9.7

1K 219 12
                                    

Ia melepas cengkraman tangannya pada kerah jaket Joy dengan kasar dan menatap tajam Yuki lalu pergi. Yuki menyadari kesalahannya spontan mengejar sehingga pertengkaran itu bubar. Beberapa teman yang mengkhawatirkan Joy langsung menghampirinya.

Stefan malas membela orang yang jelas-jelas tak menghargainya. Ia bersiap-siap untuk pergi disaat Yuki sampai yang tengah menghadangnya. Stefan yang masih kesal langsung membuka helm dan turun dari motornya.

"Elo keterlaluan Stef, harusnya elo gak menghajarnya karena cinta gue yang ditolak. Stefan yang gue kenal, dia bisa meredam emosinya sendiri" Kata Yuki justru menyulut emosi Stefan yang sedari tadi belum hilang. Rasa tak dihargai membuatnya sadar bahwa semua yang dilakukannya itu hanya sia-sia lalu beralih memakai helm bersiap-siap pergi.

"Elo harus minta maaf sama Joy, Stef" Ujar Yuki yang begitu membuat kuping Stefan memanas karena jengkel dan melepas helmnya kasar "Apa yang elo lihat dari dia Yuki? Dia udah nyakitin elo!"

"Tapi bukan dengan cara memukul semua selesai Stef!"

"Joy udah nyakitin elo, jadi gue membalas rasa sakit elo itu dengan menghajarnya. Tapi elo malah suruh gue minta maaf?!"

Yuki menahan amarahnya "Ya... Membalas dengan tindakan gak akan bisa menyelesaikan masalah. Cukup ngomong bisa kan Stef, gak perlu pake otot. Tindakan elo udah buat arena kacau, apa elo gak sadar" Desisnya jelas membela Joy

Stefan meradang dan mencengkeram bahu Yuki erat "Ada apa dengan elo Yuki, Hah?! Dia udah nyakitin elo tapi elo masih membelanya. ELO MASIH MENCINTAINYA?!" Cecar Stefan penuh emosi.

Yuki menatapnya sejurus berusaha menahan amarah agar Stefan bisa meredam emosinya sendiri "Gue gak mau tangan elo kotor karena darahnya. Gue gak mau sahabat gue menghajar orang yang gak pantas untuk dihajar. Salah benarnya seseorang bukan elo yang nilai Stef! Dia yang nunjukin cita-cita gue sampai gue bisa sukses kayak sekarang, inget itu!"

"Terus, gara-gara dia buat elo jadi model, dia berhak hancurin hati elo?!" Desis Stefan makin geram "Elo gak perlu bela dia Yuki?! Karena ini masalah hati bukan cita-cita!" Bentak Stefan emosi

"Gue akan melupakannya Stefan"

Stefan berdecak "Bohong! Sekarang elo masih membelanya, Yuki"

Yuki tahu Stefan tak percaya padanya justru membuatnya lelah dengan emosi Stefan yang meledak-ledak tak tentu arah "Mau lo apa Stef? Elo datang dan buat semuanya jadi kacau! Mau elo apa?!"

"Gue gak suka ada yang menyakiti sahabat gue" Desis Stefan

"Gue gak perlu dibela, gue cewek kuat! Gue bisa mengatasi rasa sakit gue sendiri" Balas Yuki tak kalah tajamnya

Stefan tersenyum remeh "Benarkah? Elo terisak waktu lihat dia nyium cewek lain Yuki, elo nangis. Itu yang elo maksud cewek kuat? Elo... cewek lemah" Desis Stefan membuat Yuki bungkam.

Stefan menghirup nafas dan membuangnya kasar. Ia menggenggam kedua bahu Yuki dan menatap matanya lekat-lekat "Lo tau, saat elo nangis gue juga ikut nangis. Saat elo disakitin gue juga tersakiti. Gue gak rela airmata elo jatuh karena dia. Dulu elo gak separah ini. Tapi sekarang karena dia nolak elo, elo hancur. Apa elo bodoh Yuki? Dia udah nyakitin hati elo"

"Elo berlebihan Stef," Kata Yuki terisak tak menyangka Stefan begitu kejam menyakiti hatinya dengan kata-kata kasar seperti itu.

Mendengar penuturan Yuki, Stefan melepas genggamannya dengan kesal "Elo yang berlebihan Yuki! Gue emosi karena elo masih mengharapkannya! Lo tau, gue capek dengan elo yang sekarang. Gue lelah nyimpen semua ini sendirian. Gue lelah ngadapin sikap elo yang selalu mencari orang lain tanpa tahu ada cowok yang selalu ada disamping elo dan mencintai elo lebih dari siapapun"

NOT LOVE STORY - DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang