INI VERSI BUKU
.
.
Author : Anya / AphroditeThemis
Genre : Saeguk / Intric / Drama / Revenge / Murder
Rate : 21 +
PS : Ada VERSI CETAK.
.
.
KINGDOM, ROYALTY, LOVE AND WAR
.
.
"Jadi, kau akan mengirim mayat Kim Jin Hee ke Arthemis? Menarik sekali!"
Wajah Ok Taecyeon mengeras saat mendengar komentar acuh Pangeran Jung Chansung yang sepertinya akan memaafkan lagi kejadian sore ini untuk keuntungan mereka. Kedua adik sang kaisar ini memang hampir tidak mungkin disingkirkan selama hwangtaehu Jung berada dibelakang mereka. Bahkan sekarang mereka berhasil menyingkirkan Permaisuri Lee dan Selir Ming walau melalui tangan Pangeran Jaejoong.
"Ya, itu permintaan Pangeran Kim. Malam ini juga, kami akan berangkat untuk mengantar jenazah Selir Kim ke Arthemis."jawab Taecyeon dengan suara datar tanpa berniat menyembunyikan rasa tidak sukanya saat melihat Jung Chansung tertawa sinis.
Melihat sikap dingin yang ditujukan jenderal perang Apollo itu pada mereka, Changmin hanya mendengus malas. Mereka memang tidak pernah sependapat dengan sahabat sekaligus orang kerpercayaan sang kaisar itu. Lagipula mereka berada di gerbang istana dan mengawasi kesibukan para prajurit yang akan ikut dalam perjalanan Taecyeon ke Arthemis untuk tujuan lain yang lebih penting.
"Kalau untuk mayat permaisuri busuk itu, buang saja ke hutan! Hanya itu yang pantas Lee Saera dapat!"sela Changmin dengan suara tajam seraya memberi isyarat singkat pada salah satu prajurit Apollo yang sudah duduk diatas kuda berwarna hitam pekat.
Jung Chansung kembali tertawa sinis saat mendengar saran kejam kembarannya. "Selamat jalan Jenderal Ok, sampaikan salam kami pada sang daegun Kim."ujarnya pada Taecyeon seraya tersenyum penuh arti sebelum berbalik dan langsung berjalan pergi bersama Changmin yang sedang menyeringai kecil.
.
.
ARES
Istana Ares malam ini terasa sangat jauh berbeda dari biasanya, aura mencekam dan menegangkan seperti menyelimuti tempat yang dipenuhi kemewahan ini karena kehadiran sosok sang kaisar yang terlihat begitu dingin. Penguasa Apollo itu datang bersama Pangeran Jaejoong yang berada dalam pelukannya dan juga dengan sejumlah pengawal pribadinya yang sekarang menjaga setiap sudut istana Ares dengan ketat.
Tanpa mengatakan apapun, sang kaisar sepertinya sedang menahan amarah itu langsung membawa Pangeran Jaejoong yang terlihat sedikit pucat menuju ke kamar pribadi namja cantik itu setelah sebelumnya sang kaisar memberi perintah tegas pada dayang Kwon untuk segera menyiapkan beberapa jenis makan ringan dan juga air panas agar sang pangeran bisa membersihkan diri.
"Tenanglah, Jeonha. Aku baik-baik saja. Hanya masih sedikit terkejut."seru Jaejoong dengan nada kesal dan raut tidak suka yang tidak lagi disembunyikannya saat melihat bagaimana sang kaisar yang sudah melepaskan topeng dingin diwajah tampannya sekarang tampak khawatir dan terus memeluknya erat hingga dia mulai merasa sesak.
Sepasang mata gelap Yunho langsung menatap tajam pada sosok ramping yang sekarang duduk dipangkuannya. Sore ini, nyawa namja cantik yang sangat dicintainya hampir saja melayang namun bukannya merasa takut, Jaejoong sekarang malah berusaha menenangkan kegelisahan yang memenuhi seluruh tubuh besar Yunho yang ingin sekali mengurung Jaejoong didalam Ares.
Sang kaisar Apollo tidak ingin seorang pun menyentuh apalagi mencoba untuk menyakiti pangeran cantik yang sekarang menjadi pusat kehidupannya ini.
"Bagaimana kau bisa bersikap setenang ini, pangeran nakal? Apa kau tahu bagaimana takutnya aku saat melihat panah itu melesat dan hampir saja membunuhmu?"geram Yunho pelan sebelum mulai melabuhkan ciuman lembut dibibir merah Jaejoong yang terbuka untuk mendebatnya.
Dengan sama lembutnya Jaejoong membalas ciuman itu, menggigit dan menghisap pelan bibir atas dan bawah sang kaisar sebelum melesakkan lidahnya masuk dalam rongga hangat Penguasa Apollo yang sudah membuktikan cinta padanya berulang kali. Kedua tangan Jaejoong mengalung sempurna dileher kekar sang kaisar sementara desahan kecil akhirnya lolos dari belahan bibirnya saat namja Jung itu melumat kasar bibirnya dengan cara yang selalu disukainya.
"Apa anda akan merasa lebih baik jika sekarang aku menangis ketakutan dan Yang Mulia harus berusaha keras untuk menghiburku?"tanyanya dengan nada menggoda saat Yunho melepaskan ciuman intim mereka walau tangan besar itu tetap memeluk erat pinggang ramping namja cantik yang sedang tersenyum simpul padanya.
Melihat ekspresi wajah sang kaisar yang berubah membuat Jaejoong tergelak pelan dan kembali bertanya meski dia tahu pasti apa jawaban yang akan didengarnya. "Apa jeonha lebih suka memiliki pendamping yang rapuh dan bodoh?" dengan nakal tangan Jaejoong mulai membuka simpul pada hanbok yang dikenakan Kaisar Apollo itu.
Jemari lentik yang sedang menyusup kebalik pakaiannya dan mulai membelai lembut dadanya membuat Yunho harus menahan gairahnya yang perlahan tersulut. "Ck, tentu saja aku benci pendamping yang rapuh, apalagi bodoh! Jangan mencoba menggodaku sekarang, nae sarang. Kau harus banyak istirahat." Kembali sang kaisar mengecup ringan pipi pangeran nakalnya sementara tangannya dengan lembut menggenggam jemari lentik yang akan segera dihiasinya dengan cincin Permaisuri Apollo.
Diam-diam Jaejoong yang sedang bersandar pada bahu sang kaisar menyeringai puas saat mendengar jawaban tegas sang kaisar yang sekarang mengusap lembut rambutnya. Dalam 10 hari lagi, impian Jaejoong untuk memiliki kerajaan matahari ini akan tercapai dan dia juga tidak sabar lagi menunggu gelar Permaisuri Apollo tersemat didepan namanya.
Sekarang, hal terakhir yang harus dilakukannya adalah memastikan kedua Pangeran Jung tidak melakukan sesuatu yang akan mengagalkan semua rencananya.
"Apa hari ini kau sudah minum obat dari tabib Hwang?"tanya sang kaisar yang berusaha mengalihkan pembicaraan ke topic aman karena aroma harum dari tubuh Jaejoong membangkitkan gairahnya sedangkan saat ini dia tidak ingin melakukan sesuatu pada pangeran nakalnya yang terlihat lelah dan sedikit pucat.
Mendengar pertanyaan yang dibencinya itu Jaejoong hanya mendengus kecil seraya melepaskan pelukan sang kaisar dan berjalan anggun kearah kaca setinggi badan disudut kamarnya. "Sampai kapan aku harus minum obat itu? Rasanya begitu mengerikan. Aku bahkan merasa mual begitu meminumnya!"keluhnya dengan nada tajam sambil mulai melepaskan sendiri hiasan di rambutnya hingga sekarang surai panjang segelap malam itu terurai indah.
"Sampai pangeran tercintaku ini sehat karena kau harus terlihat cantik dan mempesona di hari penobatanmu sebagai Permaisuri Jung."sahut sang kaisar yang sudah berdiri dibelakang Jaejoong dan membantunya melepaskan hanbok hitam yang membalut tubuh rampingnya.
Kedua pasang mata tajam mereka bertemu dalam cermin sebelum senyum lebar penuh arti perlahan mulai terukir dibibir keduanya yang baru berbagi ciuman panas beberapa menit yang lalu. "Hari yang sudah tidak sabar kunanti, Jeonha."bisik Jaejoong bersamaan dengan lepasnya hanbok hitam yang membalut tubuhnya.
"Maukah anda mandi bersamaku, Yang Mulia Permaisuri Jung?"tanya sang kaisar sembari menyeringai nakal dengan tangan yang mulai membelai lembut bagian selatan sosok cantik yang dicintainya. "Aku akan membersihkan seluruh tubuh indahmu, nae sarang..."bisik sang kaisar pelan sementara seringai dibibirnya sudah berubah menjadi gelak tawa rendah saat dilihatnya rona merah sekarang memenuhi pipi pangeran nakalnya yang tersipu malu.
Sepasang mata gelap sang kaisar seperti dipenuhi api saat menelusuri tubuh polos nan indah yang sekarang berdiri dihadapannya. Tanpa bisa menahan dirinya, Yunho dengan lembut kembali memeluk tubuh Jaejoong sedangkan bibir dan lidahnya sudah sibuk berkeliaran dileher jenjang yang seolah mengundangnya untuk sedikit mencicipi kulit sepucat pualam itu.
Ini bukan yang pertama kalinya namun perasaan berdebar yang membuat seluruh tubuhnya meremang dengan gairah panas itu tidak pernah berubah. Sentuhan jemari besar itu ditubuhnya, jilatan lidah basah itu dilehernya serta juga gigitan-gigitan nakal itu selalu berhasil membuat Jaejoong yang sekarang memeluk erat sang kaisar merasa perutnya seperti dipenuhi kepak sayap ribuan kupu-kupu.
"Anda yakin hanya mandi, Jeonha? Atau...."gumamnya sambil tersenyum nakal diantara desahan dan erangan lirih yang lolos dari mulutnya karena lidah panas sang kaisar yang sudah berada didadanya.
.
.
ARTHEMIS
TAP TAP TAP
Nafas Junsu mulai terasa memburu dan kakinya bahkan hampir mati rasa karena dia berlari dari gerbang istana menuju pavilliun milik sang daegun yang terletak dibagian utara istana utama Arthemis. Derap langkah kaki namja yang berlari disampingnya sambil sesekali menggerutu bahkan dihiraukan Junsu yang sedang merasa takut hingga keringat dingin membanjiri tubuhnya.
BRAKKK...
Tanpa peduli pada formalitas sekaligus mengabaikan tatapan bingung para pengawal yang sedang berjaga, Junsu membuka pintu utama pavilliun itu dan langsung menuju kamar utama yang ditempati sang daegun. Langkah Junsu berhenti tepat didepan pintu, untuk sesaat dia mengatur nafasnya yang tersengal sambil mendelik tajam pada Park Yoochun yang sedang memberi perintah agar semua pengawal dan dayang keluar untuk sementara.
"Dasar bodoh!"cela Junsu sebelum mulai mengetuk pintu kamar dan menunggu.
"Masuklah!"
Begitu mendengar perintah itu, Junsu langsung membuka pintu kamar dan melangkah masuk diikuti Yoochun yang terlihat menghapus selapis keringat di keningnya. Melihat ekspresi dingin diwajah tampan sang daegun yang sedang mengikat simpul di hanboknya membuat jantung Junsu kembali berdegub kencang karena dia yakin sekali berita yang dibawanya ini akan memperburuk suasana hati sepupunya.
"Cho Kyuhyun mengirimkan surat."beritahu Junsu singkat pada sang daegun yang sedang berjalan menuju meja kerja kecil yang ada disudut kamarnya.
Rasa cemas dan setitik ketakutan begitu saja memenuhi hati Kim Jin Hyuk saat melihat sorot mata Junsu yang seperti menyimpan rahasia. Sesuatu pasti sedang terjadi pada Jaejoong hingga pengawal pribadi adiknya itu merasa perlu untuk mengirimkan surat. Ditambah dengan kedatangan Junsu ditengah malam bersama Park Yoochun yang terlihat begitu gelisah semakin menguatkan kecurigaan Jin Hyuk.
"Surat itu pasti sangat penting hingga kalian datang menemuiku ditengah malam."gumam Jin Hyuk dengan suara tenang seraya memasang ekspresi datar yang menjadi andalannya.
Seburuk apapun situasinya, Junsu tahu jika sang daegun akan selalu mampu mengendalikan emosinya. Setelah menghembuskan nafas berat, dia mulai bicara dengan nada yang sedatar mungkin seraya berusaha membuang rasa takut dihatinya. "Ada yang berusaha membunuh Jaejoongie dengan racun. Sekarang Apollo kacau balau karena sang kaisar mengamuk dan menghukum mati semua orang yang terlibat dalam konspirasi itu." mata Junsu tidak beralih sedikit pun dari wajah tampan sang daegun yang sekarang terlihat mengeras.
"Bagaimana keadaan adikku sekarang? Apa Jaejoongie baik-baik saja?" suara berat Jin Hyuk terdengar setajam belati dan aura mencekam perlahan menyelimuti kamar luas itu. "Jawab aku dan jangan diam saja, Kim Junsu!"bentaknya kasar dengan suara tertahan dan mata yang sudah berkilat penuh amarah.
Melihat kemarahan yang seperti menyelimuti seluruh tubuh besar sepupunya itu, Yoochun melangkah maju dan meremas ringan bahu sang daegun yang ternyata terasa begitu tegang. "Tabib berhasil menyelamatkan nyawa, Jaejoong tapi..."suara Yoochun terhenti saat Junsu menyela ucapan dengan suara datar yang terdengar begitu dingin dan tidak berperasaan.
"Ya, Jaejoong sekarang baik-baik saja namun Kaisar Jung menghukum mati Putri Kim Jin Hee yang terbukti sudah terlibat dalam konspirasi itu. Bukan hanya itu, sang permaisuri juga dijatuhi hukuman mati dan sepertinya dalam waktu dekat Kaisar Jung akan menobatkan Jaejoong sebagai Permaisuri Apollo yang baru." tanpa bisa ditahannya Junsu menyeringai kecil setelah mengatakan semua isi surat Cho Kyuhyun pada sang daegun.
Ketakutan yang tadinya sempat memenuhi hati Jin Hyuk saat mendengar adik kesayangannya berada dalam bahaya sekarang menghilang dan berganti dengan perasaan puas dan seringai kecil. "Itu berita yang sangat bagus, Junsu."gumamnya singkat meski dalam hati Jin Hyuk sudah tertawa penuh kemenangan karena Byun pertama sudah berhasil disingkirkan oleh adiknya yang sekarang pasti sedang merencanakan sesuatu di Apollo.
"Jin Hee dihukum mati dan kalian tidak merasa sedih? Sedikit rasa simpati mungkin?" mata Yoochun mengerjap tidak percaya saat dirinya malah menangkap seringai tipis diwajah kedua sepupunya yang terlihat begitu acuh dengan berita yang menurutnya sangat mengerikan dan bisa membawa dampak buruk pada hubungan Apollo dan Arthemis.
"Dia itu adikmu, Jin Hyuk!"protes Yoochun lagi dengan suara keras.
Sang daegun tertawa kecil seraya mengangkat alisnya saat mendengar protes dari sepupunya yang juga merupakan jenderal perang Arthemis itu. "Jadi, aku harus menangis dan berduka untuknya? Kau sudah gila, Pangeran Park?"sindirnya tajam dengan raut wajah yang dalam sekejab berubah bengis.
Sepasang mata sang daegun sekarang berkilat penuh dendam,"Tidak kau dengar apa yang dikatakan Junsu tadi, Yoochun-ssi? Putri Permaisuri Byun yang terkutuk itu sudah berusaha untuk membunuh adikku! Jadi, dia memang pantas dihukum mati!"desisnya dengan seringai menakutkan.
"Ya Tuhan, aku tidak tahu harus berkata apa..."erang Yoochun pelan sambil mengusap wajahnya, perebutan kekuasaan di Arthemis tampaknya perlahan mulai menghilangkan hampir semua sifat baik dalam diri para sepupunya.
Melihat ekspresi frustasi diwajah Yoochun membuat Junsu tergelak kecil sedangkan sang daegun hanya tersenyum sinis. "Sebaiknya kau memang diam, Park! Bukankah lebih bagus jika Jin Hee mati? Dengan begitu, tidak ada yang menghalangi langkah Jaejoong lagi untuk menguasai Apollo! Itu akan menjadi keuntungan besar saat sepupu kita dinobatkan sebagai Raja Arthemis yang baru!"seru Junsu yang sepertinya sudah melupakan ketakutannya.
"Kalian sudah melangkah terlalu jauh, sepupu....", sesal Yoochun dalam hati walau dia tahu, tidak ada yang akan bisa menghentikan sang daegun dan semua rencanannya untuk menyingkirkan keluarga Byun dari Arthemis.
Dari tempatnya berdiri, Junsu melayangkan tatapan tajamnya pada Yoochun yang meski dengan wajah masam akhirnya mengangguk singkat. Puas dengan apa yang dilihat membuat Junsu berbalik dan kembali bicara dengan sang daegun yang sepertinya sedang berpikir langkah apa yang akan mereka ambil sekarang karena suka atau tidak, kematian Jin Hee itu pasti akan berpengaruh pada hubungan kedua kerajaan.
"Saat ini, menurutku yang harus anda lakukan adalah menemui sang raja dan mengatakan semuanya sebelum utusan resmi dari Apollo datang!"saran Junsu seraya menatap penuh arti pada sang daegun yang menyeringai tipis.
.
.
Note Author : Selalu lupa untuk lanjut update. Semua ff akan gw usahakan repost karena wp ini akan jadi kenangan era alay gw 😍