INI VERSI BUKU
.
.
Author : Anya / AphroditeThemis
Genre : Saeguk / Intric / Drama / Revenge / Murder
Rate : 21 +
PS : Ada VERSI CETAK.
.
.
KINGDOM, ROYALTY, LOVE AND WAR
.
.
ARTHEMIS
Dari tempatnya berdiri tepat disisi kanan Raja Arthemis yang memasang ekspresi datar diwajahnya, Kim Jin Hyuk bisa melihat dengan jelas jika mata sang appa sudah terlihat memerah. Namja paro baya itu sepertinya sedang menahan kesedihannya saat melihat sejumlah prajurit Apollo yang dipimpin langsung oleh Jenderal Ok Taecyeon menurunkan sesuatu dari kereta kuda yang berada diantara iring-iringan besar itu. Dalam hati Jin Hyuk bersorak senang karena akhirnya dendam yang menguasai dirinya karena kematian sang ibunda mulai terbalaskan, Byun pertama sudah berhasil disingkirkan adik kesayangannya!
"Appa harus bisa bersikap tenang. Semua mata sekarang sedang tertuju pada kita."gumam sang daegun dengan suara pelan sambil memasang ekspresi sendu diwajah tampannya.
Yang dikatakan calon Raja Arthemis itu memang tidaklah salah. Saat ini dalam hati semua penghuni istana pasti sudah dipenuhi pertanyaan dan rasa penasaran karena isu yang dengan sengaja disebarkan Menteri Choi yang sekarang sedang menemani Pangeran Park menyambut rombongan Apollo. Tidak ada yang pernah menyangka jika Putri Jin Hee yang meninggalkan Arthemis beberapa bulan yang lalu dengan senyum bahagia karena diangkat sebagai Selir Kaisar Apollo, sekarang malah kembali ke Arthemis dalam keadaan tak bernyawa lagi!
"Tutup mulutmu, Jin Hyuk!"geram sang raja pelan dengan mata yang menyorotkan kemarahan pada sang daegun yang dia tahu hanya berpura-pura sedih. "Apa kau sekarang sudah berani melarangku berduka untuk saudarimu?"herdiknya lagi sambil melirik cepat Permaisuri Byun yang sepertinya bisa pingsan sewaktu-waktu karena beberapa dayang terlihat sedang menopang tubuh yeoja yang wajah cantiknya sudah pucat pasi itu.
Bukannya gentar dengan kemarahan tertahan sang raja, sebaliknya Kim Jin Hyuk malah terbatuk kecil untuk menyamarkan tawanya sebelum kembali memasang ekspresi muram diwajahnya. "Jika dia saudariku maka tidak mungkin dia akan merencanakan pembunuhan pada Jaejoong yang jelas-jelas adalah adiknya sekaligus pangeran kesayangan kita."desisnya pelan namun dengan nada setajam belati yang sontak memancing Permaisuri Byun yang sedang menangis tanpa suara menatap garang padanya sedangkan Raja Kim, terdiam!
Selama beberapa waktu tidak ada lagi yang bicara, sang raja hanya berdiri kaku dengan tangan terkepal erat sedangkan semua orang mengamati dalam diam upacara penyambutan singkat yang dengan tergesa disiapkan oleh Menteri Choi yang juga ikut memasang wajah sedih, sama seperti yang tergambar di raut wajah semua pengikut sang daegun. Mata gelap Kim Jin Hyuk berkilat saat melihat Jenderal Perang Apollo membungkuk hormat dihadapan sang raja yang tatapannya terus tertuju pada tandu berisi jenazah putrinya.
"Salam dan hormat dari kami, Yang Mulia. Saya, Jenderal Ok diperintahkan langsung oleh Kaisar Jung dari Apollo untuk mengantarkan jenazah Selir Kim yang dihukum mati karena sudah melakukan konspirasi untuk membunuh Pangeran Jaejoong!"
Apa yang diucapkan Ok Taecyeon dengan suara lantang itu sontak membuat halaman depan istana Arthemis sekarang dipenuhi dengung suara-suara yang terkesiap tidak percaya. Para menteri, dayang dan bahkan prajurit yang ada disana langsung melayangkan tatapan tajam dan menyalahkan mereka pada mayat Kim Jin Hee yang sudah diletakkan didepan Raja Kim yang sudah kembali memasang ekspresi dingin diwajahnya yang terlihat lelah.
"Jangan ucapkan kebohongan mengerikan itu, Jenderal Ok!"sergah Permaisuri Byun tidak terima sambil berjalan dengan langkah goyah kearah tubuh putrinya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa. "Putriku tidak mungkin meracuni saudaranya! Kalian tidak boleh percaya pada semua omong kosong itu!" dengan tangan gemetar Permaisuri Byun menyentuh wajah Jin Hee sembari menjerit marah dan melemparkan tatapan penuh dendam pada sang daegun yang malah melongos kearah lain.
Rahang Taecyeon mengetat saat mendengar kecaman tajam yang tidak sepantasnya keluar dari mulut seorang permaisuri yang seharusnya bisa menjaga sikapnya. "Maaf, Yang Mulia tapi semua itu benar. Selir Kim memang terbukti bersalah, kami bahkan menemukan beberapa botol racun di pavilliun-nya."seru namja bertubuh kekar itu dengan suara lantang sambil menatap ke sekeliling halaman istana karena dia tidak mau jika Kaisar Apollo sampai dituding mengada-ada dalam menjatuhkan hukuman.
"Kalian pembunuh!"desis Permaisuri Byun yang sekarang jatuh bersimpuh disamping mayat putrinya. "Bagaimana mungkin Kaisar Jung tega menghukum mati putriku yang sama sekali tidak berdosa! Aku yakin sekali, semua ini pasti hanya salah satu ulah Pangeran Jaejoong yang sangat licik itu!"raungnya marah tanpa peduli jika hampir semua penghuni istana Arthemis saat ini sudah saling berbisik membicarakan sikapnya.
Diam-diam sang daegun bertukar seringai kecil dengan Junsu yang terlihat sangat puas melihat pertunjukkan ditengah halaman istana itu. "Yang Mulia lihat itu? Permaisuri Byun memang paling pintar memutar-balikkan fakta! Sekarang dia malah berusaha menimpahkan kesalahan putrinya pada adikku yang sudah menjadi korban dan mungkin saat ini masih terbaring lemah di Apollo!"ujar Jin Hyuk dengan nada sedih yang dibalut sindiran tajam.
"Aku tidak butuh pendapatmu, daegun Kim! Jika kau memang peduli reputasi kita, maka lakukan sesuatu dan pastikan Permaisuri Byun tidak semakin mempermalukan Arthemis dihadapan Jenderal Perang Apollo itu!"titah sang raja cepat dengan suara tajam yang mengandung kemarahan yang jarang sekali dirasakannya.
Mendengar perintah itu, sang daegun hanya mengangguk datar sebelum memberi isyarat pada Song Jian yang langsung mengangguk mengerti dan perlahan berjalan menghampiri Permaisuri Byun yang masih menangis. "Pengawal! Cepat bantu dayang Song untuk mengantar sang permaisuri kembali ke istananya!"perintah sang daegun dengan suara keras sembari kembali melirik tajam pada Raja Kim yang terlihat begitu terpukul.
"Lepaskan aku! Biarkan aku bersama putriku sebentar lagi! Berani sekali kau menyentuhku!"
Dengan marah dan penuh emosi Permaisuri Byun mendorong kuat Song Jian yang sedang berusaha membantunya berdiri. Melihat itu sorot mata sang daegun langsung menggelap dan sebelum Junsu bisa menahannya, calon Raja Arthemis itu sudah menghampiri permaisuri yang terus terisak itu. "Kembali ke istanamu sekarang juga atau akan kugantung mayat putrimu yang terkutuk itu ditengah alun-alun Arthemis!"desis daegun Kim dengan nada mengancam dan ekspresi dingin yang membuat Permaisuri Byun langsung terdiam.
"Akan kupastikan sendiri sang permaisuri kembali ke istananya, Yang Mulia."seru Junsu yang sudah berdiri disamping sang daegun sambil tersenyum tipis penuh arti.
Begitu rombongan kecil yang membawa Permaisuri Byun pergi, sang daegun menatap ke langit Arthemis yang dipenuhi gumpalan awan putih yang begitu indah seraya mengukir senyum tipis dibibirnya. "Aku yakin kau pasti akan senang jika bisa melihat langsung semua ini, Jaejoongie. Akhirnya salah satu keturunan yeoja iblis yang sudah membunuh ibunda itu mati. Kerja yang sangat bagus, adikku!", gumamnya dalam hati sambil membayangkan seraut wajah cantik adik yang begitu dirindukannya. Adik yang akan selalu menempati tempat tertinggi dalam hatinya dan adk yang akan selalu didoakannya agar hidup bahagia walau saat ini mereka tidak lagi bisa selalu bersama.
"Menteri Jang, siapkan upacara pemakaman untuk Putri Kim. Semua harus selesai sebelum matahari terbenam hari ini."perintah sang daegun tegas pada menteri tua yang langsung membungkuk hormat sebelum beranjak pergi menjalankan perintahnya. "Menteri Choi, tolong jamu Jenderal Ok dan semua pengawal Apollo yang datang bersamanya. Mereka pasti sangat lelah karena melalui perjalanan yang cukup jauh."
Dari tempatnya berdiri dihadapan Raja Kim yang terlihat sangat berduka dengan kematian putrinya, Ok Taecyeon bisa melihat bahwa sebagian besar penghuni istana tampak tak acuh dan bahkan tidak memperlihatkan ekspresi sedih sedikit pun. Salah satu pengawal yang berdiri disamping kiri sang daegun bahkan tertawa kecil menyaksikan sang permaisuri yang marah dan menangis sedih. Sepertinya dugaan Kaisar Jung jika istana dalam Arthemis berada dalam krisis kekuasaan itu memang benar.
"Sungguh malang nasibmu, Selir Kim. Harus mati sia-sia karena semua konflik perebutan kekuasaan yang terjadi!", gumam Taecyeon dalam hati saat melihat sejumlah pengawal Arthemis mulai memindahkan mayat Putri Kim dengan ekspresi datar.
.
.
APOLLO – ARES
Suara benda yang terjatuh membangunkan sosok berparas malaikat yang masih bergelung nyaman dibalik selimut sutra yang menutupi tubuhnya. Perlahan sepasang mata bulat nan indah itu mengerjap sebelum terbuka lebar dan langsung memasang ekspresi merengut diwajahnya saat menyadari namja tampan yang menghabiskan malam panas dengannya sudah terlihat rapi. "Sudah mau pergi? Tapi, ini masih pagi sekali. Matahari bahkan baru terbit, jeonha!" Jaejoong menggerutu sambil menyingkap selimutnya dan beranjak duduk tanpa peduli jika tubuh polosnya yang dipenuhi bercak merah sudah memancing kembali gairah sang kaisar yang tidak jadi mengenakan jubah hitamnya.
"Tidurlah kembali, chagiya. Ini memang masih pagi tapi kau ingat, bukan? Aku harus pergi untuk menghadiri pemakaman Menteri Go." Rahang Yunho mengetat dan seluruh darah dalam tubuhnya berdesir kuat saat tatapan matanya melihat tubuh indah dengan kulit sepucat pualam yang seolah terus mengundang untuk disentuh jemarinya.
Walau tetap memasang ekspresi kesal diwajahnya namun dalam hati Jaejoong sudah menyeringai licik karena dia bisa melihat jelas gairah panas itu di mata tajam sang kaisar yang sepertinya sedang bimbang antara ingin pergi atau ingin menerjangnya. "Tapi, kenapa sepagi ini? Apa Yang Mulia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu Selir Go yang cantik dan punya tubuh indah penuh lekuk itu?"tanyanya, sengaja dengan suara tajam dan merajuk sambil mengikat rambut panjangnya dengan sehelai pita sutra.
"Usul yang bagus, nae sarang."jawab sang kaisar dengan suara parau sambil menelan ludahnya saat melihat tangan ramping berjemari lentik yang sepanjang malam memeluknya erat itu terangkat untuk mengikat rambut indah yang selalu terasa lembut saat menyentuh kulitnya itu.
Matanya yang tanpa sengaja menangkap seringai kecil disudut bibir merah itu membuat Yunho langsung tahu jika pangeran nakalnya ini sedang mencoba menggodanya. "Mungkin aku bisa menghibur Selir Go yang sedang bersedih. Dia pasti butuh bahuku untuk tempat bersandar." Yunho bicara dengan wajah serius sambil berjalan menghampiri namja cantik masih duduk ditepi ranjang yang berantakan itu.
Mendengar ucapan serius itu, Jaejoong sontak melupakan semua keinginannya untuk menggoda sang kaisar. Bayangan jika namja miliknya ini akan menghibur seorang yeoja semenarik Selir Go langsung membuatnya berang. "Jeonha! Aku membencimu!"serunya marah sambil memalingkan wajahnya yang sedang menahan cemburu tanpa menyadari jika namja tampan yang sekarang berdiri didepannya sudah mengulum senyum simpul.
"Tapi, aku sangat mencintaimu, pangeran nakal."gumam sang kaisar dengan tangan yang terulur untuk membingkai wajah cantik yang sudah menawan hatinya itu. "Baiklah, sebagai bukti jika aku tidak akan pernah menatap siapapun selain Pangeran Arthemis yang licik dan sangat egois ini, maka aku akan membawamu pergi kesana bersamaku. Sekarang bersiaplah, akan kupanggilkan kedua dayangmu itu."putus Yunho tiba-tiba saat sebuah ide terlintas begitu saja dalam benaknya.
Dia bisa menggunakan upacara pemakaman Menteri Go yang pasti akan dihadiri oleh banyak pejabat dan menterinya untuk menunjukkan pada mereka secara langsung sosok menawan nan indah yang besok akan dinobatkan sebagai permaisurinya!
"Anda serius, jeonha?"tanya Jaejoong dengan suara yang diselimuti keraguan. Keputusan sang kaisar yang sangat mengejutkan ini bahkan membuatnya menyingkirkan semua rasa marah dan cemburu yang tadi sempat dirasakannya "Aku boleh keluar istana dan menemani anda mengunjungi rumah mendiang Menteri Go?" dengan sedikit kesal Jaejoong meraih jemari kasar sang kaisar dan meremasnya kuat agar namja yang sedang menyeringai kecil padanya itu segera menjawab kebingungannya.
Seraya mengabaikan gairah yang terus mendorongnya untuk memangut bibir merah yang terus bergerak-gerak lucu itu, Yunho mendudukkan dirinya di tengah ranjang besar itu sambil menarik tubuh ramping sosok menawan yang masih telanjang itu untuk duduk dipangkuannya. "Kenapa? Kau tidak mau menemaniku? Bukankah itu salah satu tugas seorang Permaisuri Jung?"tanyanya lagi dengan nada menggoda sambil melabuhkan ciuman-ciuman kecil di bahu putih tanpa noda yang masih menguarkan aroma harum meski semalaman mereka bergumul panas.
"Apa anda siap dengan pandangan semua orang yang pasti akan tertuju pada kita?" dengan gerakan refleks karena sudah sangat terbiasa, Jaejoong langsung melingkarkan tangannya disekeliling tubuh besar sang kaisar, sedangkan kepalanya bersandar nyaman didada bidang yang selalu siap mendengar semua keluh kesahnya.
Suara lembut yang terdengar ragu dan sedikit takut itu berhasil memancing tawa kecil sang kaisar, tangan Penguasa Apolllo itu yang tadinya hanya membelai punggung halus milik pangeran nakalnya sekarang sudah turun untuk meremas ringan bokong indah yang terasa begitu pas ditelapak tangannya. "Ck, aku tadi berpikir jika kepala indah ini takut dengan pembunuh bayaran atau mungkin perampok yang berkeliaran di kota."seruan sang kaisar yang terdengar mengejek dan mata gelapnya yang berkilat penuh godaan itu langsung berbuah amarah dan pukulan keras Jaejoong dibahunya.
"Dasar kaisar jahat! Aku sedang serius dan anda malah mengolokku!"pekik Jaejoong kesal dengan bibir mengerucut. Entah mengapa hari ini dia merasa ingin sekali bersikap manja pada namja tampan yang malah tertawa geli saat menerima semua pukulannya.
"Aku tidak peduli sama sekali pada pandangan, pendapat atau apa pun dari semua orang karena yang terpenting bagiku adalah pangeran nakal yang sangat kucintai ini selalu bahagia dan terus tersenyum." Kali ini tidak ada senyum mengejek atau pun godaan diwajah tegas sang kaisar yang sedang menatapnya dengan cara yang membuat Jaejoong merasa seluruh tubuhnya gemetar hebat sedangkan hatinya berbunga-bunga.
Selama beberapa detik Jaejoong menyembunyikan wajahnya yang memanas diperpotongan leher kekar sang kaisar. "Aku akan mengajak Kyuhyun. Dia juga sedang membutuhkan perubahan suasana. Pangeran Changmin itu benar-benar tidak punya hati! Jika bisa, aku ingin sekali menampar wajah sombong adikmu yang satu itu, jeonha walau Pangeran Chansung juga sama menyebalkannya."gerutu Jaejoong dengan suara marah untuk menutupi rasa malu yang tiba-tiba memenuhi hatinya saat menyadari posisi duduknya yang begitu intim diatas pangkuan sang kaisar tanpa sehelai kain pun yang membalut tubuhnya.
"Kau bahkan masih terasa basah, Permaisuri Kim."
Hembusan nafas hangat dan suara rendah yang berbisik penuh arti tepat ditelinganya itu membuat Jaejoong tanpa sadar sudah memejamkan matanya dan menggigit kuat bagian dalam mulutnya agar desahannya tidak keluar. "Yang Mulia, aku hmm...Keluarkan!"geram pangeran berparas cantik itu antara kesal bercampur damba saat salah satu jemari nakal sang kaisar menyelusup masuk dan mulai menggoda bagian intim dirinya yang masih terasa sedikit nyeri.
Sesaat tadi dia baru mendengarkan gerutuan penuh semangat Jaejoong dan sekarang desahan manis namja cantik yang berada dalam dekapan hangatnya. Sang kaisar menyeringai lebar sebelum perlahan menundukkan kepalanya untuk mencuri satu ciuman singkat dari pangeran tercintanya yang tanpa ragu kembali memukul sadis dadanya sambil memberontak kuat untuk melepaskan diri dari dekapannya. Penguasa Apollo ini memang selalu suka dengan perlawanan setengah hati pangeran nakalnya yang malah membuatnya merasa bergairah.
"Jangan cium aku terus, jeonha! Apa kau belum puas seluruh tubuhku ini sudah penuh dengan aroma dirimu! Bahkan, aku tidak yakin bisa bergerak nanti dan sekarang kau sudah ingin mengulanginya lagi? Aku tidak mau!"
Memulai harinya dengan gerutuan aneh, senyuman manis dan tingkah menggemaskan Pangeran Arthemis yang tak lama lagi akan menjadi permaisurinya benar-benar membuat sang kaisar tidak sabar lagi untuk menunggu esok hari dimana pesta penobatan itu akan diselenggarakan. Hidup baru yang penuh dengan warna akan segera dibukanya bersama dengan permaisuri pilihan hatinya ini!
"Jika kau tidak bisa berjalan, maka aku yang akan mengendongmu, nae sarang."gumam sang kaisar tegas seraya kembali membaringkan tubuh indah sepucat pualam yang sudah diam dalam pelukannya itu di pembaringan yang masih berantakan.
.
.
Note Author : Jangan lupa jejak ya karena gw uda meluangkan waktu untuk repost