New Romantics (Marc Marquez F...

By JojoChirathivat

347K 21.5K 666

Emma Watson, seorang jurnalis anyar yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan ini dituntut untuk mengejar... More

Satu
Hola Spain!
Rendezvous I
Rendezvous II
Best Mistake
Sweetest Devotion
Remedy
Don't Let Me Down
Love You Longer
We Found Love
Wildest Dreams
Adiós Spain!
Chasing Pavement
Problem
12 Days of Loving You
Hey, I Didn't Mean to Break Your Heart!
Brokenhearted
Cervera
If I Ain't Got You
Hiding My Heart
3 Years Gone
Dangerous Woman
I Miss You
#IAM93
Met Gala I
Met Gala II
I Used To Love You
Say You Love Me
And I'm Telling You I'm Not Going
The Greatest
I LOVE U
Stand By You
It's Getting Complicated
Greatest Love Of All
Can't Keep My Hands To Myself
I'm Not The Only One
Lost Then Found
It Must Have Been Love
Love In The Dark
Where Do Broken Hearts Go?
Lost
I Can't Make You Love Me
Speechless
If I Let You Go
Fall Apart
Get Up and Try
Everything Has Changed
Prove
Hello
Irreplaceable
Just A Friend To You
I Look To You (Reposting)
Fall For You
Decisions
Waiting and Mean It
New Romantics
Love On Top
#TeamEmma&Marc
New Romantics Trivia
EXTRA PART
*Bonus*
*ANNOUNCEMENT*

Chocolate

4.1K 252 12
By JojoChirathivat

Marc kembali mengaduk kopi yang ada di hadapannya. Wanita yang ada di depannya terus menatapnya. Marc benar-benar tidak menghiraukan. Walaupun poin perkenalan yang Marc dapatkan saat pertama kali melihatnya sangatlah menggoda.
Wanita itu bersikukuh untuk memandang tiap inci wajah Marc. Sangat tampan, batin Irina.

Dari ujung matanya, Marc melirik Alex yang sedang berbasa-basi dengan pegawai di cafe ini. Ah seperti biasa.
Irina tidak tahan. Ia harus membuka pembicaraan.

"Jadi, besok kita akan kualifikasi?" tanya Irina walaupun ia sudah tau jawabannya.

"Begitulah. Kau akan datang bukan?" tanya Marc menyenangkan hati sang penanya.

"Tentu. Aku akan sangat senang. Aku tidak mengira jika aku bisa bertemu denganmu seperti ini. Kau tau aku sering melihatmu beraksi di lintasan. Dan untuk kesekian kali aku harus berteriak didepan televisi sampai-sampai mengagetkan seluruh keluarga. Haha" balas Irina senang.

Marc menaikkan satu alisnya. Seorang supermodel seperti Irina rela menjadi umbrella girl-nya karena Irina adalah penggemar berat Marc? Ohya, jangan lupakan bahwa Irina saat ini memakai kaos bercorak warna orange dan putih dengan tulisan #IAM93 di dada bagian kirinya. Bukankah itu kaos yang dijual di toko official milik Marc?

"Terimakasih. Aku sangat menghargainya." balas Marc tersenyum.

Irina terpikat dengan lengkungan senyum Marc. Irina merasa bahwa hanya ia yang memiliki senyum itu kali ini. Senyum Marc memang sederhana namun memiliki berjuta rasa bagi siapa saja yang melihatnya.

"Marc???" ujar Irina setelah hening lama melanda mereka.

Rasanya sangat canggung saat mereka berdua terdiam didalam mobil milik Marc. Terlebih lagi, mereka sedang berada di lampu merah dan menghentikan mobilnya.

"Yes?" Marc menolehkan pandangannya dari jalanan.

"Bisakah aku berfoto denganmu? Jika kau mengijinkan..." ijin Irina malu-malu setengah berbisik.

"Sure" balas Marc singkat.

Dalam sepersekian detik, Irina sudah menggenggam handphone di tangan kanannya dan membuka aplikasi kamera nya.
Marc merasa jika Irina sengaja menempelkan pipinya pada pipi kiri Marc. Beberapa kali Irina memencet tombol shutter.

"Terimakasih. Aku akan memamerkannya pada teman-temanku. Mereka pasti akan histeris" ujar Irina tersenyum bahagia. Marc kembali menginjak pedal gas nya setelah lampu hijau menunjukkan jati dirinya.

"Kenapa mereka akan histeris?" balas Marc dengan muka polosnya. Ah tambah lucu, batin Irina berteriak.

"Ya tuhan Marc, teman-temanku sangat mengagumimu. Aku berani bertaruh jika mereka melihatmu, mereka rela melakukan apapun hanya untuk bisa berbicara dan berfoto denganmu"

"Seperti dirimu? Walaupun sudah menjadi supermodel tetapi kau rela menjadi umbrella girl-ku?"

"Huum..." Irina mengangguk cepat.

Marc tertawa melihat tingkah polos gadis ini. Sangat-sangat lucu. Emma saja yang mengaku fans nomor satunya tidak bertingkah seperti ini. Marc merasa semakin nyaman bersama Irina.

"Kemana kita akan pergi? Lalu dimana Alex?" celetuk Irina.
Marc tidak terkejut saat Irina menyebut nama Alex, pasti dirinya sudah mengetahui seluk beluk kehidupan Marc.

"Ah biasa. Dia sedang mencari mangsa. Dasar buaya" ejek Marc.

"Hahaha. Kenapa kau tidak ikut-ikutan menjadi buaya seperti dia? Aku curiga" Irina bergaya layaknya detektif yang mencoba membaca pikiran Marc.

"Tebaklah..." tantang Marc.

"Karena kau terlalu tampan untuk menjadi seorang buaya?" tebak Irina menunjuk Marc.

Sontak gelak tawa terdengar dari Marc, jawaban Irina begitu ngasal. Apakah menurut Irina ia sangat-sangatlah tampan? Marc mendengar nada tertawaan Irina. Sangat khas dan berbeda.
Irina, gadis cantik yang tingginya melebihi Marc beberapa senti. Ah tidak! Ia hanya menggunakan high heels nya. Suara tawanya khas, senang bercanda dan sangat pengertian. Dan jangan lupa, ia mudah akrab dengan orang yang baru ia kenal. Selalu saja mempunyai topik pembicaraan yang menarik.

"Tidak. Aku tidak setampan yang kau ceritakan tadi" bantah Marc.

"What? Kau pikir dirimu tidak tampan? Dalam mataku, kau lebih menggoda dan tampan daripada Bradley Cooper. Atauuuu...." balas Irina sengaja menggantungkan ucapannya.

"Atau apa?" Marc sangat penasaran. Pasti Irina akan mengeluarkan banyolannya yang anti mainstream itu.

"Ciyeeeee yang penasaran" goda Irina memicingkan matanya.
Marc dipermainkan, wajahnya memerah malu.

"Kau ini bisa saja..." ucap Marc setengah tertawa.

"Hahah, harus ku akui betapa lucunya dirimu saat wajahmu berubah merah seperti kepiting rebus" tawa Irina masih menghiasi.

***

Matilda perlahan-lahan membuka kedua matanya. Silau sinar lampu ruangan menerpanya. Matilda terus berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Matilda mengerti jika dirinya sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Karena beberapa kali Matilda hafal betul setelah ia pingsan, pasti dirinya akan terbangun dengan selang infus menancap di pergelangan tangan kirinya.
Satu yang ia rasa, haus. Tenggorokannya begitu kering. Matilda menoleh kan kepala ke kanan dan kiri mencari air segar. Sebuah botol berisi air tergeletak dengan indahnya di samping meja. Namun tangannya tak dapat menggapai.

Matilda terus mencoba menggapainya namun ia seperti menyenggol sebuah tangan. Ia melihat seorang wanita yang sedang tertidur di samping ranjang. Sepertinya Matilda mengenali dari warna rambut wanita itu.
Matilda membangunkan Emma yang masih tertidur. Mencoba sekeras apapun, Matilda tidak akan bisa menggapai botol air mineral itu. Tubuhnya masih begitu lemas.
Matilda lebih baik membangunkan wanita ini.
Emma merasakan goncangan di separuh tubuhnya. Takut terjadi apa-apa, sontak Emna langsung membuka matanya dan menegakkan tubuhnya.

"Hey, kau sudah bangun?" sapa Emma masih dengan mata setengah tertutup.

"Thirs-thirsty..." ucap Matilda terbata-bata dan menunjuk botol mineral transparan itu dengan telunjuk tangan kanannya.

Dengan cekatan, Emma mengambil botol air mineral tersebut dan mengambil sebuah sedotan tergeletak tepat disamping botol. Setelah membuka tutup botol dan memasang sedotan di dalamnya, Emma mengangkat kepala Matilda tinggi dan membantunya untuk minum.
Saat air putih itu berjalan melewati tenggorokan, Matilda merasakan kesegaran yang tiada tara.
Emma terkejut dengan cara minum Matilda, cepat dan tuntas sampai habis.

Setelah mengembalikan botol minuman yang habis tanpa sisa, Emma berseru pada Andres yang masih tertidur diatas sofa rumah sakit.

"Ada apa Emm? Dia sudah bangun?" Andres mendatangi Emma dengan mengucek kedua matanya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Emma pada Matilda tanpa membalas ucapan Andres.

"Emma? Kau disini? Aku hanya pingsan seperti biasa. Mungkin karena kelelahan" balas Matilda dengan ekspresi polosnya.

Emma mengerti, Matilda sudah paham akan penyakit yang dideritanya. Sehingga ekspresi Matilda tidak terlalu histeris ketika mengetahui dirinya sudah terbaring lemah di rumah sakit seperti ini.

"Kau mengetahuinya? Leukimia?" tanya Matilda lebih seperti menjelaskan.

Emma hanya mengangguk lemah dan tersenyum berusaha meyakinkan Matilda jika Emma dapat menjaga rahasia ini. Emma mengelus lembut punggung tangan kecil Matilda.

"Dimana kedua orang-tua mu?" tanya Emma. Ia tau dalam keadaan seperti ini, tidak etis menanyakan hal tadi.

"I don't have a family anymore. Aku sendirian hidup di panti" balas Matilda seakan-akan Emma adalah orang yang sungguh-sungguh dipercaya nya.

Emma terkejut. Pantas saja sejak kemarin tidak ada seorang pun yang bersangkutan mencari keberadaan Matilda.

"Dimana ibu panti-mu? Kenapa ia tidak mencari saat kau tidak pulang seharian?" celetuk Andres. Emma mengangguk menyetujui pertanyaan Andres.

"Aku sering tidak pulang ke panti seharian. Jadi mereka tidak akan mencariku karena pasti mereka mengira aku sedang berjuang menjual coklat-coklat itu. Karena aku senang menjual coklat. Aku bahagia" jawaban Matilda membuat mata Emma semakin panas.

Di dunia seperti ini, bahkan di negara megah layaknya Spanyol, masih saja ada anak kecil yang tidak berdaya hidup sendiri berjuang untuk sebuah kebahagiaan singkat.

"Apa yang membuatmu senang menjual coklat?" tanya Emma setengah berbisik.

"Karena coklat bisa menjadi lambang yang pas untuk kasih sayang, terlihat dari perayaan Valentine yang selalu identik dengan hadiah coklat. Dan disaat hari kasih sayang tiba, kau pasti akan merasa senang dan bahagia. Maka dari itu, aku senang bisa menjual kebahagiaan pada semua orang. Agar mereka bahagia sama sepertiku walaupun aku sendiri. Dan tidak tau dimana keberadaan kedua orang-tuaku sendiri"

Emma kagum dengan jawaban Matilda. Ah sial, kata-kata Matilda mempermainkan perasaan Emma. Matanya semakin panas saja dan mulai berkaca-kaca.
Betapa tangguhnya Matilda.

"Kenapa kau rela menjual kebahagiaan? Sedangkan dirimu seutuhnya benar-benar tidak merasakan kebahagiaan itu sendiri?" suara Emma mulai serak. Ah cengengnya dia.
Andres menoleh menatap Emma, ini dia. Air mata akan membuncah tatkala ada yang mempermainkan perasaan Emma dihati kecilnya.

"Karena, aku lelah melihat orang-orang yang bernasib sama sepertiku. Aku ingin mereka lebih bahagia seperti anak-anak lain. Sungguh, sendirian itu tidak mengasyikkan" balas Matilda menunduk.

Andres bernasib sama seperti Emma, Matilda sengaja bermain-main di dalam lubuk hatinya.
Matilda, hanya gadis kecil atau malaikat yang tersesat?

"Dimana coklat-coklat ku?" tanya Matilda tiba-tiba.

Deg! Emma terkejut. Ia ingat coklat-coklat yang berserakan tidak sempat ia amankan. Tidak sedikit yang tenggelam kedanau. Bagaimana ia harus menjelaskannya?
Coklat = kebahagiaan.
Jika Emma mengatakannya, sama saja ia tidak sempat mengamankan kebahagiaan yang akan Matilda berikan pada orang-orang.

Emma mendongakkan kepala menatap Andres yang berdiri disampingnya.
Emma kali ini benar-benar meminta tolong pada Andres untuk menjelaskannya pada si malaikat kecil. Andres menangkap sinyal pemberian Emma.

"Ehem ehm--" Andres berdehem sebelum menjelaskan, "--Matilda, sewaktu kau jatuh pingsan di pinggir danau, kami langsung membawamu kemari. Dan kami tidak sempat membawa coklat-coklat mu. Sebagian jatuh tenggelam ke dalam sungai"

Matilda menarik nafas berat sesaat setelah mendengar penjelasan Andres. Ia tau, jika terkadang penyakitnya ini selalu membuat kebahagiaannya hilang. Kenapa hidupnya harus seperti ini?

"Kau tidak apa-apa?" ucap Emma khawatir karena Matilda terus diam setelah mendengar pernyataan Andres.

"Ya." balas Matilda singkat. Lalu, setetes air hangat meluncur begitu saja dari pelupuk matanya.

"Oh Matilda. I'm sorry" Emma langsung mendekap Matilda dalam dekapannya.
Andres hanya bisa mengelus lembut punggung Emma.

***

Multimedia : Irina Shayk

Continue Reading

You'll Also Like

55.5K 3.2K 36
Cerita ini milik Riza Nugraheni dan saya tidak ada hak apapun atas cerita ini. Terima kasih buat kak Riza yang udah ijinin untuk ngerepost fanfic ini...
16.2K 1.5K 70
FOLLOW DULU SEBELUM BACA!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!! ••• Semua orang mengira dengan keberuntungan dan bakat yang luar biasa mampu membua...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
347K 21.5K 63
Emma Watson, seorang jurnalis anyar yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan ini dituntut untuk mengejar headline seorang pembalap motogp terkena...