New Romantics (Marc Marquez F...

By JojoChirathivat

346K 21.5K 666

Emma Watson, seorang jurnalis anyar yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan ini dituntut untuk mengejar... More

Satu
Hola Spain!
Rendezvous I
Rendezvous II
Best Mistake
Sweetest Devotion
Remedy
Don't Let Me Down
Love You Longer
We Found Love
Wildest Dreams
Chasing Pavement
Problem
12 Days of Loving You
Hey, I Didn't Mean to Break Your Heart!
Brokenhearted
Cervera
If I Ain't Got You
Hiding My Heart
3 Years Gone
Dangerous Woman
I Miss You
#IAM93
Met Gala I
Met Gala II
I Used To Love You
Say You Love Me
And I'm Telling You I'm Not Going
The Greatest
I LOVE U
Stand By You
It's Getting Complicated
Greatest Love Of All
Chocolate
Can't Keep My Hands To Myself
I'm Not The Only One
Lost Then Found
It Must Have Been Love
Love In The Dark
Where Do Broken Hearts Go?
Lost
I Can't Make You Love Me
Speechless
If I Let You Go
Fall Apart
Get Up and Try
Everything Has Changed
Prove
Hello
Irreplaceable
Just A Friend To You
I Look To You (Reposting)
Fall For You
Decisions
Waiting and Mean It
New Romantics
Love On Top
#TeamEmma&Marc
New Romantics Trivia
EXTRA PART
*Bonus*
*ANNOUNCEMENT*

Adiós Spain!

6.1K 426 3
By JojoChirathivat

Untuk pertama kalinya Emma belajar bahasa spanyol bersama Andres. Sebelumnya, yang Emma tahu tentang bahasa spanyol hanyalah sekedar ucapan selamat pagi, siang ataupun malam hanya untuk menyapa Marc yang cuek bebek.
Namun, kali ini berbeda. Emma belajar karena rasa ingin tahunya, bukan karena Marc.
Saat Emma meyakinkan diri seperti itu, ada rasa di hatinya yang seperti hampa.

Ini adalah hari terakhir Emma berada di spanyol. Sudah 12 hari Emma berada di negeri matador yang mengagumkan.
Itulah sebabnya mengapa di rumah kediaman keluarga Alonso sedang ramai. Andres berinisiatif untuk memberikan persembahan yang menakjubkan bagi Emma. Selain itu, Andres sangat ingin sebuah pesta kecil-kecilan yang ramah bagi suatu keluarga kecil miliknya.

Belakang rumah keluarga Alonso dijadikan lokasinya. Emma mengedarkan pandangan, Lucy terlihat sangat senang, apalagi dengan si einstein marquez kecil, Alona, yang terlihat begitu bergembira. Emma sengaja memesan tiket pesawat kepulangannya malam hari karena ingin meninggalkan kesan yang bagus disini. Mungkin, Emma tidak akan pernah lagi kembali ke negara ini.
Pertemuannya dengan Marc ia anggap sebagai impian tergilanya yang tidak bisa semua orang dapatkan.

Andres terlihat sangat sibuk. Ia sedang memanggang semua daging dan sosis itu. Dengan baju berwarna biru langit yang kerah lengannya digulung beberapa senti keatas, juga celana pendek selutut berwarna krem menambah kesan tampan dari seorang Andres.
Juga ada seorang wanita yang terus saja tersenyum manis kearah Andres, bukan Emma melainkan seorang terkasih dari Andres Alonso.
Camilla terus saja bergelayut mesra dengan Andres. Romantis sekali mereka, pikir Emma.

"Food is ready guys!" seru Andres. Seruan Andres tersebut menimbulkan respon Lucy dan Alona berlari mendekat untuk mencicipi daging dan sosis panggang buatan Andres.

Emma tak ingin kalah. Ia juga berlari untuk mencoba mencicipi daging sosis buatan Andres.
Kini, mereka semua duduk di salah satu kursi kayu yang panjang.
Ada Andres dan Camilla disebelahnya, Lucy bersama Alona dan Emma.
Emma berpikir, kenapa tidak ada ayah Andres. Ingin hati menanyakan, tapi siapa Emma? Keluarga ini sudah berbaik hati padanya, tidak mungkin Emma dengan semena-mena menanyakan hal privasi seperti itu. Sebelum memulai mencicipi makanan, Andres membuka pidato kecil-kecilannya.

"Semuanya!" seru Andres mencoba mendapatkan perhatian.

"Terimakasih kepada Tuhan karena telah mengumpulkan kita disini. Di pesta yang sederhana ini, pesta bagi teman baru kita yang sudah ku anggap sebagai sahabat baruku. Emma, adakah yang ingin kau ucapkan?" lanjut Andres. Emma menoleh dan mengangguk.

"Selamat siang semuanya. Aku ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada kalian semua. Aku ingin mengucapkan terimakasih untuk Andres, sahabat baruku, dia telah membantuku dalam menyelesaikan pekerjaanku, telah rela meminjamkan kamera kesayangannya dan yah untung saja aku tidak merusaknya hehe" ucap Emma meringis dan melirik Andres yang senyum-senyum sendiri.

"Aku ingin mengucapkan terimakasih pada Lucy. Dia telah membantuku, really really help me. Telah mengijinkanku untuk menginap di rumahnya yang sangat-sangat indah. Telah rela meminjamkan laptopnya untuk menyelesaikan laporanku. Aku berharap dia dapat menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Aku yakin akan itu" Emma tersenyum manis menyipitkan matanya.

"Selanjutnya, aku ingin mengucapkan terimakasih pada Alona. Si einstein kecil versi wanita. Dia telah memberitahuku semua hal tentang Marc Marquez. Yah walaupun hal itu tidak semuanya masuk ke dalam otakku tapi setidaknya itu membantu. Terimakasih telah mengijinkanku tidur di kamarnya, dan rela berdesak-desakan denganku. Terimakasih sayang" ucap Emma sembari mencubit kedua pipi Alona yang chubby.

"Terimakasih pada Camilla, telah mengijinkan pacarnya untuk pergi berduaan denganku. Hehe" goda Emma. Camilla hanya tersenyum malu.

"Dan yang terpenting, terimakasih pada kalian semua. In here, I learn a lot of things. Kalian telah mengajariku cinta dan keharmonisan sebuah keluarga. Aku tahu bahwa orang spanyol ramah juga dari kalian. Terimakasih banyak. Kalian...." ucap Emma terputus.

Semuanya menantikan kalimat yang akan Emma katakan. Namun terlalu berat bagi Emma. Ini adalah perpisahan, dan tidak akan kembali lagi. Ada rasa tak rela di hati Emma untuk berpisah. Mata Emma terasa panas. Lidah Emma tercekat.
Ia hanya bisa menghembuskan nafas berat. Andai saja Emma bisa tinggal lebih lama disini, namun ia masih mempunyai banyak tugas di Indonesia. Emma juga sangat merindukan kedua orang tuanya.

"Aku tidak bisa mengatakan, aku tidak bisa berjanji jika aku akan kembali ke sini lagi. Untuk bertemu kalian..." lanjut Emma yang tidak terlalu jelas karena tangis sudah pecah. Air mata terus berlinangan di sepanjang pipi Emma.

Lucy sontak menggenggam jari-jemari Emma. Diikuti Alona yang memeluk Emma, Camilla menggenggam jari-jemari tangan kanan Emma dan Andres mengelus lembut lengan Emma.
Semuanya terlihat manis. Terlalu manis untuk dilupakan.
Namun inilah kenyataan yang harus dihadapi walaupun pahit.

"Aku sayang pada kalian semua... I don't wanna this moment end so fast" bisik Emma disela tangis.

"We love you Emma. We will always" jawab Lucy dan diangguki oleh semua yang ada.

*************
Marc sudah bersiap dengan semua kopernya. Kali ini, ia akan pergi ke Prancis. Tepat seperti jadwal crew nya. 2 hari sebelum kualifikasi harus sudah berada di negara tempat pertandingan berlangsung.

"Marc, ku tunggu kau di lantai bawah.." pamit Emilio terlebih dahulu karena merasa Marc sangatlah lama dalam mengepak barang-barangnya.

Secepat kilat Marc mengikuti langkah Emilio yang mestinya sekarang ini sudah menunggunya di bawah.
Sembari menunggu lift apartemennya terbuka, Marc menoleh kebelakang dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru apartemen.
Sepi. Tak ada lagi teriakan Emma yang menyuruh-nyuruh Marc untuk ini itu.

Marc heran, ada apa dengan dirinya? Setelah Emma datang ke kehidupan Marc, semuanya berubah. Lalu sepeninggal Emma dari kehidupan Marc, seharusnya kehidupan Marc yang seperti biasa dapat kembali. Namun sekarang berbeda, kehadiran gadis itu begitu berarti disini. Marc mengakuinya.

Ting! Suara pintu lift terbuka. Marc segera memasukinya, sebelum pintu itu tertutup. Marc kembali memandang apartemennya. Begitu banyak kenangan bersama sang gadis asia. Namun Marc harus mengubur kenangan itu. Menguburnya secepat mungkin.

"Kau juga akan menjadi impian tergilaku, Emma Watson" ucap Marc pelan.

***********
"Berhati-hatilah Emma. Kami disini tidak akan pernah lupa dengan dirimu" ucap Lucy sembari memeluk Emma disepanjang jalan memasuki bandara internasional Barajas Madrid.

"Terimakasih banyak Lucy..." balas Emma tersenyum.

Andres yang sedari tadi membawakan koper milik Emma pun akhirnya menanggalkannya setelah mereka sampai di ruang tunggu bandara.
Emma mengucapkan terimakasih pada Andres dan Lucy yang rela mengantar Emma sampai ke bandara.

"Terimakasih banyak kalian telah mengantarku sejauh ini.."

"Apa kau yakin untuk kami tinggal sekarang?" tanya Andres mencoba meyakinkan Emma akan pernyataannya untuk meninggalkan dia setiba di bandara.

"Ya. Setengah jam lagi akan take off. Tidak usah khawatir. Alona juga sendirian kan bersama Camilla. Temanilah mereka, lanjutkan pesta tadi siang hehe"

"Hey Emma, bagaimana dengan pangeran berkuda besi mu itu?" goda Lucy.

"Hah? Pangeran berkuda besi? Siapa?" tanya Emma tak mengerti.

"Siapa lagi kalau bukan Marc Marquez?" kini giliran Andres menggoda Emma dan menaik turunkan satu alisnya.

"Andres! Lucy! Sudahlah. Aku dan Marc tidak ada hubungan apa-apa" ucap Emma menggaruk tengkuknya.

"Lihat dirimu. Jika tidak apa-apa kenapa pipi mu sampai merah begitu?" tunjuk Andres.

Benarkah? Emma tidak sadar jika pipinya memerah saat menyebut nama Marc. Ah mungkin ini sugesti saja, batinnya.

"Enggak kok. Sudahlah. Aku harus bersiap untuk take off. Terimakasih Lucy, Andres" peluk Emma pada mereka berdua.

"Safe flight Emma. Don't forget us here" bisik Lucy ditelinga Emma.

"Don't forget me. Andres Alonso" canda Andres. Emma mencubit lengan Andres dan mengaduh.

Emma berjalan menjauh dari tempat Andres dan Lucy berada. Ini dia, Emma sebisa mungkin merasakan bagaimana rasa dari aroma negeri matador ini, suasananya, dan keramahannya.
Emma sudah mengepak dan menyiapkan semua barang-barangnya sebaik mungkin. Namun ia masih merasa ada yang tertinggal disini. Hatinya?

Marc sudah tiba di bandara Barajas Madrid. Marc rasa ia sudah membawa semua barang-barang yang ia perlukan. Namun selalu saja Marc merasa ada yang tertinggal. Berulang kali Marc mengecek lagi barang-barangnya. Namun semua nya lengkap. Ini terasa aneh. Baru kali ini.

"Marc!!!" Marc seperti mendengar seseorang berteriak akan namanya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru bandara. Semua orang sibuk berlalu lalang. Tidak ada pula yang sedang memandangnya.

"Ada yang tertinggal Marc?" tanya Emilio memperhatikan tingkah Marc yang menurutnya aneh.

"Tidak. Aku hanya merasa ada seseorang yang meneriakkan namaku tadi. Mungkin halusinasi ku saja" balas Marc melanjutkan langkahnya.

Emma mendapatkan seat yang ia sukai yaitu dekat dengan jendela. Sebelum benar-benar take off. Emma membuka handphone yang dibelikan Andres untuknya dan memasang earphone di kedua telinga.
Suara rekaman. Rekaman percakapan antara dirinya dan Marc.
Saat mendengarnya, Emma tak sadar jika dirinya senyum-senyum sendiri. Suara Marc di rekaman itu ternyata tak semacho seperti suara aslinya.

Setelah duduk di seatnya, Marc iseng-iseng membuka kamera slr nya. Namun betapa terkejutnya Marc saat membuka galeri foto yang pernah kamera itu tangkap.
Sesosok wajah gadis yang baru ia kenal beberapa hari sedang tersenyum senang. Duduk di sebuah mainan kuda poni berwarna pink di wahana komidi putar. Betapa lucunya ekspresi Emma kala itu. Marc tak sadar senyum-senyum sendiri melihatnya. Mata Emilio tak sengaja menatap ekspresi Marc. Emilio tahu, he's fell in love.

Pesawat yang ditumpangi Emma mulai lepas landas. Dalam hati Emma, ia berbisik. Tidak akan pernah ia melupakan pengalaman pertamanya di spanyol yang luar biasa ini.
Benar-benar luar biasa hingga banyak menguras tawa dan air mata.
Dan juga impian tergilanya karena pernah merawat seorang bintang dunia.

'Thank you Spain. Thank you Andres, Lucy, Alona. And thank you Marc Marquez. Good luck on your race in Le Mans, handsome. And I think I'm falling in love with you now' batin Emma tersenyum.

:) ❤

Continue Reading

You'll Also Like

26.8K 1.9K 135
Novel Terjemahan by Google Judul: Intense Love ; 情深不可医 Penulis: Liu Mang Xing; 六盲星 Motto hidup Su Jinbei dulu adalah sepatu hak tinggi dan daging se...
91.1K 17.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
2.2K 570 24
Setelah hamil, kekasihnya tidak mau tanggung jawab, akhirnya Zara memutuskan meninggalkan kota kelahirannya dan pergi ke tempat terpencil untuk melah...
1M 84.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...