14.5

1.3K 262 10
                                    

Terima kasih partisipasi para readers selama ini hingga story fanfiction StefKi ini berhasil meraih 30 ribu readers... Thank you... Ini adalah story keduaku di Facebook yang sudah mengalami revisi panjang. Mohon maaf jika masih ada kesalahan grammar dan semoga kalian menikmatinya sampai ending....

Jangan lupa Like dan Commentnya ya.... Jangan Spoiler bagi yang udah pernah baca story ini di FB karena ntar bikin orang jeaoulus.....

Selamat menikmati

"Happy brithday Yuki," Ucap Joy di kesunyian malam. Ia sengaja bangun demi melihat langit yang penuh bintang malam ini.

Layar ponsel Joy menyala dan terdengar irama lagu ulang tahun membuatnya tersenyum karena waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam "Terima kasih Tuhan, telah membiarkanku hidup sampai sekarang" Ucapnya menatap malam lalu mengelus cincin yang tergantung dilehernya "Makasih Ma, Mama membiarkanku masih bernafas saat ini. Bantu kirimkan doaku untuk wanita yang kucintai ya Ma, saat ini ulang tahunnya yang ke 18. Semoga dia selalu bersinar dipanggung catwalk, menjadi wanita sempurna yang apa adanya dan dikelilingi cinta. Amin" Doanya teriring sambil menatap ponsel itu dengan nanar. Layar yang menampilkan wajah Yuki menarik perhatiannya untuk mengelus foto tersebut "Semoga Stefan bisa terus membahagiakanmu Yuki, aku yakin kamu makin mencintainya" Tuturnya lirih meski tersenyum.

Keadaan Joy telah berubah sekarang, rambutnya dicukur habis pasca operasi pengangkatan sel kanker. Wajahnya memucat namun senyuman dan bias matanya yang tajam tak pernah hilang.

"Kamu sedang apa Joy?" Tanya Anjas menghampiri anaknya tengah memandang langit malam dari jendela kamar.

"Aku sedang berdoa untuk seseorang yang berulang tahun hari ini Pa," Kata Joy

Anjas mengerti "Tentu saja untuk Yuki" Tuturnya lalu mengelus bahu Joy "Joy, Papa harap kamu bisa jujur tentang perasaanmu pada Yuki. Papa tau, jauh dalam lubuk hatimu, kamu selalu merindukan kehadirannya. Seharusnya kamu mendengar suara hatimu bukan mengelaknya. Jangan jadi seperti Papa Joy, saat semua sudah terlambat, barulah menyesal. Papa sadar semua perbuatan Papa selama ini adalah salah dan Papa mau memperbaikinya. Saat ini, Papa sedang menebusnya. Jadi Papa harap, kamu jangan menyesali keputusanmu dan membiarkan penyesalan itu menghantuimu" Anjas menasehati Joy untuk jujur dan perduli pada hidupnya sendiri.

Anjas telah berubah setelah tahu keadaan Joy yang sebenarnya. Ia mencurahkan segala perhatiannya hanya pada Joy dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan yang membuatnya tenang.

Joy menoleh dan tersenyum lalu menatap bintang dilangit lagi "Yuki mencintai bintang dan rela duduk berjam-jam hanya untuk menikmati keindahan malam. Bintang tak hanya bersinar saat malam saja bahkan pada pagi hari meskipun matahari mengalahkan sinarnya. Bagiku, aku adalah bintang Pa, bintang yang selalu bersinar meski harus mengalah pada sinar matahari. Kebahagian Yuki sudah mewakili seluruh perasaanku Pa. Melihatnya bahagia, adalah bukti seberapa dalam rasa cintaku. Semakin dia bahagia... semakin dalam pula rasa cintaku dan penyesalan takkan menghantuiku. Sebab kebahagiaan adalah obat dari penyesalan" Tuturnya membuat Anjas memeluk anak semata wayangnya ini.

"Papa terus berdoa sama Tuhan tentang kamu Joy. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan Yuki tetap menjaga cintanya untukmu"

"Makasih Pa," Joy terseyum mendengar penuturan Anjas dan melihat langit malam yang bertabur ribuan bintang tengah bersinar sekana-akan mengabulkan doa Anjas malam ini.

"Kabulkanlah doaku Tuhan...." Tutur Anjas dalam hati

"Heeekkk!!!" Yuki terbangun dari tidurnya dan melihat semua sangat gelap "Loh? Loh? Loh? Kenapa mata gue?" Tanyanya bingung dan ada menutup matanya

NOT LOVE STORY - DestinyWhere stories live. Discover now