NOT LOVE STORY - Destiny

By RheniNazlita

121K 19.6K 956

Yuki Kato, anak broken home akibat perceraian orang tuanya yang menyebabkan ia 'terbuang' dari hati sang Mama... More

PROLOG
BAB 1
1.1
1.2
1.3
BAB 2
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB 3
3.1
BAB 4
4.1
4.2
BAB 5
5.1
5.2
5.3
BAB 6
6.1
BAB 7
7.1
7.2
7.3
BAB 8
8.1
8.2
8.3
8.4
BAB 9
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
BAB 10
10.1
10.2
10.3
BAB 11
11.1
11.2
11.3
11.4
BAB 12
12.1
12.2
12.3
BAB 13
13.1
13.2
13.3
13.4
BAB 14
14.1
14.2
14.4
14.5
14.6
14.7
14.8
BAB 15
15.1
15.2
15.3
BAB 16
16.1
BAB 17
17.1
17.2
BAB 18
18.1
18.2
18.3
BAB 19
19.1
19.2

14.3

1.1K 226 4
By RheniNazlita

"Hueeeekkk!!!!!" Joy memuntahkan isi perutnya menyebabkan tubuhnya sangat lemas. Ini sudah ke lima kalinya dia muntah setelah minum obat yang begitu banyak dari dokter sebagai prosedur pengobatan kemoterapi. Shain berusaha membantu Joy meski dengan membersihkan mulutnya sedangkan muntahan di lantai, suster yang mengambil alih.

"Kamu tiduran dulu ya Joy,"

"Gue gak sanggup Shain, gue sakit... badan gue sakit" Tuturnya lirih merasakan reaksi kemoterapi yang berlebihan dari tubuhnya. Tubuh Joy gemetar disertai keringat dingin dan wajah yang memucat.

Shain berusaha meredam rasa kuatirnya "Kamu tenang ya, kita tunda radioterapi kamu untuk minggu ini"

"Iya tuan, besok Dokter akan kemari untuk melihat kemajuan kemoterapi tuan Joy" Imbuh Suster

"Sus, apa gak bisa kasih suntikan untukku, aku mau tidur" Pinta Joy disela-sela gemeretakan giginya.

"Dokter tidak ada ditempat tuan Joy. Saya tidak berani memberikannya" Tolak suster

"Tapi Suster... saya mohon, Joy gak mungkin muntah-muntah terus seperti ini. Dia bisa kehilangan cairan tubuh" Pinta Shain kuatir.

"Papa.... Shain... Pa... Pa... gue mau bokap gue Shain..." Pinta Joy membuat Shain terpaku. Melihat kondisi Joy yang gemetaran dan pucat pasi masih sempat meminta orang tuanya ada didekatnya membuat Shain diserang rasa ketakutan.

"AKH!!" Joy histeris memegangi kepalanya yang sakit luar biasa.

"Oke! Oke!" Shain segera menghubungi Papanya Joy.

Pesona apartemen Luxury kualitas mewah dengan perabot nan mahal yang sanggup menarik decak kagum orang banyak saat melihatnya. Anjas sedang melakukan rutinitas malamnya bersama model cantik yang masih muda dibawah selimut.

"Tlilililit......" Suara ponsel Anjas menghentikan rutinitas puncak kenikmatan itu. Anjas tidak menggubris dan terus bercumbu dibawah selimut tidak melewatkan wanita cantik itu sendirian merasakan kenikmatan.

"Tlililit.... Tlillilit....."

"Hah! Siapa sih telepon pagi buta gini!" Anjas kesal menyibakkan selimut membiarkan wanitanya dan beralih mengangkat ponsel yang ada dinakas tempat tidur.

"Halo" Sapa Anjas datar

"Om..."

"Shain?" Anjas mengernyit heran ketika menerima telepon dari Shain "Ada apa?" Tanyanya sembari meneguk wine yang ada dimeja tempat tidur.

"Joy.... Joy Om...."

"AKH!!!" Joy berteriak kesakitan tentu saja terdengar Anjas "Kenapa dengan Joy?" Tanyanya kuatir.

"Om... Joy..."

"Kamu jangan bertele-tele Shain! Ada apa dengan Joy?" Tanya Anjas geram

"Joy ada dirumah sakit Central Hospital kamar nomor 11 VIP. Aku harap Om cepat datang, aku akan ceritakan semuanya sama Om setelah datang kesini. Yang jelas, Joy perlu Om sekarang"

"Baik, Om akan kesana" Anjas beranjak dari tempat tidur spontan wanita itu heran "Mau kemana sayang?" Tanyanya basa basi

"Joy membutuhkanku, Lucy" Jawab Anjas datar sambil memakai pakaiannya yang tergeletak di sofa kamar.

"Bukannya kamu tidak perduli dengannya Jas?"

"Itu bukan urusanmu dan jangan mengusik hidupku! Dia darah dagingku" Bentak Anjas menakutkan sosok Lucy yang melihat ekspresi pacarnya yang kelam.

"Oke, what ever"

"Good" Anjas memakai jas dan pergi menuju rumah sakit Central Hospital.

"AKH!!!" Joy mengerang memegang kepalanya yang sakitnya makin menjadi. Shain yang panik menghampiri Joy dan menenangkannya namun Ia terpana saat darah segar menetes dari hidung spontan semua yang ada disana dilanda rasa panik dan suster keluar untuk memanggil dokter jaga.

"JOY!!!!!" Pekik Yuki terbangun. Wajahnya bermandikan keringat yang membasahi pelipisnya. Yuki menetralkan nafasnya yang belum stabil pasca mimpi buruk. Ia memandangi sekeliling kamar dan mulai bernafas lega setelah lama menetralkan diri dari serangan mimpi buruk. Joy kembali mengusiknya bahkan kali ini lebih parah. Perasaannya tak tenang masih memikirkan Joy hingga sulit tidur meski waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Yuki beralih membuka laci meja belajar dan mengambil kotak kayu yang berisi sebuah kalung berliontin kupu-kupu dan kunang-kunang pemberian Joy saat ulang tahunnya yang ke 17. Yuki memandangi kalung itu lalu menggenggamnya erat dan berdoa dalam hati "Demi cintaku, kamu harus baik-baik aja Joy. Apapun yang terjadi, kamu harus tau bahwa cintaku tak pernah padam untukmu dan dalam doaku selalu tersembunyi namamu My Lion eyes. Tuhan, jagalah dia untukku. Amin...."

Dirumah sakit, Dokter sedang menangani Joy saat Anjas tiba disana. Anjas mendengar teriakan kesakitan dari Joy membuatnya panik langsung menghampiri Shain yang terlihat bingung dan gusar.

"Mana Joy?"

"Om... maaf, saat ini Joy sedang diperiksa Dokternya"

"Dokternya? Apa maksud kamu?"

"Demi Tuhan Om, aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun tentang Joy. Tapi Joy yang memintaku merahasiakannya"

"Saya tidak mengerti Shain. Rahasia apa yang kamu sembunyikan?" Tanya Anjas

Shain menatap Anjas yang panik dengan rasa bersalah "Joy mengidap kanker otak stadium lanjut Om"

"Apa?!" Anjas merasa belum percaya "Kamu pasti bercanda"

"Joy memintaku merahasiakan penyakitnya dari semua orang termaksud Om. Selama setahun Joy ada disini berjuang melawan penyakitnya. Dia mengidap kanker otak stadium lanjut" Jabar Shain membungkamkan Anjas seketika.

Shain melihat kerapuhan di mata Anjas membuatnya tak kuasa menahan sedihnya namun Ia harus menceritakan segalanya untuk Joy "Joy memintaku menghubungi Om dan saat ini keadaannya sedang kritis. Om harus percaya padaku, Joy sakit dan aku.... aku gak tahu sampai kapan Ia akan bertahan hidup"

Anjas mencengkram baju Shain dan terlihat mata dingin itu penuh amarah "Joy akan sembuh. Dia anakku yang kuat, ingat itu Shain"

Shain menutup matanya "Berdoalah untuknya Om.... Hanya dengan doa, Joy bisa bertahan dari penyakitnya. Jauh dilubuk hati Joy, dia begitu menyayangi Om sampai-sampai meminta Om datang kesini." Tuturnya lirih

Anjas menguraikan cengkramannya dan tubuhnya limbung hingga mencari pegangan untuk bertahan. Ia mencerna segala perkataan Shain tentang Joy dan itu begitu menusuk ulu hatinya. Ia kembali pada masa dimana Ayu pergi dengan penyakit yang sama dan sekarang Joy juga akan pergi membuatnya tak bisa berpikir dan tubuhnya merosot terduduk. Ia menekan semua perasaannya yang hancur saat Diandra pergi dan kini Ia akan mengalaminya lagi. Anjas tak ingin kembali ke masa yang merubahnya menjadi sosok berhati kejam dan membenci Tuhan karena telah mengambil wanita yang Ia cintai.

"Klek" Dokter keluar dengan beberapa suster membawa Joy yang ada di tempat tidur rumah sakit menyadarkan Anjas. Wajah Joy yang pucat, tubuh yang kurus dan memakai kupluk nyaris meneteskan airmatanya namun Ia berusaha kuat menghampiri sang dokter bersama Shain.

"Joy kenapa Dokter?" Tanya Shain

"Joy harus melakukan CT-SCAN lagi. Perkiraan saya, ada sel kanker baru yang menyerangnya"

"Apa?! Ya Tuhan..."

"Ya, saya takut sel kanker lama bermetastase jadi sel kanker baru. Saya harus menganalisa hasil rontgennya untuk melihat perkembangan kanker yang diderita Joy. Jika masih tergolong kecil, ada kemungkinan untuk menjalani operasi pengangkatan sel kanker dari otaknya" Balas Dokter membuat Shain terpaku.

"Saya tunggu Anda di ruangan saya" Imbuh sang Dokter

"Baik Dok" Shain membiarkan Joy dibawa pergi tak berdaya mendengar diagnosa sementara dokter tentang keadaan Joy saat ini.

"Bruk!!!" Shain mendengar suara orang jatuh refleks menoleh dan seketika panik langsung menolong Anjas agar bangkit.

"Om..." Shain melihat mata Anjas yang memerah "Joy sakit Shain... dan dia...." Anjas mencoba bicara meski mulutnya gemetar.

"Sabar Om, kita harus berdoa sekarang ya.... Seperti yang Om bilang, Joy adalah anak Om yang kuat"

"Ini salah saya Shain, saya membuat mereka menanggung semuanya. Tuhan menghukum saya melalui orang-orang yang saya cintai. Harusnya saya yang dihukum bukan istri dan anak saya, Shain. Ya Tuhan... Joy...." Anjas menangis membuat Shain memeluknya.

"Bukan salah Om.... Ini semua bukan salah Om..." Shain menenangkan Ayah Joy

"Ini salah saya.... Ini salah saya...."

=00=

Yuki hanya mengetuk-ngetuk kuku tangannya di meja makan sambil merenung membuat bella dan Bastian bingung. Pagi ini Yuki bangun lebih pagi dengan wajah muram menarik perhatian orang rumah. Bella menyikut tangan Bastian mengkodekan untuk bertanya pada Yuki.

"Kakak kenapa?" Tanya Bastian sesuai perintah sang Mama namun Yuki tidak menggubrisnya sama sekali.

"Kak..." Bastian memegang bahunya pelan refleks Yuki tersadar

"Emm? Kenapa Bas?" Tanyanya kemudian membuat Bastian curiga.

"Kakak kenapa? Gak biasanya kakak melamun diruang makan. Ada apa?"

"Hah? Engga.... Kamu terlalu kepo deh. Kakak gak apa-apa kok"

"Starship – Nicky Minaj" Ponsel Yuki berbunyi dan Ia mengangkatnya

"I'm front of you're home Yuki" Kata Vega ditelepon

"Oke," Yuki menutup ponsel mengambil tas sandangnya dan mengecup pipi Mama dan adiknya lalu pamit pergi melupakan sarapannya yang tak disentuh sama sekali.

"Sarapannya sayang?" Tanya Bella

"Di kampus Ma" Balas Yuki berlalu pergi keluar menuju halaman depan rumahnya. Ia masuk kedalam mobil Vega yang sudah terparkir membiarkan Ivan menyetir. Dalam perjalanan, Yuki hanya merenung tidak perduli dengan Vega dan Ivan yang sedang bermesraan.

"Hati-hati sayang" Kata Vega mengawasi Ivan yang menyetir sedikit ugal-ugalan.

"Love you sayang"

"Love you too...." Balas Vega dan melirik Yuki dari kaca spion didalam mobil "Elo kenapa Neng? Diem banget" Tegurnya melihat Yuki hanya melamun sedari tadi dan tak mengindahkan pertanyaan Vega "Yuki.... elo belom mati kan" Panggilnya membuat Yuki kaget

"Hah? Kenapa Ga?"

"Elo ngelamun ya?"

"Emm? Ngga.... perasaan elo aja"

"Ngomong kalo ada masalah Yuki, gue gak mau jadwal free elo hari ini terganggu dan besok elo badmood sebab elo habiskan hari ini dengan melamun"

"Huuufffft...." Yuki menghela nafas panjang

"Elo berantem sama Stefan?" Tanya Vega

"Ngga, gue baik-baik aja."

"Kali aja, lagian kalian mana pernah berantem kecuali kalo jahil sih sering" Timpal Ivan membuat Vega terkekeh.

"Itu tau" Balas Yuki datar

"Terus apa coba?" Tanya Vega

"Semalem gue mimpi"

"Mimpi? Mimpi apa? Mimpi basah ama Stefan ya" Goda Vega frontal membuat Ivan tertawa dan Yuki hanya menghela nafas lalu memandang jendela.

"Gue mimpi Joy" Kata Yuki kemudian membuat keduanya terdiam

"Gue merasa Joy dalam bahaya dan dia membutuhkan gue. Gue gak ngerti Ga, hati gue terus memanggil namanya dan gue bermimpi Joy minta gue untuk menemuinya. Elo tau maksud dari mimpi gue?" Tanya Yuki namun tak dijawab bahkan ditanggapi.

Yuki menghela nafas lelah "Kasih gue penjelasan tentang semua ini, Ga. Jujur, gue gak ngerti dengan diri gue sendiri. Joy yang nyakitin gue, Stefan yang mencintai gue. Gue terus mencoba mencintai Stefan, tapi bayangan Joy selalu menghantui gue" Ungkapnya sedikit kesal namun sangat sedih

"Mungkin... mungkin elo masih cinta sama dia" Kata Vega tidak menatap Yuki sedikitpun

"Tapi cinta apa Ga? Dan cinta gue buat Stefan itu apa? Udah deh, gue bingung jawab pertanyaan gue sendiri. Apalagi elo," Kata Yuki kembali memandang jalan dari sudut mobil Vega.

"Udah nyampe" Kata Ivan membuat Yuki menghela nafas

"Thanks"

"Sama-sama" Jawab Ivan

"Sorry all..."

"It's oke Yuki. Nanti gue gak bisa jemput elo, elo minta jemput sama Stefan aja ya" Kata Vega

"Oke, Bye"

"Bye"

Yuki menutup pintu mobil Vega dan berjalan menuju kelas. Hari ini Ia sengaja menguncir kuda rambutnya, memakai cardigan dan sebuah dress berwarna biru ditemani flatshoes kesukaannya yang akhir-akhir ini dipakai untuk pergi kuliah. Mata kuliah pertama dimulai, tapi konsentrasinya hanya kepada Joy saja membuatnya tidak selera untuk belajar.

Anjas memandang Joy yang terbaring lemah dengan masker oksigen dan beberapa selang infus. Ia menggenggam tangan Joy yang bebas dari selang infus dan menatap wajah anaknya yang terlihat pucat pasi. Tak terasa air matanya menetes membasahi tangan Joy spontan menyadarkan Joy dan membuka matanya pelan.

"Hhhhhh...... Papa" Ucap Joy pertama kalinya kepada Anjas membuatnya menitikkan airmatanya lagi. Ia menggenggam erat tangan Joy dan menangis tersedu-sedu disana "Joy... maafkan Papa. Maaf...."

"Hhhhh..... Papa...."

"Iya?"

"Hhhhh... makasih....." Balas Joy tersenyum membuat Papanya menangis lagi. "Pa.... aku... mau... cincin Mama.... Hhhh....."

"Sssstt.... udah jangan bicara lagi ya. Papa bakal kasih semua yang kamu mau termasuk cincin Mama"

"Makasih Pa....."

"Kamu harus istirahat, Shain sedang memanggil dokter" Ujar Anjas menatap Joy.

Joy mengangguk pelan lalu melihat langit kamarnya dan melirik jendela. Ia melihat cahaya terang membuatnya tersenyum "Udah pagi.... hhhh.... indah" Ucapnya lalu melihat sang Papa "Udah pagi Pa...."

"Iya, udah pagi"

"Saatnya aku terjaga Pa.... aku gak boleh tidur"

"Tapi kamu harus istirahat Joy"

"Aku baik-baik saja Pa..."

Anjas berusaha tegar saat menatap Joy "Kamu harus kuat Joy... Papa sayang kamu. Maafkan Papa yang selama ini menyia-nyiakanmu dan Mama. Papa minta maaf...." Mohonnya menangis dan menggenggam tangan Joy erat.

Joy tersenyum meski sulit namun Ia juga harus mengutarakan perasaannya "Aku juga sayang sama... Papa..."

Yuki sudah keluar dari kampusnya. Ia telah minta Stefan untuk menjemputnya di kampus. Saat Ia tengah sibuk dengan tas kuliahnya, para wartawan langsung mengerumuninya membuat akses jalannya terhadang dan menjadi pusat perhatian.

"Yuki.... Yuki..... Yuki...." Wartawan meminta penjelasan spontan Yuki bingung saat menjawab.

"Apa benar di acara pagelaran fashion show tadi malam, anda mengajak serta seorang laki-laki?" Tanya Wartawan 1

"Anda keluar dari hotel Clinton bersama seorang laki-laki? Apa itu pacar anda?" Tanya Wartawan 2

"Sudah berapa lama anda pacaran Yuki?" Tanya Wartawan 3

"Maaf, no komen" Kata Yuki menunduk berusaha keluar dari kerumunan namun sulit.

"Bagaimana komentar Ibu anda soal ini. Apa Anda masih memegang prinsip mengenyampingkan urusan cinta dan mementingkan karir?" Imbuh Wartawan lain.

"Oke... oke.... saya akan bicara sekali saja dan tolong dengarkan dengan cermat" Putus Yuki yang telah dilindungi satpam kampus dari kerumunan Wartawan. Semua beralih menyimak pernyataan dari Yuki.

"Saya sudah punya pacar, dia orang yang baik dan sangat mencintai saya. Terima kasih," Kata Yuki langsung berjalan cepat membuat para Wartawan kembali bertanya tapi dihadang para satpam dan Yuki diamankan menuju ruang pendidikan kampusnya.

"Makasih ya Pak"

"Iya Nona, saya akan menetralisir para wartawan. Anda cukup tunggu sekitar 20 menit lagi"

"Baiklah, makasih banyak ya Pak" Tutur Yuki kepada kepala satpam kampus dan meninggalkan Yuki sendirian di ruang pendidikan.

Yuki mengambil ponselnya "Halo Bi, kamu dimana?" Tanyanya

"Aku masih on the way ke kampus kamu. 1 jam lagi nyampe, ada apa Bi? Tumben telepon?" Tanya Stefan sambil menyetir

"Aku dijebak wartawan tadi. Kita jumpa di Lemon Cafe aja ya, dekat dengan kampus aku, 20 menit lagi aku bakal ke sana"

"Kamu gak apa-apa? Semua baik-baik aja kan Bi?"

"Aku baik-baik aja sayang... Aku tunggu di Lemon cafe ya"

"Oke,"

"Hati-hati nyetirnya ya Bi"

"Iya, kamu juga hati-hati"

"Iya, bye" Kata Yuki menutup ponselnya "Huft.... Sekarang gue pasti mati" Keluhnya menyesali pernyataannya kepada wartawan tadi. 20 menit berlalu dan Yuki keluar dengan memakai kacamata hitam. Wartawan sudah tidak ada membuatnya sedikit tenang dan memanggil taksi untuk segera pergi.

"Ga.... gue ngaku sama Wartawan kalau gue udah punya pacar" Kata Yuki ditelepon.

"What!!! Elo serius?!"

"1000 rius..... gue dicegat didepan kampus"

"Stefan gak jadi jemput elo?"

"Jadi, tapi untungnya dia baru pulang jadi masih dijalan. Ga.... Sorry"

"Oke, it's oke! Elo ada bilang nama pacar elo?"

"Ngga, gue cuma bilang kalo gue udah punya pacar"

"Bagus! Nanti gue bicara dengan Mama elo dan Ivan soal rencana kita gimana. Elo tenang dan pesan gue, elo harus hati-hati mulai sekarang. Elo ada kemana hari ini?"

"Rencana mau nonton"

"Batalkan! Elo nonton dirumah aja"

"Tapi Ga,"

"Dengerin gue, elo jadi pusat perhatian mulai hari ini. Jadi buat antisipasi, elo harus menghindar dari dunia luar. Oke,"

"Oke"

"Thanks elo mau ngerti-in gue. Elo sekarang dimana?"

"Di taksi mau ke Lemon Cafe. Nanti dia jemput disana"

"Oke, elo udah lihat ada yang mencurigakan?"

"Ngga..."

"Bagus! Inget, jangan pergi kemanapun. Hanya dirumah aja ya Yuki"

"Iya" Kata Yuki.

Taksi berhenti tepat dimana Yuki minta dan keluar lalu menghampiri cafe setelah membayar ongkos. Ia memilih tempat duduk yang lumayan sempit, tidak terlalu terbuka dan tepat di sudut menghindari pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang.

"Starship – Nicky Minaj" Ponsel Yuki berbunyi saat Ia sedang menikmati chocolatte

"Halo"

"Aku udah di parkiran"

"Aku kesana ya, kamu dimobil aja"

"Oke" Kata Stefan dan membiarkan pacarnya menutup sambungan telepon mereka.

"Mas" Panggil Yuki kepada pramusaji yang kebetulan sedang berlalu lalang

"Iya,"

"Minta biilnya ya"

"Oh, sebentar" Kata sang pramusaji dan tidak beberapa lama sang pramusajipun datang memberikan biil pada Yuki yang memberikan selembar uang 50.000an.

"Kembaliannya tip buat Mas. Saya buru-buru" Kata Yuki bersiap-siap untuk pergi

"Tapi Mba...."

"Saya buru-buru" Sela Yuki cepat membuat sang Pramusaji terlihat senang

"Makasih Mba"

"Iya sama-sama" Balas Yuki pergi dari cafe.

Yuki menuju parkiran melihat Outlander dengan nomer plat B 1108 SW milik Stefan sudah terparkir rapi. Ia menghampiri mobil tersebut dan Stefan melirik Yuki mendekat dari kaca spion mobil. Stefan menonaktifkan kunci mobil, seketika Yuki membuka pintunya lalu masuk dan duduk dibangku penumpang.

"Lama Bi?" Tanya Yuki sembari mencium pipi Stefan

"Ngga, baru aja. Jadi kita pergi?"

"Vega suruh aku nonton dirumah aja. I'm sorry...."

"It's oke, kita nonton DVD dirumah"

"Dirumah kamu?"

"Up to you"

"Rumah kamu aja deh, lagian dirumahku ada Bastian lagi sibuk belajar soalnya sebentar lagi mau UKK. Aku gak mau ganggu konsentrasinya belajar. Dirumah ada Tante?"

"Ya ada dong, Mama selalu ada dirumah setiap hari."

"Nyindiiiir......"

Stefan mengecup kening Yuki yang spontan membalas dengan tersenyum "Ya udah, kita kerumah aku aja" Putusnya memasang tongkat persneling mobil ke R.

"Oke,"

=00=


Continue Reading

You'll Also Like

439K 8.2K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
8.3K 1.1K 96
KUMPULAN SHORT STORY HALU! BTS X YOU Warning: membaca cerita ini dapat menyebabkan baper, senyum-senyum, ketawa-ketawa, fly, sedih, menangis. Jadi, h...
10.7K 255 21
Basically cuma terjemahan HYYH Notes Love Yourself : Tear bahasa indonesia pas gue lagi gabut. all notes completed. disusun bukan per versi album, t...
14.9K 1.1K 9
Menikah dengan seorang Idol Korea dan juga Namja paling populer ditempat kuliahmu bukanlah hal mudah. Aku Min Yoon Jin, baru 2 hari aku menikah denga...