakkan kepala Joy melihatnya yang baru datang.
"Hai," Balas Joy sumringah "Gimana perasaannya yang selalu sibuk skripsi dan ketemu dosen?" Tanya Joy sedikit jahil
Stefan menghela nafas panjang dan meletakkan tas selempangnya di lantai tepat disamping Ia duduk "Gitu deh, biasalah" Balasnya
"Hehehe... yang semangat Bro, sebentar lagi juga bakal seminar"
"Amin... Elo lagi ngapain?" Tanya Stefan melihat Joy yang sibuk.
"Gue lagi buat sketsa baru untuk koleksi fashion Yuki. Udah lama juga gak kerja, jadi kangen. Sayang, gue gak bisa lagi menjalani profesi gue sebagai Designer. Jadinya ya menggambar sketsa aja udah cukup"
"Elo pasti cepet sembuh, lagipula Yuki selalu menyemangati elo dan ada disamping elo"
"Dan disamping elo juga" Ucap Joy
"Iya, gue juga. Oh iya, bokap elo sering datang? Gue baca tabloid online, bokap elo mulai terjun dunia bisnis jam tangan."
Joy mengangguk mantap "Ya, salah satu hobinya yang mengoleksi jam tangan mewah. Karena Papa punya selera bagus dan tertarik dengan dunia bisnis dagang, jadinya tanam saham di perusahaan temannya"
"Oh... berarti kemungkinan jarang jenguk elo dong"
"Gak Stef, justru bokap selalu berkunjung. Kemarin aja baru ketemu Yuki"
"Oh..... oh iya, elo bilang lagunya udah jadi? Kebetulan besok gue mau latihan jadi bisa sekalian aransemen musiknya"
"Oh iya? tunggu sebentar ya" Joy berniat mengambil notebooknya yang tergeletak dinakas meja tempat tidur rumah sakit. Namun tiba-tiba kepalanya seakan tertusuk ribuan jarum dan matanya mendadak kabur.
Stefan melihat Joy yang kesulitan "Elo kenapa Joy?" Tanyanya bingung. Joy langsung menyembunyikan rasa sakit itu dengan mengambil notebooknya lalu memberikannya pada Stefan.
"Elo sakit?" Tanya Stefan kuatir
"Gue gak apa-apa... mungkin karena sedikit telat minum obat tadi jadinya pusing karena obatnya belum bereaksi." Jabar Joy
"Oh," Stefan mengerti dan beralih melihat notebook Joy "Note yang mana nih, buat dijadikan lagu?" Tanyanya
Joy tersenyum "Note yang terakhir, gue tulis itu waktu Yuki gak jenguk gue selama seminggu"
Stefan terkekeh "Karena callingan Fashion Street di Malaysia makanya pembagian jatah dimanja tertunda"
"Hahaha.... Parah lo" Joy tertawa
"Tapi bener kan?"
"Iya sih, mending elo baca note gue aja dulu"
"Oke Bos" Balas Stefan beralih membaca notebook Joy
Kutanamkan hatiku tumbuh bersamamu
Tak kan ku petik hingga akhir masa hidupku
Dengarlah kau dengar
Selama bumi berputar ku tetap milikmu
Dewi.... bukalah kedua matamu
Pandanglah ruang dihatiku
Dewi.... berikan nafasmu untukku
Agar kuhidup bersamamu
Bersamamu... terus bersamamu (Dewi-Alexa)
"Kata-katanya indah" Puji Stefan
"Makasih"
"Tapi kayaknya belum ada judul"
"Judul?"
"Iya, tiap lagu harus punya judul. Kalo gak ada judul nanti akan terlihat aneh"
"Oh... menurut elo, bagusnya apa?" Tanya Joy bingung
Stefan berdecak menemukan ide "Emmm..... gini aja, bagi elo Yuki itu apa?"
"Maksudnya?"
"Elo ibaratkan Yuki sebagai apa, gitu"
"Dia cahaya gue"
"Cahaya.... kayaknya gak cocok deh, soalnya gak ada kata cahaya otomatis gak memperkuat lagunya. Tapi disini banyak pengulangan kata dewi"
"Dewi?"
"Iya, Dewi"
"Dewi judul yang bagus juga untuk lagu"
"Eh iya, kalo gitu judulnya dewi aja." Cetus Stefan antusias "Sebentar ya gue catet lagunya dulu"
"Oke" Balas Joy menunggu Stefan selesai mencatat puisinya untuk dijadikan lagu.
"Elo yakin ini lagu buat band gue? Soalnya sayang aja, elo bisa jual ke musisi ternama dan bisa dapat royalti sebagai pencipta lagu" Jabar Stefan sembari menulis
"Gue gak mau musisi lain, gue cuma mau band elo yang nyanyikan. Buat apa cari musisi lain kalo musisinya udah ada didepan gue"
Stefan tersenyum malu "Gue bukan musisi kali, masih jauh dari kata musisi malah"
"Elo terlalu merendah, Stef...."
"Gue serius Joy, justru yang bisa disebut musisi itu ya kakak gue. Dia lebih puitis sekaligus playboy"
Joy terkekeh "Jahat lo, ntar kalo kakak elo denger gimana?"
"Yah... paling gue dijitak. Udah sering kayak gitu, lagipula salah satu yang buat Yuki bahagia, waktu liat gue dianiaya Maxime. Tuh anak jahat kadang-kadang"
"Dia emang kayak gitu, malah jatuhnya bikin kita gemas"
"Begitulah..." Balas Stefan santai
Joy bahagia bisa mengetahui sifat Stefan yang masih menganggapnya seorang teman "Stef" Panggilnya
"Ya?"
"Gue harap kita tetap berteman seperti ini ya," Tutur Joy menghentikan aktivitas Stefan dan menoleh kearahnya "Jujur baru kali ini gue punya bestfriend. Gue harap orang yang dipilih Yuki nanti, bisa membahagiakan Yuki dengan sepenuh hatinya"
"I hope so...."
"Semoga Yuki memilih sesuai kebahagiaannya bukan untuk kebahagiaan orang lain" Ucap Joy mengelus cincin Mamanya.
"Gue yakin, Yuki gak akan salah mengambil keputusan untuk kebahagiaannya" Balas Stefan tersenyum dan hal itu membuat Joy ikut tersenyum.
=00=