BAB 1

3.7K 348 20
                                    

BEBERAPA TAHUN YANG LALU.....

"BRUUUKK!!!" Buku-buku berjatuhan dari meja karena Yuki membongkarnya dengan terburu-buru. Ia sedang menyiapkan buku pelajaran sebelum Mamanya memekik dan menyuruhnya mandi dari lantai bawah.

"Finish!" Tuturnya mantap langsung berlari ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Beberapa menit menjelang, Yuki sudah selesai menyiapkan diri dan kini ada didepan cermin sedang menyisir rambut hitam panjang sepunggung dengan poni yang menutupi kening. Ia menguncir rambutnya lalu memakai gelang kulit bermata satu bintang ke pergelangan tangan kiri. Setelah dirasa siap, Ia mengambil tas kemudian keluar kamar dengan langkah cepat untuk sampai ke ruang makan dilantai bawah.

"Jangan lari-lari di tangga Yuki, nanti kamu jatuh" Omel sang Mama dingin

Yuki menatap sang Mama tengah menyuapi Bastian yang sudah berumur 11 tahun. "Ya Ma, maaf" Balasnya merasa bersalah lalu mendekati meja makan dan duduk dengan baik. Ia melihat roti bakar yang sudah tersedia dipiringnya berikut segelas susu. Yuki mengulum senyum bahagia spontan senyumnya menghilang saat melirik Bastian yang disuapi sang Mama. Bastian bukan anak yang manja tapi Mama mereka terlalu memanjakannya. Hal yang diharapkan Yuki tapi hanya sebuah mimpi baginya.

"Biar aku makan sendiri ya Ma" Ujar Bastian membuat Bella tersenyum dan mengelus wajahnya

"Iya, tapi hati-hati makannya ya sayang"

Bastian mengangguk dan menikmati sarapannya. Yuki ikut menikmati sarapan meski sesekali melirik Mama yang masih menatap Bastian.

"Nanti sampai disekolah, kamu harus bisa menjawab semua soal dan jadilah kebanggaan Mama ya Bas" Pesan Bella menghentikan kunyahan dimulut Yuki. Jujur dalam hatinya, Yuki sadar bahwa Ia belum bisa membanggakan Mamanya seperti yang Bastian lakukan.

"Ya Ma," Bastian tersenyum menyambut suapan terakhir rotinya.

Bella melihat Yuki sejenak lalu menghela nafas panjang. Yuki menyeruput minumnya pelan seraya melirik Mamanya lalu menghela nafas pelan. Ya, setiap pagi mereka pasti seperti itu.

"Yuki, jangan lupa minta kumpulan nilai ulanganmu sama Pak Agung ya. Mama belum lihat nilai ulangan harian kamu semester ini" Pinta Bella datar

"Ya Ma... emm... aku dapat nilai 85 dalam matematika" Pamer Yuki antusias berharap senyuman mengembang dari bibir Bella.

"O.." Tanggapan Bella, sang Mama hanya datar "Mama harap kamu bisa mendapatkan nilai sempurna seperti adikmu Bastian" Imbuhnya membuat Yuki sedih tapi Ia tidak perduli, suatu saat Ia pasti akan meluluhkan keras hati Mamanya.

"Iya Ma," Balasnya semangat dan menyantap roti dengan senang.

"TIT....TIT..." Bunyi klakson minibus menghentikan percakapan dingin itu. Bella langsung membantu Bastian bersiap-siap.

"Bastian pergi ya Ma," Pamitnya

"Iya, Mama anter"

"Ya udah, aku pergi ya Kak" Pamit Bastian mengecup pipi Yuki

"Yups! Hati-hati" Yuki mengingatkan meskipun mulutnya masih mengunyah.

Bella mengantar Bastian sampai ke depan minibus lalu melambaikan tangan. Setelah Bastian pergi, Bella kembali ke ruang makan untuk sarapan pagi. Sebelum sarapan, Bella menyeruput segelas orang juice sambil memperhatikan Yuki. Ia melirik jam dinding lalu menghela nafas karena Yuki belum juga selesai. "Yuki, sarapannya dipercepat sedikit. 20 menit lagi jadwalmu masuk sekolah, apa kamu tidak ke sekolah?" Tegurnya sinis membuat Yuki kembali merasa bersalah

"Iya Ma. Aku ke sekolah, tapi aku harus menghabiskan makananku dulu"

"Baiklah. Kamu yang rajin ya belajarnya, seperti adikmu Bastian." Tutur Bella menambah selai nenas keatas roti tawar miliknya "Mama ingin kamu jadi dosen nanti" Pesannya membuat Yuki tersenyum kecut. Di hati Yuki, tak terbesit niat untuk jadi dosen bahkan profesi yang berbau pendidikan seperti itu. Profesi yang begitu dibencinya karena mengingatkan akan sosok Papanya. Tapi masalahnya, Yuki belum tahu mau jadi apa bagaimana ingin menyampaikan pendapatnya. Itulah Yuki, buta masa depan namun Mamanya memberi peluang yang tak membuatnya tertarik.

NOT LOVE STORY - DestinyWhere stories live. Discover now