3.1

1.2K 236 6
                                    

Maxime baru pulang dari latihan basket bersama teman-temannya sore ini. Ia lelah namun puas sebab bisa mencetak angka saat latihan membuatnya percaya diri tetap mempertahankan gelar MVP yang lama disabetnya sejak SMP. Tas tersandang dibahunya sambil menaiki anak tangga menuju kamar yang tak jauh dari kamar Stefan.

"Iya Chika sayang.... aku udah sampai dirumah nih. Gimana lesnya?"

"Baik kok, besok kamu jemput aku di tempat latihan Ballet?"

"Iya, terus kita nonton ya. Besok kan malam minggu"

Chika tersenyum dan masuk ke mobil jemputannya "Iya"

Maxime tersenyum dan menyender di pintu kamar Stefan "I love you"

"I love you too, bye Max"

"Bye sayang" Balasnya menutup telepon "Yes!!! Malam mingguan..."

"Hah.... Hah... Hufff.... Hah....." Terdengar suara aneh membuat Maxime tak jadi beranjak dari kamar Stefan. Ia lebih tertarik mendengar desahan yang berasal entah darimana.

"Hah... Hah.... kalo lo turun, berarti gue menang dan elo kalah" Kata Yuki membuat mata Maxime melotot lebar

"Oke, gue kocok ya" Balas Stefan makin menajamkan pendengaran Maxime

"Yup! Kocok lagi" Sautan Yuki berhasil membuat mulut Maxime ternganga sempurna.

"Mereka ngapain ya?" Tuturnya berusaha berpikir positif sekarang

"Lo jangan ikut pegang dong, gue masih kocok nih!" Sungut Stefan melarang

"Habisnya elo lama banget ngocoknya, kayak Kakek-Kakek aja. Buruan!" Balas Yuki membuat pikiran positif Maxime buyar total

"Apa... jangan-jangan?!!!!" Ia mulai berpikiran aneh "Gak bisa dibiarin! Mesum dirumah gue!"

Maxime menarik sadel dengan emosi dan membuka pintu lebar-lebar hingga terhentak keras tak berdaya. Stefan dan Yuki yang kaget langsung melihat Maxime yang kini bermuka merah sambil mendengus keras. Maxime masuk dengan langkah yang besar seraya memeriksa kamar Stefan terutama tempat tidur yang masih rapi? Spontan Maxime bingung. Ia beralih menatap Stefan dan Yuki ada didepan meja dengan permainan ular tangga dan masih menatapnya muka penuh pertanyaan.

"Kalian ngapain?!" Tanya Maxime emosi

Stefan meringis "Hah... hah... hah.... Main... Ular tangga.... sumpah Yuki, gue gak kuat lagi! Air.... gue mau air!" Pintanya gerah dan berniat merampas minuman dingin yang ada dipangkuan Yuki.

"Gak! Elo.... belum jalan, jalan dulu!" Yuki melarang meskipun Ia juga dilanda kepedasan tingkat akut

"Wah... gila lo yah.... gue gak mau sakit perut dodol!" Stefan mengambil paksa botol air yang ada dipangkuan Yuki dan menenggaknya sampai habis.

"Haaaah___leganya.... bener-bener sakit jiwa lo Yuki, beli Maicih level 10. Perut gue panas banget" Omel Stefan lalu menenggak air dalam botol minumannya yang lain.

Yuki terpaksa mengakhiri permainan ular tangga dengan tampang sebal dan perasaan setengah hati lalu menenggak minumannya "Parah lo, bentar lagi gue mau menang tau!" Gerutunya saat melihat pionnya sudah ada di kotak ke 4 sebelum menjadi pemenang sedangkan pion Stefan ada dibelakang Yuki tepatnya 3 selang menuju kotak pemenang.

"Gue tinggal dapetin angka 3 langsung menang. Buruan, kita main lagi! Lo kocok dadunya!" Perintah Yuki semangat sedangkan Stefan masih kepedesan karena kalah.

Stefan dan Yuki selalu bermain apapun dengan taruhan. Seperti sekarang, Stefan kalah dan otomatis Ia harus memakan keripik maicih 5 lembar hingga mukanya memerah, berkeringat dan bibir mendadak jontor karena kepedasan. Stefan kembali bermain dan mengocok dadu sedangkan Yuki yang bernasib sama dengannya hanya melihat Stefan memajukan pion.

NOT LOVE STORY - DestinyWhere stories live. Discover now