EVELYN ANTAGONIST GIRL (END)

By Mocca_bii

511K 23.4K 2.8K

[ Follow sebelum membaca ] ____________________________ Kisah ini menceritakan tentang seorang antagonis. S... More

✨PROLOG✨
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
💫CAST💫
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
CHAPTER 55
CHAPTER 56
CHAPTER 57
CHAPTER 58
CHAPTER 59
CHAPTER 60
CHAPTER 61
CHAPTER 62
CHAPTER 63
CHAPTER 65
CHAPTER 66 (END)
✨EKSTRA CHAPTER✨
🥀SEQUEL🥀
INFO!

CHAPTER 64

5.1K 166 13
By Mocca_bii

Hai guys aku up lagi.

Absen dulu yuk, kamu dari kota mana? Kali aja satu kota sama aku kan.

By the way, tokoh favorite kalian di cerita ini siapa? Kasih tau aku dong :)

Kalau ada typo tolong diingatin ya.

Happy reading........

****

Alara mengemasi semua barang-barangnya. Mulai dari baju serta perabotan yang bisa dibawanya. Gadis itu sesekali akan menghapus kasar air matanya karena mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Gue nggak mau tanggung jawab." Ucap Arion dengan wajah tanpa bebannya.

Alara melebarkan matanya. "Nggak, nggak bisa gitu dong Arion. Kamu yang udah buat aku hamil!." Ucap Alara dengan nada tinggi.

Arion berdecak. "Nggak. Lo pikir gue percaya itu anak gue? Itu pasti anak lo sama cowok lain. Lo kan murahan!." Ucap Arion menusuk hati Alara.

Alara menahan air matanya yang hampir jatuh. "Gila kamu! Aku nggak kayak gitu. Ini beneran anak kamu. Tolong percaya sama aku." Ucap Alara dengan suara parau.

"Pokoknya gue nggak mau! Sekarang semuanya terserah sama lo! Kalau lo mau gugurin ya terserah. Kalaupun lo tetap mau ngurusin dia ya urusin aja sendiri." Ucap Arion lalu hendak berbalik pergi.

Alara meraih kasar tangan Arion, menahan cowok itu agar tidak pergi. Alara bahkan sampai berlutut di depan Arion. "Aku mohon, kamu jangan tinggalin aku dalam keadaan seperti ini. Kamu nggak bisa pergi gitu aja...." Ucap Alara dengan air mata yang senantiasa turun.

Arion sepertinya tidak mau tau. Cowok itu berkata dengan dingin. "Lepas!."

"Enggak, kamu nggak boleh pergi..."

Arion menghela nafas lalu mengambil dompetnya di saku belakang celana. Cowok itu mengambil semua uang cash yang ada di dompetnya, lalu menyerahkannya pada Alara.

Alara menggeleng. "Aku nggak butuh uang kamu, aku butuh peran kamu untuk anak kita."

Arion naik pitam, tanpa berfikir panjang cowok itu mendorong Alara dengan keras lalu melemparkan uangnya pada Alara.

"Jangan pernah temuin gue lagi. Kalau lo tetap ngelawan, gue akan bunuh anak lo!." Ucap Arion sebelum pergi dari hadapan Alara.

Alara semakin menangis saat kembali teringat kata-kata Arion yang menyakitkan. Cowok itu sudah tidak mau bertanggung jawab. Dan Alara hanya bisa diam tanpa bisa berbuat apapun lagi demi keselamatan anaknya.

Terkadang Alara berfikir, apakah ini semua adalah karma untuknya? Ibunya gila dan harus dirawat di rumah sakit jiwa, dirinya yang hamil, dan ayah dari anaknya yang tidak mau bertanggung jawab. Sudah lengkap semua penderitaannya.

Alara menderita. Bahkan setiap malam gadis itu tidak bisa hanya untuk memejamkan mata. Gadis itu hanya terus menangis dan menangis hingga membuat matanya membengkak.

Alara ingin menyerah, namun bagaimana caranya? Apakah dirinya harus mengakhiri hidupnya sendiri? Tidak, Alara tidak mau menambah dosanya lagi.

Yang bisa dilakukan Alara hanya terus bertahan hidup demi dirinya sendiri dan juga anaknya.

Alara mengambil nafas panjang. Setelah semalaman memikirkan jalan keluar, akhirnya Alara telah menentukan pilihannya. Gadis itu akan pergi dari rumah ini.

Kenapa? Karena Alara sudah merasa malu pada Papanya dan juga Evelyn. Sekarang posisi gadis itu tidak lebih sebagai penumpang di rumah megah nan luas ini.

Alara lebih memilih untuk pergi dan berhenti sekolah. Gadis itu akan hidup sendiri tanpa merepotkan siapapun lagi. Sudah cukup selama ini dirinya selalu bergantung pada orang lain.

Untung saja Alara memiliki tabungan yang lumayan banyak. Mungkin bisa untuk menyewa rumah kecil dan memenuhi kebutuhannya selama beberapa bulan kedepan. Namun tetap saja, Alara juga harus bekerja untuk berjaga-jaga saat anaknya akan lahir. Pasti setelah anaknya lahir, kebutuhannya akan bertambah banyak.

Alara memandang kamarnya dengan seutas senyuman tipis. Kamarnya sangat luas dan nyaman, namun sekarang Alara harus meninggalkannya.

Gadis itu mengelus perutnya yang masih rata. "Kamu baik-baik ya, di dalam sana. Bunda sayang sama kamu."

****

"Gue minta maaf." Ucap Langit setelah lama terdiam.

"Iya." Jawab Evelyn dengan menganggukkan kepalanya.

Langit tersenyum tipis. "Apa gue masih boleh nganggap lo teman?." Tanya Langit dengan ragu-ragu.

Kali ini Evelyn diam. Apakah dirinya masih bisa berteman dengan Langit?.

Langit berperan besar di hidupnya. Cowok itulah yang selalu memberikan Evelyn luka tanpa mau menyembuhkannya. Itupun bukan hanya sekali, tapi berkali-laki sampai Evelyn mati rasa.

Evelyn sebenarnya bukan orang pendendam. Tapi memang Langit saja yang sudah keterlaluan. Dan sekarang dengan mudahnya Langit ingin mereka berteman? Haha, sedikit lucu ya kalau dipikir-pikir.

Namun lama-kelamaan Evelyn merasa sedikit kasihan pada Langit yang terus merasa bersalah. Cowok itu sepertinya memang telah menyesali segalanya.

Evelyn menghela nafas panjang. "Boleh." Jawab gadis itu dengan singkat.

Mendengarnya, Langit merasa lega. Jujur saja dirinya takut jika Evelyn akan kembali mengungkit tentang masalah yang lalu-lalu.

Tring... Tring.....

Ponsel Evelyn yang ada diatas meja berdering, ada panggilan masuk dari Bian. Segera saja gadis itu mengangkatnya.

"Halo?."

"Kamu dimana? Aku cari di rumah kok nggak ada." Tanya Bian dari seberang sana.

"Aku ada di cafe Victoria. Kamu kesini aja."

"Kamu ngapain disana?."

Evelyn terkekeh saat mendengar Bian yang kebingungan. "Udah kesini aja kalau pengen tau. Daaahh" Ucap Evelyn lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Evelyn tersenyum tipis saat melihat sederet pesan yang baru saja dikirim Bian.

Big Boy🐻

Kamu jangan ke mana-mana.
Aku bakalan sampai dalam waktu 10 menit.
10.38

_

Evelyn hanya membacanya saja tanpa berniat untuk membalasnya. Biarkan saja jika Bian merasa kesal.

Langit terdiam di tempat duduknya saat melihat Evelyn yang terlihat bahagia. Sepertinya Bian telah berhasil membuat gadis itu melupakan semua rasa sakitnya.

"Itu tadi Bian?." Tanya Langit tiba-tiba.

Evelyn mengangguk. "Iya."

"Gue senang kalau akhirnya lo bisa kembali senyum lagi. Pasti Bian selalu bisa buat lo bahagia. Nggak kayak gue yang cuma bisa buat lo nangis."

Evelyn terdiam.

" Gue harap lo sama Bian bisa bersatu. Gimanapun keputusan kalian, gue akan selalu dukung."

"Sekali lagi gue minta maaf, gue tau pasti lo susah buat lupain rasa sakit karena gue. Yang harus lo tau Elyn, kalau aja gue bisa mengulang waktu, pasti gue akan selalu nahan kepergian lo. Tapi kayaknya ini emang udah takdir aja. Jadi mau enggak mau gue harus terima." Ucap Langit dengan sorot seriusnya. Bahkan Evelyn bisa menyadari mata Langit yang berkaca-kaca.

"Bahagia terus ya, Elyn. Jangan keseringan begadang. Gue pergi dulu." Ucap Langit lalu beranjak pergi dari hadapan Evelyn.

Selepas kepergian Langit, tak lama kemudian Bian datang. Segera saja cowok itu menghampiri Evelyn yang sedang termenung sendirian.

"Elyn." Panggil Bian seraya mengusap rambut Evelyn.

"Eh? Ian?." Ucap Evelyn yang sedikit merasa terkejut.

Bian tersenyum tipis lalu duduk di tempat Langit tadi. Cowok itu terdiam saat melihat ada secangkir kopi yang telah habis di hadapannya. Evelyn bertemu dengan siapa?.

"Kamu ngapain disini sendirian?." Tanya Bian.

Evelyn menghela nafas. "Aku nggak sendirian. Kemarin Langit ajak aku ketemu. Katanya mau bicarain sesuatu." Jawab Evelyn apa adanya.

"Oh gitu, terus sekarang Langit dimana?."

"Udah pergi duluan tadi." Ucap Evelyn lalu menyeruput leci squash miliknya.

"Kalau boleh tau, Langit bicarain apa sama kamu?." Tanya Bian lagi.

"Nggak bicarain apa-apa. Dia cuma mau minta maaf aja." Jawab Evelyn.

"Oh." Bian merespon dengan singkat.

Evelyn yang menyadari perubahan ekspresi Bian langsung peka. "Kamu kenapa?." Tanya Evelyn to the point.

"Emangnya aku kenapa?." Bukannya menjawab, Bian malah kembali bertanya.

"Kamu cemburu kalau aku ketemu sama Langit?." Tanya Evelyn disertai senyum mengejeknya.

"Hah? Enggak." Sangkal Bian.

"Ih nggak usah bohong deh. Orang muka kamu aja keliatan murung gitu." Ucap Evelyn seraya menunjuk muka Bian.

Bian terdiam, "Emangnya kelihatan ya?."

"Iya. Kamu nggak usah cemburu. Aku kan sekarang cintanya cuma sama kamu, bukan sama Langit." Ucap Evelyn disertai senyum manisnya.

"Aku cuma takut rasa cinta kamu sama Langit balik lagi. Terus itu buat kamu milih dia dari pada aku." Ucap Bian dengan tatapan dalamnnya.

Evelyn memajukan wajahnya. "Jangan ngomong sesuatu yang nggak masuk akal. Aku nggak akan kayak gitu." Ucap Evelyn meyakinkan Bian.

"Iya, aku percaya kok."

"Oh iya, aku mau minta kamu ngelakuin sesuatu. Kamu mau nggak?."

"Ngelakuin apa?."

"Tunangan sama aku."

-tbc-
.
.

Makasih buat kalian yang udah baca, kasih vote dan juga komentar.

Mau ngasih tau, kayaknya cerita Evelyn Antagonist Girl akan segera tamat. Ini udah termasuk part akhir menuju ending.

Kira-kira happy ending nggak ya?

.

Spam ❤❤❤❤

Spam "Next!."

Spam kata kata semangat juga buat aku.

.

Rencananya sih aku bakalan tamatin cerita ini akhir tahun. Tolong kasih suport supaya aku makin semangat ya!.

Oh iya, jangan lupa vote dan kasih komentar banyak-banyak.
Promosikan juga cerita ini di sosial media.
Dan jangan lupa tag mocca_bii.

See you💜

Bonus pict!


Aaaaa Kiyowooooo.........

Btw ada yang tau nggak itu siapa?

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 249K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
717K 56.4K 46
Apa jadinya bila seorang gadis yang memiliki kepribadian dingin bar-bar,cantik ,hati yang dingin dan juga pintar masuk ke dalam seorang gadis yang ca...
7.7K 2.2K 41
(FOLLOW COMMENT AND VOTE) Warning⚠ Banyak adegan berdarah!! "Gue maunya lo gimana dong!" "Gak! gue gak bisa!" tolak lelaki di hadapan gadis berpakaia...
279K 14.1K 52
Nasya gadis pendiam, cuek, dingin, dan sikapnya yang bodo amatan dengan semua hal. Nama lengkap NASYA AYUNDA WINATA. Dia berasal dari keluarga yang k...