EVANDER || BTS

By poppyopi

198K 10.9K 6K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Evander, sebuah nama geng motor yang sangat terkenal di ibu kota. Kumpulan anak re... More

INTRODUCTION
PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

15

4.3K 276 71
By poppyopi

Acara kerja kelompok seketika tersingkirkan akibat kedatangan Devan yang tiba-tiba ke rumah Anjani itu. Di dalam kamar bernuansa lilac itu mereka berkumpul, duduk lesehan melingkar di lantai dengan netra yang masing-masing menatap penuh selidik Anjani sekarang. Banyak pertanyaan yang timbul dibenak mereka satu-persatu, Anjani yang menyadari itu mendadak bertingkah kikuk hingga terpecahkan suasana canggung ini oleh suara milik Gea.

"Udah lama kalian saling kenal? Gimana ceritanya? Dan Devan juga tau rumah lo? Sedeket apa kalian? Jangan bilang kalau kalian berdua udah pa––"

"––enggak! Kami gak sedekat yang kalian bayangkan. Gue juga kaget, kenapa Devan tiba-tiba datang ke rumah gue." Anjani sendiri saja masih bertanya-tanya, ada apa dengan Devan hari ini? Sungguh, jika ini mimpi tolong bangun secepatnya! Sebab Anjani sendiri masih tidak percaya Devan datang ke rumahnya hanya karena menanyakan keadaannya.

Alesya di samping masih tercengang dengan layar ponselnya yang memperlihatkan nomor Devan. Seolah ikut giveaway, ia menang tanpa diduga. Seperti itulah perasaannya sekarang. "Menurut teori gue, Devan kayanya suka sama lo, Anjani."

"Ngelantur banget!" Anjani menyikut lengan Alesya. Mana mungkin! Mereka saja dekat hanya karena sebatas saling tolong-menolong.

"Ya terus kenapa Devan datang ke rumah lo tiba-tiba gini cuman karena nanya keadaan lo doang? Terus juga ngasih nomor dia cuma-cuma gitu ke lo, kalau bukan karena dia suka sama lo! Pengen pdkt, maybe?" Alesya menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum lebar menatap Anjani saat ini.

"Gue rasa, kedatangan Devan tadi ada sangkut-pautnya sama cowok-cowok yang sempat gangguin kita di jalan. Apalagi Devan nanyain keadaan Anjani. Mungkin, anak geng motor sebelah lagi ngancam Devan dengan membawa-bawa Anjani." Teori yang jauh lebih masuk akal milik Amanda itu membuat mereka bertiga terdiam sesaat.

"Tapi kok mereka bisa kenal Anjani?" tanya Gea. Lantas setelah itu menoleh kembali pada Anjani. "Lo bilang, lo gak sedekat itu sama Devan. Kok bisa Black Moon kenal sama lo?"

Anjani mengasah otak. Mencari titik jawaban atas pertanyaan para temannya itu. Lalu salah satu kejadian membuatnya meyakini bahwa itulah jawabannya. "Sebelumnya, gue pernah diantar Devan pulang ke rumah."

"WHAT?!!!" Alesya dan Gea melotot sempurna. Terkejut bukan main atas jawaban Anjani itu. Ini seorang Devan, akan menjadi hal paling mengagetkan jika lelaki itu dekat dengan seorang gadis.

"Dari sana, kayanya salah satu anggota Black Moon liat kalian berdua," ujar Amanda pula. Gadis itu jauh lebih tenang menjelaskannya, membuat Anjani mulai mengerti atas alasan anggota Black Moon sempat mencegat jalan mereka tadi.

"Untung aja Anjani tadi gak diapa-apain. Sumpah, lo lagi dalam bahaya Anjani!!" Alesya memperingati, membuat Gea di samping mengangguk cepat.

Flashback on

"Anjani!"

Gadis itu langsung keluar begitu saja tanpa mempedulikan teriakan dari kedua temannya di dalam mobil. Ia angkat pandang, menatap keempat laki-laki yang tersenyum lebar ke arahnya. Takut? Tentu saja. Namun Anjani sebisa mungkin mempertahankan keberaniannya, agar tidak terlihat lemah di mata laki-laki itu.

"Mau apa kalian?"

Pertanyaan itu terlempar dari Amanda, baru saja gadis itu ikut keluar dari mobil setelah Anjani. Berdiri berdampingan di sebelah Anjani. Wajah datar dari dua gadis itu membuat keempat lelaki itu justru tertawa sesaat. "Santai..., kami gak ngapa-ngapain kalian kok. Cuman mau ngajak kenalan, sama teman di samping lo."

Amanda menolah ke arah Anjani, meraih tangan temannya itu untuk ia genggam erat. Takut-takut keempat lelaki itu melakukan hal diluar dugaannya kepada Anjani. Apalagi setelah mendengar jawaban mereka barusan.

"Kalau kalian macem-macem, gue bakal teriak, biar semua orang denger! Dan satu lagi, Om gue lagi di jalan menuju ke sini, dia polisi. Kalau kalian masih nekat gangguin kita, tanggung hukumannya di pengadilan nanti."

Salah satu dari mereka mendesis, sembari menunjukkan raut wajah dibuat kecewa. "Aishh!! Gak seru, mainnya polisi! Padahal niat kami cuman ngajak kenalan, gak aneh-aneh."

"Gue hitung sampai tiga, kalau kalian gak pergi juga, gue beneran bakal teriak. Satu..."

Amanda semakin mengeratkan genggamannya pada jemari milik Anjani. Sejujurnya ia mulai takut, melihat tidak ada satu pun orang yang berlalu-lalang di jalan ini. Ditambah, Omnya pun tidak ada kabar menuju ke sini.

"Dua..."

Keempat lelaki itu terkekeh pelan melihat tingkah Amanda sekarang. Mereka tahu, ada aura ketakutan di dalam sana. Karena itulah, mereka kembali berkata, "Tenang..., jangan buru-buru gitu ngusirnya. Kami emang mau pergi kok."

Langkah besar itu mundur perlahan. Sebelum benar-benar meninggalkan pijakan sekarang, keempat netra itu bersamaan menatap Anjani sekarang. "Hati-hati di jalan. Kalau ketemu sama kami lagi jangan takut gitu dong. Kami gak gigit kok."

Flashback off

Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu itu membuat ketiga gadis itu mulai merasa takut jika terjadi sesuatu terhadap Anjani kedepannya. Anggota Black Moon tidak bisa dianggap remeh, mereka tipikal orang-orang yang nekat. Terlebih jika ini sudah bersangkutan dengan Devan––musuh mereka sejak lama.

"Saran gue, lo jangan deket-deket dulu sama Devan. Bahaya. Dia itu ketua geng motor, musuhnya dimana-mana. Dan lo juga orang baru di kota ini. Cari aman Anjani. Mereka itu udah berencana menargetkan lo." Raut wajah yang berubah dari Amanda itu sudah jelas membuktikan seberapa khawatirnya dia terhadap Anjani sekarang.

"Maaf, bikin kalian malah khawatir gini sama gue. Gue juga gak pernah kepikiran mau ngedeketin Devan. Cuman keadaannya aja saat itu bikin kami berdua kelihatan deket. Padahal itu gara-gara kami saling nolongin aja," jelas Anjani, agar teman-temannya tidak salah paham atas kedekatan dirinya dengan lelaki itu.

Alesya mendengar itu semakin mendekati Anjani. Menatap Anjani dalam, lalu berucap, "Jelasin lah, kenapa bisa juga kalian saling nolongin gitu. Seingat gue, Dafa pernah bilang, Devan itu anti cewek."

Jadilah sekarang acara kerja kelompok tergantikan dengan cerita cukup panjang mengenai kronologi Anjani dan Devan bisa saling dekat sampai sekarang. Tak habis-habisnya Alesya berkata bahwa Anjani satu-satunya cewek paling beruntung bisa dekat dan bahkan sudah debut naik di motor Devan, yang posisinya itu sudah menjadi incaran kaum hawa di sekolahnya.

***

Seperti biasa, selepas pulang dari sekolah Devan selalu mampir terlebih dahulu ke basecamp daripada pulang ke apartemen––yang tidak ada aura menyenangkan di sana. Kini motor sport-nya melaju ke tempat tujuannya kali ini, sambil benaknya terus berkelana pada kejadian hari ini. Tak perlu jauh-jauh, tentu saja yang tengah dipikirkannya mengenai Anjani––gadis yang perlahan mulai ditargetkan anggota Black Moon. Dan itu karenanya.

Devan mengeratkan tangannya di handgrip gas motor. Mata tajam bak elang itu seakan tidak punya titik fokus pada jalan raya kali ini. Entah mengapa, gejolak amarahnya berkoar begitu saja––dirinya memang tidak pandai dalam urusan mengendalikan suasana hatinya. Rasa-rasanya ingin Devan menemui Adrew untuk menghajarnya habis-habisan akibat membangunkan jiwa tempramental-nya.

Namun hal itu harus terurung. Sebab, sama saja ia memberitahukan Adrew bahwa ia khawatir setengah mati akan keadaan Anjani setelah gangguan dari anggota Black Moon barusan. Adrew pasti semakin gencar untuk terus mengusik hidupnya dengan titik kelemahannya. Tidak. Sampai kapanpun Devan tidak akan pernah memberikan celah untuk Adrew tahu kelemahannya. Kedepannya, mungkin Devan harus memberi jarak antara dirinya dan Anjani.

Benar. Memang sampai kapanpun, dirinya tidak diperbolehkan dekat dengan orang lain selain anggota Evander, agar tidak ada orang-orang yang terluka karena dirinya.

Bruk!

Devan hilang kendali. Pikirannya yang terpecah kemana-mana membuatnya tidak sadar jika sejak tadi ada seseorang dari belakang mengincar dirinya. Mendorong bagian belakang motornya, hingga membuat dirinya bersama motor sport-nya terjatuh tanpa diduga oleh lelaki itu. Tangan kanannya tergores ke aspal akibat menahan tubuhnya sendiri. Devan mendesis. Luka di tangannya tak ia pedulikan. Lebih memilih bangkit berdiri meski sempat kesusahan sebab kakinya tertindih bagian motornya.

"Hai Devano..." Suara itu menarik sepenuhnya atensi Devan kali ini. Tak ada respon dari lelaki. Ia memilih diam, membiarkan Adrew dengan tampang angkuhnya melanjutkan ucapannya. "Udah ketemuan sama cewek lo? Baik-baik aja, kan? Kasih tau sama cewek lo, anggota Black Moon gak jahat kok, kan tadi cuman ngajak kenalan doang."

Raut wajah Devan masih terkesan datar. Mati-matian menepis semua emosi dalam dirinya. Jujur, Adrew selalu bisa memancing emosinya. "Lo gak punya kuping? Atau gak ngerti bahasa manusia? Gue udah bilang, cewek itu gak ada sangkut-pautnya sama kita berdua. Sia-sia lo bawa-bawa tuh cewek buat ngancem gue, itu gak akan mempan. Gue gak peduli."

"Terus, siapa yang tadi ditelepon kaya ketakutan setelah tau tuh cewek lagi disamperin anggota gue? Itu definisi gak peduli? Come on, bro! Gak perlu lo tutup-tutupi, tuh cewek pasti punya ruang tersendiri di hati lo, kan?"

Devan terkekeh. Merasa lucu dengan tebakan ngelantur milik Adrew itu. "Kalau jadi manusia, jangan sok tau gitu. Punya bukti apa lo sampai-sampai ngomong kaya gitu? Asal lo tau, ke siapapun kalau lo bawa ke dalam urusan kita, gue pasti gak akan tinggal diam. Gak peduli orang yang gak kenal sekalipun. Cukup antara kita berdua, jangan libatkan orang lain. Dan singkirin tebakan ngaco lo mengenai cewek tadi ke gue."

"Oke. Jangan marah kalau gue gangguin dia." Tatapan Adrew seolah memindai Devan sekarang––mencari titik kekhawatiran di dalam raut wajah lelaki itu. Namun sialnya, Devan seakan biasa saja mendengarnya.

"Silahkan. Sekali lagi gue bilang, gue gak peduli. Itu urusan lo. Dan gak usah repot-repot lo bawa-bawa tuh cewek untuk memancing emosi gue. Mulai detik ini, itu gak akan mempan."

"Kayanya urusan kita udah selesai. Tentang cewek tadi, telinga lo masih berfungsi untuk mendengarkan bahwa dia bukan siapa-siapa gue. Kalau lo mau ngajak gue duel balapan lagi, gak perlu repot-repot nyeret orang lain biar gue nurutin kemauan lo. Ayo balapan lagi, gue masih nantangin lo buat kalahin gue." Devan memasang kembali helmnya. Berniat untuk pergi dari hadapan Adrew sekarang.

Motornya lumayan lecet akibat terjatuh tadi. Ingin ia membalas semua perlakuan curang Adrew kali ini dengan bogeman mentah miliknya, namun ia mencoba untuk tenang kali ini. Tidak ingin Adrew terus-terusan mengacau emosinya. Lelaki itu jauh lebih licik untuk menjatuhkan dirinya. Ia harus bisa bermain teliti. Sedikit saja kesalahan, Adrew tak segan berubah menjadi ular berbisa yang mematikan.

Untuk kedepannya, mungkin pula hidup Anjani tak akan tenang seperti sebelumnya, sebab gangguan Adrew yang pasti akan datang dan tak tau berhenti sampai kapan. Yang jelas, lelaki licik itu masih ingin memancing titik ketakutan Devan lewat Anjani.

Bukan lo yang datang ke hidup gue, tapi gue yang lancang narik lo dalam hidup gelap gue, Anjani.

*****

Ada yang khawatir sama Anjani, tapi jiwa gengsinya masih tinggi, siapa tuh? Jelas Devan:)

Hari ini aku double up lagi. Tapi vote dulu part ini, jangan dilewatin aja. Baru lanjut baca part selanjutnya

Continue Reading

You'll Also Like

326K 28.7K 62
Jika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang m...
453K 14.6K 33
( ON REVISION ) Nadia Akhbar seorang pelajar universiti. Jiwa nya tiba tiba termasuk ke dalam satu novel "My Girl Selena". Lebih parahnya dia menjad...
2.8M 221K 45
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
1M 1.4K 50
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...