Setelah kejadian itu. Diva hanya bisa diam setiap kali bertemu David. Ditambah soal permintaan Sebastian untuk Diva ikut dalam pertarungan perebutan Direktur. Dia semakin pusing. Dia menuju kantor Kay dan terkejut dengan orang yang ditemukannya di dalam Kantor Kay.
David. Diva menghela nafas.
David bangkit diikuti Kay
"Gue balik Kay"
"Sama Diva?" Tanya Kay
David hanya melangkah lalu menggandeng Diva, Diva hanya mengikutinya.
Kay memang salah satu sahabat mereka. Kay juga sudah tahu kalau mereka bersaudara. Tapi Kay bingung dengan kelakuan mereka. Sementara itu, Diva mengikuti David hingga kerumahnya. Dan seperti biasa, rumahnya kosong. Diva berjalan menuju kamarnya. Dia ingin tidur, tidak ingin melakukan apapun. Sudah hampir seminggu Diva mengabaikan David. Dan itu membuat David jengah. David berdiri di samping pintu memandangi Diva.
"Pulang aja Dav"
David berdehem. "Lo gak punya baju buat ke party Dias"
"Gue gak mau dateng"
David menghampiri Diva dengan langkahnya yang cepat. Dipandanginya Diva yang memejamkan mata. "Lo jangan pendem sendiri masalah lo"
"Shh, sok tau"
"Kita kembar Div, dan dengan datengnya lo ke kantor Kay tadi ngebuktiin masalah lo berat banget dan lo butuh cerita sama seseorang"
Diva membuka matanya lalu terduduk, "Udah, gue capek"
"Gue bakal tunggu sampe lo bilang apa yang Papa bilang ke lo"
Diva benar-benar lelah, dia ingin membuka mulutnya tapi air matanya mengalir
David menarik Diva kedalam dekapannya, mereka terdiam untuk waktu yang cukup lama
Diva melepaskan pelukan David, "It's nothing"
"Beneran?"
Diva mengangguk lalu tersenyum, "Iya"
David mencium kening Diva lalu berbisik, "You've got me"
Diva tersenyum getir, always
...
David bisa melihat Diva yang belanja dengan bahagia dan sekali lagi menggerus kartu kreditnya. Dan tentu saja sekali lagi minta dibelikan gaun kekurangan bahan menurut David. Mengapa Diva senang sekali memakai bahan pakaian seperti itu. David tidak habis pikir. Tapi demi senyuman yang jarang dia lihat, dia hanya menuruti permintaan Diva.
Disaat bersamaan, Kay terlihat memandangi David dan menyapanya.
"Hai" Sapa David menyadari kehadiran Kay
"Ngapain lo" Kata Kay lalu duduk di sebelah David
"Nemenin Diva"
Kay mengikuti arah pandang David dan menyadari ada sesuatu di pandangan David
"Lo?"
"Tadi sih nganter Inge"
"Mana dia?"
Kay menunjuk salah satu toko di seberang mereka, "Lagi nanyain ukuran"
"Oh, lo gak macem-macem kan sama dia?"
Kay menelan ludah, "Lo sendiri?"
"Apaan?"
"Gak ada, gue balik dulu"
David mengernyit dan saat itu juga Diva keluar dengan tas belanjaan ditangannya. Baiklah. David bisa memastikan tagihannya merembes bulan ini. Mereka pulang setelah makan siang dan Diva memaksa David untuk melihat fashion show kecilnya. Mau tidak mau David mengikuti kemauan Diva dan duduk di pinggir kasur untuk menunggu Diva keluar dari walk in closetnya.
Diva selalu cantik, setelah dua baju tadi, David bisa memastikan dia akan senangg-senang saja melihat Diva memeragakan busana ala model-model catwalk. Setidaknya Diva melepaskan stressnya dengan cara normal.
Diva keluar dengan tampang kesalnya dan hanya mengenakan kaus dan celana dalam. Sepertinya ada baju yang dia tidak suka. David melihat Diva duduk disebelahnya dengan tampang cemberut.
"Kenapa?"
Diva memandang David sedih, "Gue gendutan kayaknya"
"Hah? Kurus begini"
David tidak habis pikir. Menurutnya Diva memang sudah langsing walaupun agak berisi dari terakhir kali mereka bertemu. Tapi itu membuat Diva semakin terlihat seksi. Setidaknya dibandingkan dulu.
Apa? Seksi? Batinnya
"Iya, liat aja kaki gue nih" Diva menunjukkan kaki jenjangnya pada David dan David memandang bingung
Lalu Diva mengadahkan wajahnya, "Nih" menunjuk lehernya yang,, menggoda
David menelan ludah dengan susah payah. Mereka berdua memang dilahirkan menjadi godaan lawan jenis sepertinya. Dan David mendorong Diva hingga Diva berada dibawahnya terbaring dengan terkejut.
"Dav..." cicit Diva
David sudah tidak tahan karena sedari tadi Diva berhasil bolak-balik hanya dengan pakaian dalam karena tas belanjaannya tertinggal. Dia lelaki normal dan salah satu pecinta seks. Tentu saja dia akan bereaksi, ditambah Diva sangat cantik dan menggoda
David membungkam Diva dengan ciumannya, Diva memberontak dengan mendorong David sekuat tenaga tapi David terlalu kuat. David berusaha membuka mulut Diva, karena sulit akhirnya David membelai salah satu payudara Diva
"Ahhh" Diva melenguh dan David mengambil kesempatan ini untuk memasukan lidahnya. Diva mengerang tak karuan. Tapi tangannya masih berusaha mendorong David, sementara David sudah sibuk menjelajahi mulutnya.
Diva menangis dan David bisa merasakan air mata Diva membasahi wajahnya. Dia segera berhenti dengan terengah. Sialnya, dia malah baru sadar dengan apa yang dilakukannya. Diva pasti membencinya setengah mati sekarang. Apa yang harus dia lakukan? Membelikan Diva baju lagi?
Diva bukan gadis one night standnya. Mana mungkin dia melakukan hal itu. Diva itu kembarannya. Dan dia baru saja melakukan hal terlarang pada kembarannya. Baiklah, kalau sampai Sebastian tahu hal ini. Sebastian pasti akan menyingkirkan salah satu diantara mereka. Karena David adalah anak lelaki penerus satu-satunya iris tidak mungkin dia disingkirkan. Pasti Sebastian akan menyingkirkan Diva.
Dia tidak mau kehilangan Diva. Diva menjauhinya sudah terlalu menyakitkan. Oh, sial. Cintanya terlalu dalam pada Diva. Sial pasti Sebastian akan menyingkirkan Diva walaupun Diva putrinya. Diva pasti akan dibuang jauh. Sial. Sial dia tidak siap hidup sendirian tanpa Diva. Mereka sudah terlalu sering bersama. Bahkan dari dalam kandungan.
Sial. Pekik David dalam hati
"Div..." Panggilnya lembut
Diva masih menangis
"Div..."
"Tinggalin gue sendiri, please" lirih Diva
Dan David berjalan keluar dengan pasrah
...
David mengobrol dengan salah satu model cantik yang ditemuinya di pesta pembukaan hotel milik Hugo. Tentu saja undangan eksklusif dia dapatkan dari Dias Hugo. Siapa lagi sahabatnya yang akan mengadakan pesta terbaik sepanjang tahun selain Dias yang sudah memiliki sifat brandalan pencipta pesta luar biasa dikalangan mereka.
Tapi tatapannya tidak bisa lepas dari Diva yang sedang mengobrol dengan Arjuna. Sialnya dia tidak suka melihat Diva dengan balutan gaun berwarna coklat dan menampilkan kaki jenjangnya dan belahan dada rendah menjadi pusat perhatian para lelaki. Sebut dia sister complex tapi mana ada kakak laki-laki yang senang kembarannya menjadi incaran lelaki hidung belang.
Terlebih Arjuna yang mengobrol dengan Diva sambil sesekali tersenyum. David kenal Arjuna. Arjuna adalah salah satu pria brengsek yang menjadi musuhnya. Dan Arjuna terkenal dengan permainannya yang memuaskan. Tapi Arjuna juga terkenal dengan hal lain. Womanizer. David meneguk minumannya dengan tenang lalu memandang model yang baru saja diajaknya berbicara.
Inge bergelayut manja dilengannya dan dia menyadari adik kecilnya sedang berusaha menggagalkan usahanya untuk mendapat mangsa malamini.
"Sorry Tes" Ucap David sambil tersenyum kemudian model bernama Tesa itu meninggalkan mereka sambil memberi kode pada David untuk menelponnya.
"Haus nih, gue boleh minum apaan?" Tanya Inge masih menggeliyat di lengan David manja
"Kalo lo begini terus, kasur gue bisa dingin entar malem"
Inge terkejut dan tertawa, "Gue nyelamatin lo dari kemungkinan lo menghamili anak orang malem ini"
David kesal, "Oooooh and why don't you go to Diva? Gue yakin ntar malem dia bakal kepanasan" katanya sambil melirik ke tengah aula yang menunjukan Diva sedang tersenyum manis dengan Arjuna, dan dia sangat ingin mencekik Arjuna saat ini
"Uh, ntar lagi aku remukin kak Diva" kata Inge tanpa sadar
David menangkap kecemburuan di ucapan Inge, David yang senang menggoda adiknya kemudian tersenyum, "Tenang aja, Diva lagi nginterogasi Juna" Bohong. Ngobrol sama Diva aja belom.
Inge masih memandangi Juna dan Diva di hadapannya, "Buat?"
"Kita denger-denger dia lagi deketin kamu, aku tau reputasi Juna, Nge. Gak mungkin dia deketin orang kalo gak ada maunya" Bohong terus David
Inge terlihat terkejut "Dia gak pdkt"
Bohong. Adiknya sedang berbohong. "Sis, kakak kasih tau nih. Banyak dewan direksi sedang ragu buat saham mereka, sekarang lagi pergeseran jabatan antara orang tua ke anak mereka, aku yakin Juna tau background kamu dan sedang berusaha cari sekutu. Apalagi kamu deket sama anak-anak pengusaha tertinggi yang masuk jajaran orang kaya versi majalah forbes, dan mereka notabene adalah pewaris tunggal, kakak gak yakin dia tulus deketin kamu"
"Dan kenapa kak david mikir dia sedang pdkt?"
"Belum satu menit tapi dia sudah noleh 5 kali ke sini" jawab David santai, "Oke?"
Inge kesal, David bisa melihat itu. Kemudian David mengedarkan pandangannya ke pintu masuk dan menemukan Kay bersama Suri datang berdua.
"Hm, temen kamu tuh" kata David menunjuk ke Kay yang datang bersama Suri. "Kenapa bentuknya kayak gitu ckck" komentar David
Inge mengedikan bahunya tanda tidak tahu tapi mengingat Dias akhirnya Inge paham, "oh, mungkin karena Dias bilang body Suri gak menarik"
"Seriously? She's hot as hell, kalo gak temenan sama kamu mungkin udah kakak terkam" goda David, tapi dia tidak serius. Suri juga sahabatnya, mana mungkin.
Inge melirik kesal, "Iyeuh" setelah memandang sebentar, "Gara-gara omongan Dias tuh"
David kembali memikirkan omongan Inge "Tapi Dias ngomong gitu karena ada alasannya Nge, pertama dia gak mau di cap mesum sama sahabatnya sendiri kalo dia bilang Suri itu hot, kedua itu sahabatnya, masa iya dia bilang begitu, bisa cari mati, apalagi kalo Suri denger, mungkin dia bakalan di bunuh karena mikir macem-macem tentang sahabatnya"
"Terus, gimana kalo Dias tiba-tiba.. hmmm" Inge agak ragu melanjutkan kalimatnya
"Tidur sama Suri?" David menanyakannya jelas sekali seperti tidak tahu ini tempat umum sampai Inge mendelik ke arahnya. "Berarti dia ada perasaan sama Suri" David sempat menelan ludah menyadari ucapannya sendiri. Mengingatkannya pada hal yang dia lakukan pada Diva
Inge terkejut, dan David bisa melihat tatapan kebingungan adiknya.
"Tapi, biasanya tergantung keadaan. Kalo kamu sudah dewasa nanti kamu bakal tau, kalo kamu sudah bergairah, nafsu itu gak bakal bisa di berhentiin" Kata David kemudian membuat adiknya bingung untuk kesekian kalinya. David tahu adiknya masih sangat polos. Tapi dia terpaksa menambahkan kalimat untuk meyakinkan dirinya sendiri, bukan membuat Inge bingung
Inge memandang Arjuna dan Diva, "Oh kenapa mereka ngobrol kayak gitu?"
David mengikuti pandangan Inge dan mendapati Arjuna berbisik di telinga Diva, "Dunno"
"Kak..."
David menoleh
"Sebenernya lo kenapa sama Kak Diva?"
"Apanya?"
"Elo... Lo gak cemburu kan?"
David terkekeh, "Lo gak nyimpulin aneh-aneh kan? Mana bisa anak yang gak bisa bedain mana cinta sama obsesi kayak lo bilang gue cemburu"
Inge mendengus sebal dan memanyunkan bibirnya, "Terserah"
Kemudian David tertawa kecil ketika adik kecilnya itu melenggang meninggalkannya. Beberapa saat kemudian dia melihat Arjuna meninggalkan Diva. Diva berjalan menuju arahnya sementara David merasa tangannya ditarik seseorang. Tesa. Sialnya Tesa menciumnya dengan panas sehingga David tidak bisa menghindar dari Tesa.
Diva hanya menggelengkan kepalanya. Lalu memilih bergabung bersama dengan Dias dan anggota Philos lainnya.
...
David merasakan miliknya mengeras setelah berhasil mencium gadis didepannya. Dia mendorong gadis itu hingga terjatuh diatas kasur. Gadis itu menariknya dan menjatuhkannya tepat disebelah gadis itu. Tapi David tak kalah cepat. Dia segera menindih gadis itu dengan tubuhnya. David merasakan gadis itu menggeliat dan membungkam gadis itu dengan ciuman. Sekali lagi, dia memaksa memasuki mulut gadis itu dan dengan cepat melumat lidah gadis itu. Masih berusaha dengan sebelah tangannya meraba milik gadis itu hingga gadis yang berada disebelahnya ini menggeliat dan mengerang.
David sudah tidak tahan dan memasukkan kedua jarinya ke milik gadis itu. Gadis ini melenguh tak karuan dan menggeliyat menjadi-jadi sampai akhirnya David menghujam kejantanannya ke milik gadis itu. Gadis itu meringis dan merasakan kewanitaannya dihujam David tapi David berhasil menicum bibir gadis itu. Setelah 20 menit memainkan alat vitalnya David mencabut kejantanannya dan mengeluarkan cairan putih hingga ke karpet.
Sialnya, David menginginkan gadis itu lagi dan kembali menghujamnya.
__________________________________________________________