NOT LOVE STORY - Destiny

By RheniNazlita

121K 19.6K 956

Yuki Kato, anak broken home akibat perceraian orang tuanya yang menyebabkan ia 'terbuang' dari hati sang Mama... More

PROLOG
BAB 1
1.1
1.2
1.3
BAB 2
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB 3
3.1
4.1
4.2
BAB 5
5.1
5.2
5.3
BAB 6
6.1
BAB 7
7.1
7.2
7.3
BAB 8
8.1
8.2
8.3
8.4
BAB 9
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
BAB 10
10.1
10.2
10.3
BAB 11
11.1
11.2
11.3
11.4
BAB 12
12.1
12.2
12.3
BAB 13
13.1
13.2
13.3
13.4
BAB 14
14.1
14.2
14.3
14.4
14.5
14.6
14.7
14.8
BAB 15
15.1
15.2
15.3
BAB 16
16.1
BAB 17
17.1
17.2
BAB 18
18.1
18.2
18.3
BAB 19
19.1
19.2

BAB 4

1.2K 236 10
By RheniNazlita

"Ma... apa... Mama yang akan mengambil raporku nanti?" Tanya Yuki ketakutan saat berhadapan dengan Mamanya yang tengah menonton diruang televisi sambil mengelus Loly. Besok adalah penyerahan nilai dan pengambilan rapor yang harus diwakili oleh orangtua. Yuki menunggu jawaban Bella yang lama membuatnya pasrah hanya menunduk.

Bella berdehem "Bisa bantu Mama?" Tanyanya spontan Yuki mendongak antusias

"Kamu pergi ke supermarket sebentar, tolong belikan craker kesukaan Bastian" Tuturnya menghapus senyum tulus Yuki "Ini uangnya" Imbuhnya memberikan lembaran lima puluh ribuan pada Yuki.

"Baik Ma," Balas Yuki pergi menuju kamar dan mengambil cardigan untuk menutupi baju rumahnya "Aku pergi Ma" Pamitnya pada Bella

"Iya," Balas Bella –Mama Yuki- masih santai sambil mengelus bulu Loly yang semakin tebal membuat kucing itu terlihat buntel namun sangat lucu dan menggemaskan.

Sebelum pergi, Yuki melihat Mamanya begitu asyik memanjakan kucing kesayangannya. Hal itu tak menyurutkan semangat Yuki untuk merubah Mamanya kembali seperti dulu. Yuki mengendarai sepeda menuju supermarket terdekat tanpa menyadari mobil sport putih telah mengikutinya sejak tadi dan sampai supermarket.

"Biar gue yang turun," Joy mengajukan diri untuk melihat Yuki lebih dekat.

"Tapi...."

"Kalian tunggu disini" Tuturnya tegas membuat Ivan, Shain dan Vega menurut.

Joy masuk kedalam supermarket mencari Yuki yang tak jauh dari pandangannya. Ia berpura-pura menjadi pelanggan supermarket agar Yuki tak curiga dengan keberadaannya. Saat melirik tampilan Yuki yang asal-asalan, Joy hanya membatin dalam hati "Fashionnya parah"

"Bastian suka apalagi ya?" Pikir Yuki bingung

"Bastian? Hemm.... cadangan jika dia keras kepala" Tutur Joy dalam hati dan tetap meneliti komposisi makanan ringan yang Ia pegang lalu Joy berjalan sengaja menyikut bahu Yuki sedikit keras hingga makanan ringannya jatuh.

"Maaf..." Tutur Joy pura-pura kaget

"Gak apa-apa Kak, lain kali kalo jalan hati-hati ya" Balas Yuki sambil tersenyum hingga lesung pipi kanannya muncul.

"Nice smile" Puji Joy dalam hati "Joy, tebakan lo tepat. Dia memang dewi" Tuturnya dalam hati dan berjalan menuju kasir lalu keluar dari sana.

Yuki telah selesai berbelanja dan beralih pulang kerumah. Dalam perjalanan, Yuki menikmati sore harinya sambil menggoes sepeda dan ketika sampai dirumah, Ia membawa masuk sepedanya ke halaman rumah namun Ia tertegun saat melihat mawar merah yang tergeletak dimeja balkon.

Dengan rasa penasaran Yuki menghampiri dan mengambil bunga itu seraya memandangi sekitar rumahnya yang sepi "Bunga siapa ya?" Tanyanya lalu melihat lagi sebuah kotak yang tertempel catatan disamping bunga tersebut. Yuki membaca catatan itu "For Yuki Kato, kamu layaknya kuncup mawar yang berniat merekah namun tak ada pemicu. Kamu seperti ulat, bertekad jadi kupu-kupu namun tersembunyi di ranting pohon tua yang ringkih. Aku tau cita-citamu, you're dreamhelper (Penolong Mimpimu)" Tuturnya memandang kotak di hadapannya dengan lama.

"Take it... take it.... take it..." Ivan berdoa mengatupkan kedua tangannya membentuk genggaman, Vega melihat sambil menggigiti kukunya dan Joy tak sengaja menoleh kearahnya "Jangan gigit kuku lentik lo Ga! Sekali elo ngelakuin itu, estetik kuku elo pasti berakhir hari ini" Teguran yang spontan membuat Vega berhenti. Joy kembali fokus mengawasi Yuki yang masih melihat kotak tersebut.

"Dia pasti mengambilnya," Imbuhnya yakin "Three... Two..." dan menghitung mundur gelagat Yuki yang bahagia menghirup kuncup mawar dan melirik kotak yang ada ditangan. Ia memasukkan kedalam keranjang sepeda lalu masuk kerumah.

"One...." Tepat bersamaan dengan berakhirnya hitung mundur Joy

"Sukur dia mengambilnya" Tutur Ivan lega

"Joy, kok lo tau dia bakal ngambil?" Tanya Vega

"Karena Yuki Kato sangat menghargai pemberian orang lain untuknya. Kita pergi, rencana selanjutnya adalah membuatnya terkejut" Titahnya mengakhiri pengintaian.

Yuki melirik kalender dan menghitung hari sebelum tanggal 11 Agustus. Ia mengetuk kening dengan ujung pulpen masih berpikir hadiah yang pantas untuk Stefan saat berulang tahun nanti. Merasa tak ada ide, akhirnya yang dilakukan Yuki hanya menghela nafas sambil melirik suasana dibalik jendela kamar.

"Oh iya, kotak" Cetus Yuki mengingat langsung mengambil kotak itu dan membukanya karena penasaran "Cantik banget!" Pujinya melihat kalung rantai kulit dengan bandul terukit namanya.

Yuki mencoba memakai "Kok kekecilan?" Tanyanya bingung dan beralih memakai kalung itu ditangan malah jadinya kebesaran "Bukan kalung atau gelang?" Gumam Yuki dan iseng mencoba mengaitkan dikaki "Gak muat juga??" Pekiknya heran dan meletakkan kalung itu ke kotaknya dengan tampang sebal.

"Miaww...." Loly masuk ke kamar Yuki yang kebetulan pintunya terbuka.

"Loly" Yuki memangku kucing kesayangannya dan membiarkan menggeliat manja di pangkuan.

"Mama gak main sama kamu lagi ya Loly?" Tanyanya namun Loly meminta naik ke atas meja belajarnya dan mengendus kotak itu spontan Yuki menyimpulkan sesuatu "Apa... ini kalung kucing?" Tanyanya "Bentar ya Loly, Kakak mau pasang dileher kamu" Kata Yuki memangku Loly dan memaksa gelang itu masuk ke leher kucingnya.

Yuki takjub bahwa kalung dalam kotak itu khusus untuk kucing. Ia senang sekali sebab belum ada yang memberikan kalung untuk kucing kesayangannya. Kebahagiaannya terpancar jelas dengan memeluk Loly sambil mengelus bulunya "Buat dreamhelper gue, thanks banget. Hadiahnya buat gue terharu" Katanya lalu mengecup Loly "Loly bau! Besok kita ke salon ya... cieee yang udah punya kalung baru,"

"Nicky Minaj – Starship" Ponsel Yuki berbunyi

"Halo?"

"Yuki, ini Tante Tria"

"Ada apa ya Tan?"

"Soal rencana Ultah Stefan sayang, hari ini jadi kita obrolin sama-sama?"

"Oh iya, Yuki hampir lupa. Yuki kesana ya Tan"

"Iya, Tante tunggu ya Ki."

"Oke Tante..." Yuki menutup ponsel dan memutuskan membawa Loly kerumah Stefan. Sampai disana Tria telah menunggunya diruang keluarga. Kedatangan Yuki disambut hangat oleh Tria "Sore Tante,"

"Sore sayang, sini duduk sama Tante"

"Gimana Tante?" Tanya Yuki

Tria mempersiapkan notebook dan kalkulatornya "Gini Ki, Stefan sebentar lagi ultah ke 17 tahun. Waktu Maxime umur segitu, dia lebih milih ngerayain sama teman-temannya. Tante gak mau Stefan seperti itu, makanya Tante mau buat surprise kecil-kecilan. Menurut kamu surprise apa yang bisa buat Stefan berkesan?"

Yuki ikutan berpikir "Surprise party??? Bagusnya apa ya Tan?"

"Loh.... kok nanya balik sih? Tante jadi bingung"

"Hehehe... bercanda Tante. Stefan itu orangnya penurut banget, gimana kalo surprisenya dirayakan dirumah aja, bareng keluarga dan beberapa teman. Soalnya dia suka suasana kekeluargaan Tan..."

"Ide yang bagus!" Tria sependapat dan menulis dinotenya "Surpirse party diadakan di rumah" Catatnya dan kembali berpikir lagi "Bagusnya bikin surprisenya gimana Ki?"

"Gimana ya Tante?" Tanya Yuki dan mereka mulai berpikir.

"Gini aja! Namanya surprise party ya berarti penuh kejutan. Tante bakal minta Om Andreas pulang waktu ultah Stefan, gimana?" Tanya Tante

"Wah... ide yang bagus Tante. Stefan pasti terharu dan gak bakal ngelupain ultahnya tahun ini"

"Bener banget! Oke, semua beres. Makasih ya cantik udah mau bantuin Tante"

"Iya Tan, Yuki pamit ya Tante... Mau balik ke rumah buat nanya soal rapor besok sama Mama. Mudah-mudahan Mama mau ambil raport Yuki besok" Jabar Yuki riang

"Oh... emm..." Tria mendengar hal itu sedikit bingung mau menyampaikannya "Yuki,"

"Ya Tan?"

"Em... Tadi Mama kamu telepon Tante bicarakan soal rapor kamu. Mama kamu minta tante yang ambilkan rapor kamu karena besok Mama kamu harus mengantar Bastian ke Puncak. Bastian mewakili sekolah dalam lomba pramuka"

Mendengar pernyataan Tante Tria, wajah Yuki langsung sendu. Ia sedih karena diasingkan oleh Mamanya dan lebih memilih Bastian untuk kebahagiaan sang Mama. Tria iba melihat ekspresi Yuki dan mengurungkan niat untuk bertanya. Yuki tertunduk dalam berusaha menghirup udara yang serasa mencekiknya "Tante, boleh Yuki minta pelukan dari Tante?" Tanyanya pelan.

Tria meneliti ekspresi Yuki. Kesedihan yang tersirat dari mata Yuki begitu jelas meyakinkannya untuk setuju. Tria mendekati Yuki dan mengelus kepala Yuki pelan lalu tersenyum. Ia mengurai kedua tangannya dan meraih Yuki dalam pelukan. Pelukan Tria langsung menyerang hati Yuki yang patah dan tak terasa air mata yang mengalir adalah bukti dari pedihnya tersakiti oleh orang tua sendiri.

Tria yang awalnya tak tau rasanya hidup terasing akhirnya sadar karena Yuki membuatnya paham bahwa terasing itu sangat menyakitkan. Yuki anak yang periang namun efek dari perceraian orang tua justru mengorbankan hatinya dan hal itu yang dipahami Tria sebagai seseorang yang menganggap Bella, Mama Yuki sudah seperti keluarganya sendiri.

"Yuki jelek kalo nangis, liat aja hidungnya merah gitu kayak badut" Tuturnya menghibur namun tanggapan Yuki justru semakin memeluk erat dirinya dan terdengar isakan tangis yang begitu menyayat hati.

"Udah ya.... Mama kamu tak punya pilihan. Bastian masih kecil dan Bandung sangat jauh dari Jakarta. Kamu jangan mendoktrin Mamamu jahat Yuki. Dia Ibu yang sangat baik, buktinya Bella selalu minta tolong ke Tante buat jaga Yuki. Mama yang baik tidak akan pernah melupakan anaknya meskipun dia jarang memperlihatkan kasih sayangnya"

Yuki mengerti dan menghapus airmatanya dibantu Tria yang sekarang tengah menatapnya "Mama kamu selalu mendengar perkembangan kamu di sekolah dari Tante. Bella pernah bangga sama kamu dan bilang kalau kamu mirip dengannya. Jadi jangan nangis ya, soalnya besok kita bakal lihat, apa Yuki bisa mengalahkan Stefan atau malah Stefan yang mengalahkan kamu" Tuturnya membuat Yuki tertawa.

"Kalo Stefan masuk 5 besar, kita pasti tumpengan Tante"

"Hehehe... bener banget. Udah ya, gini kan terlihat cantik kayak model" Puji Tria seraya merapikan rambut Yuki "Udah sore, waktunya pulang dan mandi Yuki"

"Makasih ya Tante," Tutur Yuki bahagia.

"Gak apa-apa, Tante kan pernah bilang Yuki itu udah kayak anak Tante. Jadi kalo mau nangis dibahu Tante boleh-boleh aja."

"Makasih ya Tante, kalo gitu Yuki pulang dulu"

"Iya" Balas Tria tak lupa mengecup kening Yuki dan membelai wajahnya.

"Loly...." Panggil Yuki seraya menggendong Loly untuk beranjak pulang.

"Wah, kalung baru..... cantik sekali" Puji Tria melihat kalung milik Loly

"Hehehe... iya nih Tante, ada yang ngasih dari Penolong Mimpi namanya"

"Penolong Mimpi?"

"Iya. Oh iya Tante, Yuki lagi bingung ngasih kado apa buat Stefan. Ultah kemarin Yuki ngasih jam tangan, trus ultahnya yang ke 15 Yuki ngasih sepatu. Bagusnya Yuki ngasih apa lagi ya Tan?" Tanya Yuki bingung membuat Tria tersenyum.

"Emm.... apa ya? Pacar aja, Stefan kan masih jomblo"

"Yeee... si Tante, Yuki serius Tante malah bercanda"

"Beneran, Tante ijinin kok Stefan pacaran kan udah 17 tahun"

"Kalo pacar biar Stefan aja yang nyari. Kalo Yuki yang nyari, ntar dia gak suka lagi sama pilihan Yuki"

"Masa?"

"Iya loh Tante"

"Oke deh, emm.... mungkin sesuatu yang berhubungan dengan pesawat terbang. Stefan kan cita-citanya jadi pilot Angkatan Udara ikut jejak Papanya"

"Waaah... idenya bagus juga deh Tante. Kalo gitu Yuki pulang dulu ya" Yuki langsung Pamit

"Iya..." Balas Tria

=00=

Suasana ruang makan yang selalu sama, terlihat hambar dan berkesan dingin. Yuki tak berselera makan malam ini, Ia ingin mendengar langsung dari Mamanya soal pengambilan rapor itu. Ia lebih sering melirik sang Mama yang tengah menikmati makan malam seperti biasanya. Terkadang Ia merasa sakit hati saat Bella menyuapi Bastian penuh perhatian sedangkan dirinya hanya dianggap angin lalu.

"Makan yang banyak ya"

"Udah Ma," Kata Bastian menyeruput minumnya dan melirik Yuki sesekali "Ma, aku keatas dulu ya" Pamitnya pergi dari meja makan membiarkan Yuki dan Mama hanya berdua saja.

Yuki sulit menelan makanan sedangkan Bastian mengintipnya dari sudut tangga yang bisa melihat suasana ruang makan.

"Kak.... ayo mulailah bicara" Pinta Bastian dalam hati melihat kedua orang yang masih sibuk mengaduk-aduk makanan mereka.

"Ma...." Yuki memulai berbicara

"Ya" Balas Bella –Mamanya- datar

"Tadi sore.... Tante Tria bilang kalo.... besok Tante Tria yang ambil rapor Yuki. Apa... itu..."

"Benar" Sela Bella tanggap dan menatap dingin sosok anak sulungnya. "Mama mau antar Bastian ke Puncak. Dia mengikuti lomba pramuka disana. Mama udah minta ijin Tria untuk membiarkan kamu menginap disana besok malam" Jelasnya datar lalu mengunyah lagi. Yuki hanya menunduk pasrah saat mendengar penjelasan yang menyakiti hatinya itu.

"Stef.... sakit!" Rutuknya dalam hati meski Ia hanya menatap sang Mama dalam diam. Bella beranjak bangkit dari tempat duduknya berniat ke dapur kotor untuk mencuci piringnya.

"Ma..."Yuki menghadangnya pergi

Bella berhenti "Ada apa?" Tanyanya dingin menusuk ulu hati Yuki.

Yuki yang awalnya menunduk dengan sisa-sisa kekuatan hatinya akhirnya mendongak menatap sang Mama dari jauh. Bella melihat bendungan airmata Yuki yang begitu jelas namun tak menggoyahkan kebenciannya terhadap anak yang begitu disayangi mantan suaminya itu. Ekspresi dingin sang Mama semakin menyiksa Yuki hingga Ia berani menatap lekat-lekat Mamanya yang selama ini begitu mengasingkan dirinya dari hidup. Yuki tak kuat lagi dan dengan berani memeluknya "Ma.... ijinin Yuki menyayangi Mama, Yuki sayang Mama" Pinta Yuki parau "Yuki anak Mama kan Ma?? Sayangin Yuki kayak Bastian Ma... Please...." Ia memohon pada Bella yang telah membeku ditempatnya dan membiarkan bahunya basah karena airmata Yuki yang mengalir deras. Permohonan yang sederhana namun sanggup mengubah mata Bella jadi berkaca-kaca hingga menyisakan kesenyapan.

"Mama sayang kamu Yuki, sangat sayang. Tapi kamu selalu mengingatkan Mama dengan Papamu dan itu masih terasa sakit Yuki, sangat sakit!" Ucapnya parau menahan rasa airmatanya untuk tidak menetes. Bella berusaha menjauh namun Yuki memeluknya begitu erat membuatnya sedikit kualahan untuk melepas diri. Ia melepas pelukan anaknya dengan paksa "Lepaskan Yuki, Mama butuh waktu untuk melupakan semua ini. Kamu tak perlu berharap sebab Mama makin membenci Papamu" Imbuhnya mendramatisir keadaan lalu menyeka airmatanya cepat. Bella beranjak pergi namun tangannya dicekal.

Cekalan tangan yang erat dan lambat laun Yuki bersimpuh memeluk kedua kaki sang Mama "Yuki mohon Ma, sayangin Yuki sedikiiit aja. Yuki mau Mama menyayangi Yuki sama seperti Bastian Ma.... Yuki mohon," Hati Bella benar-benar hancur sekarang. Anaknya tengah memohon sampai bersimpuh demi secuil kasih sayang darinya. Kehancuran yang sempurna jelas mendongakkan wajahnya begitu tinggi menahan airmatanya untuk tidak menetes lagi.

"Yuki mohon Ma.... liat Yuki sedikit aja... Hiks... Ma... Yuki mohon..." Pinta Yuki disana tapi kebencian menutup pintu hati Bella untuknya.

Airmata Bella akhirnya menetes karena tak kuat mendengar permohonan Yuki "Mama akan melihat kamu, menyayangimu jika kamu menuruti keinginan Mama. Jadilah seorang dosen fakultas negeri yang terkenal" Katanya membungkamkan mulut Yuki dan pelukan dikaki Bella melonggar. Yuki membeku ditempatnya, tak berani melihat sang Mama. Bella sangat tahu kelemahan anaknya selama ini. Ia tahu Yuki tak bisa berkutik jika memancingnya dengan syarat akan hidup. Melihat Yuki yang terdiam dan terisak membuat ruang baginya untuk pergi. Bella melepas kedua tangan Yuki di kakinya dan pergi. Yuki membiarkan Mamanya melangkah pergi dan mengacuhkannya yang tengah terisak.

"Aku janji Ma," Kata Yuki menghentikan langkah Bella. Ia menoleh ke arah Yuki yang masih mempertahankan egonya demi kasih sayang "Aku janji bakal sukses. Aku akan menunggu Mama buat sayang sama aku, aku bakal menunggu saat itu"

Bella tersenyum bangga dengan sikap pantang menyerah Yuki. Ia mendekati seraya mengelus wajahnya lalu mengecup keningnya singkat "Mama akan menunggu hal itu" Tuturnya dan meninggalkan Yuki.

"Mama sayang kak Yuki, sangat sayang Kak..." Bastian yang melihat hanya diam dan mampu berkomentar dalam hati. Bastian melangkah menuju kamarnya saat Yuki mulai menaiki anak tangga menuju ke kamar.

Yuki menaiki satu demi satu anak tangga meski kakinya terasa berat untuk melangkah. Saat tiba di kamarnya, Ia merosot jatuh dan meringkuk di bibir ranjang disertai tangisan di bibirnya. Ia patah hati karena sikap dingin Mamanya yang tuntas menghancurkannya. Ia tak akan bisa mengikuti keinginan Mama justru membuat isakan tangisnya semakin keras. Bastian yang mendengar isakan masuk kekamar itu mendekati sang kakak.

Ia menyentuh bahu Yuki dan memeluknya dari samping "Mama sayang sama Kak Yuki, kak Yuki jangan nangis please.... Mama sayang Kakak" Ucapnya penuh keyakinan. Ia berharap Kakaknya berhenti menangis dan membalas pelukannya tapi hasinya nihil "Kak Yuki jelek kalo nangis... percaya sama Babas, kakak juga berhak memilih cita-cita yang kakak mau" Imbuhnya yakin tapi sayang, tetap tidak berhasil membujuk Kakaknya.

"Kak Yuki cantik, gak cocok jadi dosen. Kakak jangan kuatir, biar Bastian aja yang jadi dosen sedangkan Kakak berhak jadi apapun yang kak Yuki mau" Bujuk Bastian membuat Yuki yang mendengar langsung memeluk adiknya erat "Ssstt.... udah ya, jangan nangis lagi. Gak cocok sama sifat kakak yang tomboy, mewek gini" Bastian menghiburnya.

Yuki manyun dan menghapus airmatanya lalu memeluk Bastian lagi "Bodo. Jadi cewek tomboynya ditunda dulu, Kakak mau jadi cewek tulen yang bisa nangis." Tuturnya memeluk membuat Bastian yang tersenyum masih mengelus rambut panjang kakaknya.

"Iya deh, aku sayang sama Kakak. Sayang banget"

"Kakak juga sayang Bastian"

"Kalo gitu Bastian harus temenin kakak tidur lagi nih,"

"Harus!" Kata Yuki membuat mereka tertawa dan berpelukan kembali.

Continue Reading

You'll Also Like

12.5K 1K 25
happy readding! {kebenaran yg tak terungkap} {misteri}
507K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
520K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
44K 8.7K 72
Tzuyu, gadis yang tak pernah membayangkan sama sekali akan terjebak diantara 2 makhluk mitos yang selama ini hanya bisa dia lihat dari buku-buku fiks...