8.3

1.1K 205 4
                                    

Stefan dan Yuki kini ada di tempat jemuran sedang memandang bintang dengan tangan saling tertaut dan gelang mereka bersentuhan. Sedari tadi Yuki selalu tersenyum karena hari ini adalah hari sangat bersejarah baginya, selain bisa mengungkapkan isi hatinya, ia juga bisa meraih kasih sayang Mamanya lagi. Hal yang dari dulu menjadi impiannya kini terwujud dan membuatnya bahagia.

"Hehehe" Yuki tertawa dan Stefan terusik

"Seneng banget,"

"Banget... banget... banget! Hemm... Gue pikir, alasan gue berani kayak tadi sore itu karena Joy"

"Joy?"

"Yup, karena gue kesal sama dia jadinya gue meluapkan kekesalan gue dibuku diary. Tadi siang, Joy ngusir gue dari apartementnya karena alasan simpel sih... gue lihat dia dan papanya bertengkar." Cerita Yuki lalu menatap langit lagi "Ternyata seorang Joy punya sisi kelam juga, diasingkan oleh orang tuanya"

"Maksudnya?"

"Ya... dia itu sama kayak gue, jadi objek kekesalan bokapnya, Joy Anjas Samudera Designer khusus pakaian laki-laki yang terkenal di Indonesia dan sedang meniti karir di dunia mode internasional"

"Wauw.... ternyata Papa Joy Designer juga,"

"Iya, cuma bedanya, Joy itu Designer khusus pakaian cewek kalo bokapnya pakaian cowok. Lucu yah..."

"Yup"

Yuki menghela nafasnya pelan "Gue kesal sama dia karena gak ijinin gue bantu obatin luka bekas tamparan bokapnya. Padahal itu semua karena gue"

"Karena elo? Maksudnya?"

Yuki menunduk "Ya Stef, Joy bela gue waktu Bokapnya hina gue. Bokapnya bilang setiap model yang ada didekat Joy, pasti udah gak perawan lagi. Jahat banget kan...."

Stefan terduduk kaget "Berarti dia orang brengsek dong! Elo gak boleh deket-deket sama dia, ntar elo diperkosa gimana?" Ia mulai parno dan Yuki langsung manyun.

"Yeee.... santai aja kali, gue bisa jaga diri kok! dan gue yakin kalo Joy gak bakal bertindak sejauh itu sama gue. Soalnya sampai detik ini Joy sangat menghormati gue sebagai modelnya. Meskipun dia nyebelin tapi dia orang baik kok, biarpun sok jadi motivator tapi emang seorang motivator sih terus.... sok ganteng tapi emang ganteng sih" Gumam Yuki berpikir

"Elo gimana sih? Nyebelin tapi baik, sok jadi motivator tapi emang motivator, sok ganteng tapi emang ganteng? Aneh"

Yuki menghela nafas pelan "Joy itu..... orangnya dingiiiiin banget, ngomong aja irit kecuali kalau sedang jelasin tentang dunia model. Itu pasti detaiiillll terus panjaaaang sampe gue ngantuk. Dia juga punya mata tajem kayak samurai, gue ledek dia dengan sebutan 'si mata singa'. Tapi, dari semua yang dia lakuin untuk gue, selalu berhasil merubah gue jadi lebih baik meskipun awalnya gue sempet hampir bawa pedang ke muka dia. Tapi dari semua kekurangannya, dia baik dan dewasa"

"Oh ya? Dewasa-an mana ama gue?" Tanya Stefan mulai cemburu dalam hati

"Sama sih. Tapi gue akuin dia lebih dewasa dalam mengenal kehidupan. Sejauh ini dia aman"

Stefan mulai was-was dengan obrolannya bersama Yuki. Ia merasa ada yang tak beres dengan Yuki sekarang. "Emm... Yuki, apa perasaan elo ada yang berubah?"

"Maksud elo?"

"Perasaan elo... elo gak jatuh cinta sama Joy kan Yuk?" Tanya Stefan menyelidik. Yuki menerawang, melipat kedua kakinya dan memeluk dengan tangan. Ia berpikir keras dan Stefan tak sabar mendengar jawabannya. Yuki menghela nafas membuat jantung Stefan berderu kencang "Ngga. Gue respect sama dia sebagai motivator cita-cita dan tukang tindas gue" Terang Yuki membuat Stefan bernafas lega.

NOT LOVE STORY - DestinyWhere stories live. Discover now