New Romantics (Marc Marquez F...

By JojoChirathivat

346K 21.5K 666

Emma Watson, seorang jurnalis anyar yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan ini dituntut untuk mengejar... More

Satu
Hola Spain!
Rendezvous I
Rendezvous II
Best Mistake
Sweetest Devotion
Remedy
Don't Let Me Down
Love You Longer
We Found Love
Wildest Dreams
AdiĆ³s Spain!
Chasing Pavement
Problem
12 Days of Loving You
Brokenhearted
Cervera
If I Ain't Got You
Hiding My Heart
3 Years Gone
Dangerous Woman
I Miss You
#IAM93
Met Gala I
Met Gala II
I Used To Love You
Say You Love Me
And I'm Telling You I'm Not Going
The Greatest
I LOVE U
Stand By You
It's Getting Complicated
Greatest Love Of All
Chocolate
Can't Keep My Hands To Myself
I'm Not The Only One
Lost Then Found
It Must Have Been Love
Love In The Dark
Where Do Broken Hearts Go?
Lost
I Can't Make You Love Me
Speechless
If I Let You Go
Fall Apart
Get Up and Try
Everything Has Changed
Prove
Hello
Irreplaceable
Just A Friend To You
I Look To You (Reposting)
Fall For You
Decisions
Waiting and Mean It
New Romantics
Love On Top
#TeamEmma&Marc
New Romantics Trivia
EXTRA PART
*Bonus*
*ANNOUNCEMENT*

Hey, I Didn't Mean to Break Your Heart!

5.1K 411 8
By JojoChirathivat

Marc berulang kali berjalan mondar-mandir di kamar hotel. Pikiran nya sedang tidak karuan kali ini.
Alex yang melihat itu hanya bisa terpaku diam. Karena ia tahu saat kakaknya itu sedang frustasi, tidak mungkin bisa diajak berbicara baik-baik.
Alex tahu bagaimana perasaan Marc, crash di sirkuit, dan muncul pemberitaan buruk tentang dirinya.
Terlebih lagi Marc, ia merasakkan sebuah cambuk di hatinya. Apa ini benar-benar Emma yang melakukan? Marc merasa kecewa pada Emma.

"Kau sudah selesai? Hampir sejam kau berjalan mengitari kamar ini" celetuk Alex bangkit dari duduknya.

Namun tak ada jawaban dari mulut Marc.
Marc terus saja mengurut keningnya. Tak habis pikir Marc pada Emma.

"Kau harus berbenah diri. Kita akan segera pulang ke Spanyol. Mengenai crash mu di Le Mans, itu tidak apa-apa, setidaknya kau masih bisa mendapatkan 3 poin penting" Alex mendorong-dorong Marc untuk menuju kamar mandi.

"Apa kau pernah merasakkan jatuh cinta dan patah hati disaat yang bersamaan?" celetuk Marc.

"Jatuh cinta dan patah hati disaat yang bersamaan? Itu aneh tetapi terkadang aku juga merasakannya. Sudahlah jangan pikirkan Emma-mu itu!" jelas Alex.
Marc terkejut akan pernyataan Alex yang juga menyebut nama Emma.

"Apa? K-kau tau itu?" Marc berbalik menatap Alex tajam.

"Tentu. Kau sebegitu frustasinya karena Emma kan? Gadis itu telah menyita seluruh pikiranmu, hatimu dan cintamu" Alex memainkan satu alisnya naik turun.

-Charles de Gaulle International Airport-

Marc menggeret kopernya didampingi Alex dan Emilio. Namun kali ini sepertinya akan berbeda karena para wartawan dan paparazzi sudah bersiap siaga di dekat pintu masuk bandara.

Saat para wartawan itu sudah menangkap sesosok Marc Marquez, mereka langsung berlarian dan mengejarnya. Beribu-ribu pertanyaan mereka lontarkan tanpa jeda. Diam adalah jawaban Marc.
Ia ingin sekali menjawab dan mengklarifikasi berita headline kurang ajar yang menyangkut-pautkan dirinya itu. Namun ia dituntut harus diam oleh Emilio.

Marc terus saja berjalan tanpa mempedulikan mereka yang sedang menjepretkan cahaya flash kamera ke wajahnya. Penampilan Marc kali ini tidak seburuk seperti saat di hotel.
Seperti biasa kacamata nyentrik menghiasi wajah tampan Marc Marquez.
Sedikit lagi, sedikit lagi mereka sampai di tempat check in lalu take off pesawat dan bisa kabur dari kejaran paparazzi gila.

Alex meng-ikhlaskan seat nya yang strategis di dekat jendela untuk di duduki Marc. Agar kakaknya itu dapat mendapat sedikit hiburan.

"Emma, kurasa Marc belumlah kembali dari Prancis" ucap Andres mendongakkan kepalanya mencoba melihat tanda-tanda kehidupan di dalam apartemen Marc yang tinggi walaupun ia sendiri tidak dapat melihatnya.

"Aku harus menjelaskannya pada Marc. Aku harus menemuinya. Dia pasti mengira yang membuat berita itu adalah aku" ucap Emma.

"Kurasa kau lebih baik menemui Camilla. Dia pasti sudah menunggumu lama" Emma menatap penuh harap Andres.
Apa? Jadi Emma mengusir Andres?

"Emm, kau mencoba mengusirku?" Andres menaikkan satu alisnya.

"Jika Marc tau kau ada disini bersamaku. Dia pasti juga mengira kau ikut campur dalam masalah ini" jelas Emma pada inti masalah.

"Tapi Emma, hari sudah mulai gelap dan hujan pasti akan mengguyurmu nanti"

"Aku orapopo Andres. Trust me" ucap Emma lembut.

Sebelum pergi, Andres mengelus lembut tangan Emma dan menatapnya meyakinkan. Emma mengangguk dan tersenyum.

Setelah Andres benar-benar pergi. Emma menarik nafas dan berjalan menuju apartemen Marc.
Beberapa kali ia memencet bel. Namun tak ada jawaban maupun tanda-tanda orang di dalamnya. Apa jangan-jangan Marc tahu jika dirinya akan datang? Lalu Marc sengaja untuk tidak membukakan pintu bagi Emma?

Hanya satu cara untuk mengetahuinya, memasukkan kode pin apartemen Marc.
Apartemen milik Marc sudah memiliki teknologi pengaman pin maupun pemindai sidik jari. Sejak dari dulu Emma penasaran akan sensor sidik jari karena di sekitar ia tinggal tidak ada teknologi tersebut, namun Marc menolak untuk mendaftarkan sidik jari Emma pada pengaman apartemennya. Dulu, Marc sengaja memberitahu password apartemennya pada Emma karena Marc sering sekali menyuruh Emma untuk pergi ke kedai kopi diluar.
Satu-satunya cara yaitu memasukkan pin. Emma berharap semoga Marc belum mengganti pin apartemennya.

Pin itu memiliki 6 digit karakter. Dalam memasukkan digit terakhir, Emma ragu. Jika saja Marc ada, pasti Emma akan terpaku terdiam karena ia tidak mempunyai kata-kata yang tepat untuk menjelaskan.

Bip! Warna lampu pengaman berubah menjadi hijau lalu suara kunci pintu terbuka pun terdengar pertanda Marc belum juga mengganti password pengaman.
Emma membuka pintu itu perlahan. Setelah terbuka, Emma berdiri diambang pintu dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Tidak rapi seperti saat Emma datang.

Di ruangan itu hanya terdengar suara derap langkah kaki Emma. Ruangan itu sedikit gelap karena sumber cahaya hanya berasal dari kondisi cuaca di luar yang mendung.
Emma tersenyum dan berbisik,

"Dasar Marc. Masih saja kurang rapi dalam membersihkan apartemen"

Emma melepas mantelnya dan meletakkannya diatas meja bar. Emma mencoba untuk meregangkan ototnya. Kali ini ia harus bisa membersihkan apartemen Marc secepat mungkin. Berharap saat Marc datang dan masuk ia akan terkejut dan senang karena apartemennya kembali bersih dan kinclong daripada Marc yang membersihkannya sendiri.

Dimulai dari membersihkan sofa-sofa berwarna putih itu. Membersihkan sela-sela sudut. Perlahan, apartemen itu kembali kinclong.
Keringat membasahi dahi Emma.
Ia menghembuskan nafas nya dan tersenyum saat pekerjaan wanita nya itu selesai.

"Perfect" ucap Emma.

Bip bip bip! Suara kode pengaman dibuka terdengar. Emma terkejut, ini dia. Ini pasti Marc.
Emma segera menyembunyikan vacum cleaner dan mulai membersihkan diri.

Marc memencet tombol pengaman itu. Ia merasa malas sekali menggunakan sensor sidik jarinya yang agak error akhir-akhir ini.
Ia tidak merasa curiga jika ternyata sudah ada yang masuk ke apartemennya beberapa jam yang lalu.

Setelah kunci pintu terbuka, Marc membuka pintu dan berharap bisa beristirahat karena keadaan Marc sedang tidak baik kali ini.
Marc masuk dan menggeret kopernya dengan malas.
Marc terlonjak kaget saat ia mendengar suara gaduh di dekat dapur.

Rasa penasaran Marc semakin menjadi-jadi. Tidak mungkin jika suara itu adalah kucing karena Marc tidak pernah berkeinginan untuk memelihara kucing. Tikus di apartemen? Come on, ini adalah Spanyol.

Perlahan namun pasti Marc melangkah mendekati dapur dan mencari tau siapa yang sedang berada di dapurnya.
Marc berjalan menjinjit mencoba melangkah tanpa adanya suara.

Emma segera berjalan keluar dari dapur dan membawa roti yang telah ia buat beberapa jam yang lalu.
Masih hangat dan enak tentunya karena Emma sudah pernah menjadi juara membuat roti se-RT dulu. Aelah.
Emma merasa pasti Marc sudah berada di dalam maka dari itu Emma segera keluar dengan membawa kue nya.

Namun saat berada di ambang pintu, Emma terlonjak kaget dan hampir saja rotinya tumpah karena Marc sudah berada di depan matanya.
Marc pun tak kalah terkejutnya karena hampir saja tertabrak gadis yang pernah menubruknya hingga patah tulang ringan. Marc tidak bisa menjamin dirinya akan terluka lagi jika harus bertabrakan untuk yang kesekian kalinya.

"Emma?!" seru Marc membalalakkan matanya.

"Hay..." hanya itu yang keluar dari mulut Emma.

"Sedang apa kau disini? Kau mengagetkanku saja!" ucap Marc masih menatap Emma.

"Maaf aku hanya... Aku benar-benar minta maaf telah menerobos apartemenmu dan..." Emma menggantungkan ucapannya karena ia seperti tidak sanggup mengakui kesalahannya sendiri.

"Sudahlah" Marc berbalik dan menjauh dari hadapan Emma.

"Marc aku benar-benar minta maaf tentang berita itu. Aku bisa menjelaskannya. It-itu benar-benar bukan aku yang membuatnya. I never made that fucking headline" ucap Emma berapi-api dan meletakkan kue yang ada di tangannya karena disaat seperti ini tidak mungkin Marc akan mencicipi roti itu.

Marc yang mendengar penuturan Emma menghentikan langkahnya tanpa berbalik. Emosi Marc yang tadi mulai mereda kini kembali memuncak. Kenapa harus ada Emma disini? batin Marc merutuk.

"Kenapa kau harus disini? Kenapa kau tidak meneruskan headline berita mu itu?" tanya Marc dengan nada sarkas.

"Marc tolonglah percaya padaku. Aku benar-benar tidak membuat berita itu" yakin Emma.

"Bagaimana bisa aku percaya padamu jika kau saja tidak bisa mempercayai dirimu sendiri untuk tidak memberitakan kehidupanku?!" bentak Marc.

Emma terkejut, baru kali ini ia melihat Marc membentak. Terlebih lagi Marc sedang membentak dirinya.
Emma terbujur kaku dihadapan Marc kali ini.

"Marc aku bersumpah itu bukan aku. Tetapi temanku Quinn" jelas Emma yang kesekian kalinya.

"Lalu jika itu temanmu, bagaimana bisa ia tahu semua kehidupan privasiku?" tanya Marc tajam.

"Aku-aku.... Aku merekamnya. Malam itu terakhir kali kita akan bertemu" jawab Emma tertunduk.

"Ya Tuhan" Marc mengacak-acak rambutnya. Berbicara tentang privasi seseorang lalu merekamnya? Itu benar-benar tidak sopan.

"Maafkan aku Marc.. Itu salahku" Emma kini memberanikan diri untuk menatap mata Marc. Emma melihat sebuah rasa sakit tersendiri yang tersirat dari pandangan dan tatapan Marc.

"Aku putuskan hari ini dan tepat detik ini benar-benar akan menjadi hari terakhir kita bertemu dan saling kenal" ucap Marc pelan namun tajam.

Deg! Bagai tersambar petir. Emma terkejut dan kemudian merasakan sesuatu di hatinya yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

"Don't tell me you're sorry because you're not. It is your time to go" ucap Marc mengusir Emma tanpa memandang yang diusir. Marc seperti tidak sudi melihat Emma.

"Marc please..." balas Emma meminta.

"Pertunjukkanmu luar biasa. Benar-benar membuatku terpukau. Sangat menghibur. Tapi ini saat yang tepat untuk kau harus pergi karena tirai nya sudah ditutup bukan? Kau mendapat sanjungan dari seluruh dunia" Marc berjalan menghindar.

Emma tahu, tak ada gunanya lagi untuk meminta waktu untuk menjelaskan. Emma merasakan apa yang dapat Marc rasakan. Ini juga karena kesalahannya.
Emma berjalan perlahan menuju pintu keluar. Emma menoleh dan memandang Marc. Pria itu masih saja memandang keluar jendela.

Jadi, kali ini benar-benar pertemuan terakhir? Tapi Emma belum menjelaskan semuanya. Semua yang ia rasakkan selama beberapa hari ini. Yang ia rasakan tiap malam sebelum ia tidur. Yang ia rasakkan sesaat setelah bangun dari mimpinya.
No! Emma berhenti! perintah hati Emma.

Emma menghentikan langkahnya dan berbalik memandang Marc yang masih saja menatap keluar jendela. Marc tahu, Emma saat ini sedang menghentikan langkahnya untuk pergi. Ada apa lagi gadis itu?
Emma menarik nafas dalam. Dan memantapkan diri untuk jujur. Rasanya aneh saat wanita yang harus jujur terlebih dahulu.

"Marc, te amo! Te quiero mucho!" seru Emma sembari memejamkan matanya karena rasanya sakit saat kau menyatakan cinta namun kau tahu, kau tetap saja tidak bisa bersatu dengan orang yang kau cinta.

Marc terkejut dengan pernyataan Emma. Marc yang sebelumnya menunduk, kali ini menegakkan kepalanya. Marc ingin sekali meminta Emma untuk mengucapkannya sekali lagi. Marc rasa saat itu pendengarannya sedang tertutup oleh rasa emosi.

"Marc, I love you. I love you so much" ucap Emma mengulangi kalimatnya seakan-akan mengerti ucapan hati Marc.

"I didn't really mean to break your heart. Aku kesini karena aku benar-benar jatuh cinta. Walaupun semestinya seorang seperti diriku tidak mungkin bisa bersama seorang sempurna sepertimu. Kehadiranku hanya akan mempermalukan dirimu. And I did it. I'm sorry" lanjut Emma. Beberapa detik Emma masih terdiam, bermaksud untuk menunggu jawaban Marc. Namun Marc tak kunjung membuka mulutnya. Tetap bungkam.
Itu pertanda tak ada lagi harapan bagi Emma.

Emma merutuki diri sendiri, bagaimana bisa ia senekat ini? Dan sepede ini untuk berharap Marc bisa membalas cinta nya? Tidak akan pernah mungkin terjadi. Marc hanya akan menganggap perasaan Emma sebagai perasaan antara sang idola dan fans nya. Emma rapopo.
Emma kembali berjalan keluar.

'Hey Marc. Let me love you, then goodbye' batin Emma.

:( 💔

Continue Reading

You'll Also Like

1K 71 5
Kalau kamu ingin pergi,pergi aja jangan kembali.Bawa semua bayanganmu agar bayanganmu tidak membuat hati aku semakin sakit dan satu yang harus kamu t...
3M 104K 11
Tersedia di PS, KUBACA APP, KARYAKARSA Hanya cerita cinta biasa tentang seorang lelaki dan perempuan yang awalnya saling tidak menyukai dan akhirnya...
2.3M 180K 81
Mantan. Sebutan itu biasanya ditujukan untuk seseorang yang pernah mengisi kekosongan relung hati kita, tetapi harus berakhir dengan perpisahan. Disa...
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...