New Romantics (Marc Marquez F...

By JojoChirathivat

346K 21.5K 666

Emma Watson, seorang jurnalis anyar yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan ini dituntut untuk mengejar... More

Satu
Hola Spain!
Rendezvous I
Rendezvous II
Best Mistake
Sweetest Devotion
Remedy
Don't Let Me Down
Love You Longer
We Found Love
Wildest Dreams
AdiĆ³s Spain!
Chasing Pavement
Problem
12 Days of Loving You
Hey, I Didn't Mean to Break Your Heart!
Brokenhearted
Cervera
If I Ain't Got You
Hiding My Heart
3 Years Gone
Dangerous Woman
I Miss You
#IAM93
Met Gala I
Met Gala II
I Used To Love You
Say You Love Me
And I'm Telling You I'm Not Going
The Greatest
I LOVE U
Stand By You
It's Getting Complicated
Greatest Love Of All
Chocolate
Can't Keep My Hands To Myself
I'm Not The Only One
Lost Then Found
It Must Have Been Love
Love In The Dark
Lost
I Can't Make You Love Me
Speechless
If I Let You Go
Fall Apart
Get Up and Try
Everything Has Changed
Prove
Hello
Irreplaceable
Just A Friend To You
I Look To You (Reposting)
Fall For You
Decisions
Waiting and Mean It
New Romantics
Love On Top
#TeamEmma&Marc
New Romantics Trivia
EXTRA PART
*Bonus*
*ANNOUNCEMENT*

Where Do Broken Hearts Go?

3.7K 249 21
By JojoChirathivat

Emma buru-buru mengambil tas dan kunci mobil dari atas meja kamarnya. Ia terus saja melirik arloji yang ada di pergelangan tangan kirinya, ini nih kebiasaan Emma yang suka bangun tidur nya telat bin siang.
Tanpa memikirkan yang lain, Emma berlari secepat mungkin menuju mobilnya. Ia tidak tega membuat seseorang yang ada di telfon kemarin menunggu terlalu lama.

Sesampainya di cafe yang dimaksud, Emma segera memasukinya dan mengedarkan pandangan. Bodohnya dia, lagipula dia kan tidak tau seperti apa orang yang berbicara kepada nya kemarin. Namun seorang wanita tiba-tiba saja melambaikan tangannya pada Emma, ia tahu lambaian tangan itu untuk nya.
Langsung Emma menghampirinya dan tanpa pikir panjang duduk di depan wanita itu.

"Hay bukankah kau Emma Watson? Aktris dari britania raya?" sapa Irina.

Emma mendongakkan kepala dan terlonjak kaget akan wanita itu. Bukankah dia umbrella girl-nya Marc yang baru?
Emma sebisa mungkin tersenyum manis.

"Yes. I am. Dan kau pasti umbrella girl-nya Marc yang baru bukan?" balas Emma berpikir se-positif mungkin.

Emma segera menepis pikiran negatif di otaknya. Dilihat dari perawakannya, Irina sangatlah pantas bila disebut sebagai supermodel, apalagi umbrella girl. Cantik, bertubuh tinggi semampai, rambut yang bagus. Benar-benar idaman. Emma berharap semoga gadis ini bisa memberi sesuatu yang baik pada hubungannya dan Marc.

"Ya. Perkenalkan namaku Irina Shayk" Irina menyodorkan tangannya.

"Emma Watson." balas Emma menjabat tangan Irina.

"Kau ingin pesan makanan atau sesuatu?" tawar Irina menunjukkan buku menu yang sudah ada di tangannya daritadi.

"Tentu. Boleh aku melihatnya?" pinta Emma.

Emma mengambil buku menu yang besarnya sebesar buku catatan bendahara kelas yang minta tagih tiap minggu bak singa kelaperan. Alias maksa dan kudu. Eh sori ngelantur.
Irina berpikir, betapa manis nya seorang Emma Watson ini, pantas saja jika Marc sangatlah mencintainya. Emma adalah tipikal gadis yang benar-benar pantas diperjuangkan. Worth it.

Irina menjentikkan jarinya mencoba memanggil seorang pelayanan. Setelah tiba, Emma menoleh pada pelayan itu dan membacakan menu makanan yang ia pilih sebagai hidangan basa-basi nya.
Setelah pelayan itu pergi, Irina memandang lekat pada Emma. Merasa diperhatikan sebegitunya, Emma merasa tidak enak dan menanyakannya.

"Ada apa? Aku malu jika kau melihatku seperti itu" canda Emma menutupi wajahnya.

"Oh maaf jika aku--" Irina salah tingkah dan menolehkan pandangan nya pada hal lain, "--ah sudahlah lupakan"

"Ayolah tidak apa-apa. Ceritakan saja" pinta Emma.

"Harus ku akui. Betapa cantik dan baiknya dirimu. Kau tipikal gadis yang friendly. Tak heran jika Marc sangatlah mencintaimu" jelas Irina kembali menatap kedua bola mata Emma.

"Begitukah? Marc menceritakannya padamu?"

"Tidak. Hanya terlihat dari bagaimana ia tidak bisa hidup tanpamu. Dia seperti bangga memilikimu" jelas Irina diselingi senyum dari bibir seksi nya.

"Kami berdua memang saling mencintai. Kuharap tidak ada yang bisa memisahkan kita berdua" balas Emma sekaligus memberi kode pada Irina agar 'jaga jarak sama pacar gue'

Seorang pelayan yang sama datang kembali dengan membawa sepiring makanan dan disajikan di depan Emma.
Irina memberi sinyal agar Emma memakan makanan itu sesendok ataupun dua sendok lebih dahulu.

"Kuharap juga begitu--" lanjut Irina setelah ia yakin bahwa Emma telah menyuapkan sesendok makanan yang kesekian kalinya di mulut gadis itu, "--sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu"

Emma rasa percakapan ini akan menjadi percakapan yang berat. Ia mendongakkan kepala dan menaruh kembali garpu dan pisau di atas piring untuk mendengarkan ucapan Irina.

"Aku juga sangat mencintai Marc" ucap Irina singkat dan padat namun dapat membuat Emma kaget dan mendelikkan matanya. Makanan yang baru saja ia kunyah seperti ingin keluar lagi.

Emma membelalakkan mata nya. Tunggu, dirinya mendengar Irina juga mencintai Marc? Apa dia tidak salah dengar?

"Haha, aku tau kau sebagai fans berat Marc" balas Emma menjelaskan se-positif mungkin akan pernyataan Irina. Atau lebih tepatnya mengoreksi ucapan Irina.

"Rasa cintaku bukanlah untuk seorang fans kepada idola nya, tapi sebagai seorang yang benar-benar jatuh cinta. Aku mencintai Marc Marquez" ekspresi Irina sangat bersungguh-sungguh.

Emma kali ini tidak lagi berselera makan. Rasanya, makanan yang ada di depannya ini tak ada guna.

"Kau tidak bersungguh-sungguh kan?" Emma mencoba meyakinkan.

"Aku tidak pernah bercanda dengan perasaanku sendiri" kata-kata Irina membuat Emma kehabisan akal. Ia tidak tau apa yang harus dilakukan dan dikatakan. Ini tidak masuk akal.

"Aku mencintai Marc sejak ia masih menjadi rookie di Moto2. Kami memang belum saling kenal, tapi setidaknya kami beberapa kali bertemu. Baru sekarang aku sedekat ini dengan Marc. Aku merasa senang" lanjut Irina.

Puncak ketidakrelaan Emma muncul. Ini tidak bisa dibiarkan. Memangnya siapa Irina bagi Marc?

"Maaf Irina, bukan maksudku melarang perasaanmu itu. Kau tidak salah memiliki perasaan untuk Marc. Tapi kau benar-benar tidak bisa bersama Marc seutuhnya" jelas Emma sesopan mungkin.

"Aku selalu punya kesempatan untuk merebut Marc dari sisimu." sontak pernyataan Irina menambah rasa penasaran Emma.

Irina merogoh sesuatu dari tas branded nya yang mahal berwarna hitam mengkilap. Setelah ketemu, Irina memastikan jika apa yang ia ambil benar lalu memberikannya pada Emma.
Emma ragu jika harus mengambil sebuah bungkusan kertas. Tetapi rasa penasarannya lebih besar dari gengsinya. Emma mengambilnya dan membuka apa isinya.
Emma mendelik tajam menatap semua foto-foto itu. Awalnya hanya foto yang diunggah Irina di Instagram kemarin, namun foto berikutnya tidak bisa ditolerir. Mereka berdua tidur bersama? Ini pencemaran nama baik.

"Apa-apaan ini? Ini pencemaran nama baik" bantah Emma masih memegang semua foto-foto itu.

"Ya. Ini akan menjadi pencemaran nama baikku. Kita sudah melakukannya. One night stand" balas Irina dengan penekanan di kalimat terakhir.

Tidak mungkin. Tidak mungkin jika Marc dan Irina tidur berdua. Tapi foto ini terlihat sangat asli. Kalau dipikir-pikir pun tidak ada gunanya seorang Irina mengedit foto itu. Terlebih lagi, hasil foto ini terlalu sempurna untuk menjadi sebuah proyek editan photoshop dan semacamnya.

"It's impossible. Tidak mungkin Marc melakukan ini semua" bantah Emma tetap menolak. Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Emma, ini semua memang terdengar tidak masuk akal. Tapi inilah kenyataannya--" Irina setengah berbisik, "--biar kutanya dirimu"

Emma kini menatap tajam Irina. Irina mulai menyukai gadis ini. Ia melihat begitu banyak rasa amarah, rasa sakit, rasa kecewa bercampur aduk menjadi satu padu di dalam mata Emma. Ini kesempatan Irina untuk membuatnya meledak-ledak.

"Pernahkah Marc membanggakan dirimu di depan media? Pernahkah dia memperkenalkanmu ke fans-nya? Pernahkah kalian foto berdua dan mengunggahnya ke sosial media-nya? Atau pernahkah Marc menciummu seperti dia menciumku di foto yang kau pegang? Pernahkah Marc tidur disisimu dan memelukmu seperti aku disana?" Irina menaikkan satu alis nya.

Emma memikirkan tiap pertanyaan yang Irina lontarkan. Selama mereka berpacaran, tidak pernah sedikitpun Marc terbuka pada siapapun bahkan orang-tua nya sendiri akan hubungan mereka, apalagi kepada media. Selama mereka berpacaran, Marc tidak pernah memperkenalkan Emma sebagai pacarnya di depan semua fans-fans nya. Selama mereka berpacaran, Marc tidak pernah meminta nya atau berkeinginan untuk foto berdua, bahkan saat Emma ingin, Marc selalu saja menolak. Selama mereka berpacaran, Marc dan Emma hanya beberapa kali berciuman. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Lebih parahnya, Emma melihat foto yang ada di genggaman tangannya, ia berpikir Marc tidak pernah menciumnya seperti ia mencium Irina di foto ini.

"Itu tandanya Marc lebih mencintaiku daripada dirimu" jelas Irina mempertegas.

"Tidak. Sekeras apapun kau mencoba. Kau tidak akan bisa merebutnya dariku!" seru Emma membanting semua foto-foto itu ke meja.

"Benarkah? Kau takut bukan jika aku merebutnya? Aku lebih dekat dengan Marc kali ini. Karena selama beberapa minggu kedepan, aku akan terus berada di sisi Marc, akan terus ada di samping Marc. Kemanapun ia pergi, aku akan selalu ada.
Bagaimana dengan dirimu? Kau bisa melakukannya seperti diriku dengan keadaan dan profesimu ini? Pikirkan itu Emma" nada sarkas Irina sangat tajam.

"Karena cepat atau lambat, media akan menyoroti hubunganku dengan Marc" lanjutnya.

Emma tak bisa menjawab. Rasanya kata-kata yang ingin ia lontarkan tertelan bumi begitu saja. Hilang tak berbekas. Semua kata-kata Irina sangatlah benar.
Ia tidak akan selalu ada untuk Marc. Ia tidak akan selalu ada di samping Marc. Pacar macam apa Emma ini?
Apakah mencintai Marc adalah suatu kesalahan?

"Pikirkan itu baik-baik Emm. Sebelum hatimu di patahkan, lebih baik kau mematahkan hatimu sendiri dengan memutus Marc. Itu akan jauh lebih baik. Setidaknya kau masih mempunyai harga dirimu ketika Marc ingin mengutarakan keinginannya untuk memutuskan hubungan denganmu. Dia terlalu berharga untuk kau miliki" Irina mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya kedalam tas hitam nya itu.

"Kau bisa menyimpan foto itu. Anggaplah ucapan terimakasihku karena aku telah menyadarkanmu akan status dan posisimu bagi Marc. Have fun" pamit Irina sengaja centil.

Emma tak menjawabnya. Ia masih tertegun. Tiap ucapan yang Irina katakan tadi masih terngiang indah di otak Emma. Ini dia waktu yang Emma takutkan, kehilangan Marc.
Tiba-tiba air mata hangat jatuh begitu saja tanpa Emma sadari. Mata nya begitu panas.
Yang ia rasakan di hatinya, rasanya sakit, namun tak berdarah. Benarkah Marc lebih memilih Irina daripada dirinya? Rasa curiga Emma akan Marc kemarin sungguhlah benar. Sikap pria itu berubah, cara memperlakukan Emma pun berubah. Ternyata, Irina-lah sang supermodel sempurna yang akan menjadi pengganti dirinya.

Emma dengan tangan bergetar mencoba mengambil handphone dari tas-nya. Ia tidak ingin memandang apapun kali ini, ia tidak ingin tertangkap sedang menangis. Daritadi bibirnya ia gigit kuat-kuat agar ia tidak berteriak frustasi di dalam cafe. Ia bukanlah orang gila, tapi kini Emma sadar jika Marc membuat perasaannya menjadi gila.

Ia mencari kontak Marc walaupun pandangannya terhalang karena berkaca-kaca menahan air mata. Namun gravitasi menariknya jauh lebih kuat. Tak sedikit air matanya yang jatuh diatas layar handphone.
Emma memencet tombol hijau dan meletakkannya di telinga kiri Emma.

"Halo Marc. Kau ada dimana?" sapa Emma setelah telfon tersambung. Emma berusaha sebisa mungkin agar suaranya tidak bergetar.

"Aku ada di rumah Emilio"

"Bisakah kita bertemu di taman seperti biasa sebentar?" mensamarkan agar suaranya stabil, Emma sesekali tersenyum. Senyum yang mengerikan.

"Sure. Tunggu aku honey" benar saja, Marc langsung menutup telfon. Ia tidak menunggu jawaban selanjutnya dari Emma.

"Akan kutunggu--" balas Emma walaupun ia tau telfon itu sudah mati, ia ragu untuk membalas nama panggilan tadi, "--I love you Marc. I love you honey"

Emma melepas dan menjauhkan telfon dari telinganya. Rasanya kepala Emma berat sekali. Tidak tahan rasanya, ia menidurkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangannya sebagai bantal.
Beginikah akhirnya kisah Emma? Begitu ironis.

'Jika bahagia adalah sebuah rasa sakit, mungkin sekarang aku berbahagia untukmu Marc' - Emma Watson.

Continue Reading

You'll Also Like

277K 22.3K 39
{COMPLETE} #31 dalam fanfiction [08/04/2017] #57 dalam fanfiction [10/04/2017] Sebuah Pertemuan Yang tak terduga, Membuat (Namakamu) menjadi Orang...
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
78K 9.8K 88
*** "Aku tidak masalah bila harus selamanya menjadi alat untuk mencapai tujuanmu... tapi kenapa rasanya itu tidak pernah cukup?" ~ L *** Start: 27 Se...
67.2K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...