Jevandra

By reretrsm

7.1K 447 67

"Sebaik-baiknya kekuatan adalah saat kamu mencoba untuk tersenyum pada orang yang telah melukaimu." Ya, Jevan... More

Tentang
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh

Tiga Puluh

88 6 7
By reretrsm

Mungkin ini cerita yang menarik untuk sebagian orang, tapi itu luka untukku.

***

"Kita selesaikan sekarang juga." Louren berdiri menatap luar melalui jendela. Ia harus cepat membicarakan ini sebelum bunda dan abangnya kembali. Setelah Liam bangun, keduanya langsung berpamitan hendak mencari sarapan. Waktu luang ini Louren gunakan sebaik mungkin. Jika ada sang bunda, ia yakin wanita itu akan melarangnya menekan Jevan.

"Kekacauan di sekolah berawal dari kasus pembunuhan Naren, benar?"

Jevan membeku. Napasnya tercekat mendengar nama itu. Serpihan masa lalu seakan kembali menghantam ingatannya. Luka masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam, kembali muncul ke permukaan. Kepalanya kembali berdenyut sebab tidak mampu untuk berpikir keras saat ini. Bahkan ringisan terlontar dari bibir Jevan.

"Keadaan lo memang nggak memungkinkan untuk berpikir keras, tapi gue nggak mau menunda lagi dan berakhir lo menghindar dari pembahasan ini." Louren tidak terusik dengan ringisan Jevan. Ia sungguh muak dengan Jevan, temannya itu sengaja mengubur semua borok dari orang-orang tidak bermoral di dalam sekolahnya, baik murid maupun pihak luar yang turut terlibat. "Naren dan lo butuh keadilan."

"Jangan terlibat jauh dengan kehidupan saya, Gradiola Flourenzya."

"Kenapa?" Gadis itu berbalik. Melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap congkak ke arah Jevan. "Lo takut dengan ancaman manusia kotor di dalam sekolah apabila lo berani mengatakan kebusukan mereka? Takut orang terdekat lo akan lenyap karena terkena imbasnya, termasuk gue?"

"Gue Gradiola Flourenzya, nggak semudah itu mereka menyingkirkan gue. Sampai kapanpun gue dan beberapa orang suruhan ayah akan mencari tahu pelaku pembunuhan Naren," tekadnya. "Naren dan lo akan segera mendapatkan keadilan atas perlakuan buruk orang di dalam sekolah."

"Apa yang akan kamu dapat setelah mengetahui sebuah rahasia yang bahkan nggak ada sangkut pautnya dengan kehidupanmu, Louren?" Lelaki itu menahan diri agar tidak terpancing emosi apabila ingin suasana tetap tenang. "Semua itu terjadi sebelum kedatanganmu sebagai siswi pindahan. Kamu nggak berhak untuk mengungkitnya, terlebih jika alasanmu melakukan ini hanya karena ingin tahu."

Jevan menjeda kalimatnya. Ia mengalihkan pandangannya saat gadis yang tengah berdiri di dekat jendela menatap lekat ke arahnya.

"Kejadian itu seperti pukulan telak bagi kami selaku teman sekelas Naren hingga menimbulkan trauma. Mungkin ini cerita yang menarik untuk sebagian orang, tapi itu luka bagi saya."

"Jangan lupakan Ayden yang juga terpukul atas kasus Naren." Lelaki dengan pakaian khas pasien itu tertegun mendengar penuturan dari Louren. Tidak! Bagaimana gadis itu mengetahui tentang kehidupannya sejauh ini? Bukankah tidak ada seorangpun yang mengetahui kehidupan pribadinya selain masalah dengan keluarga? Semua ini terlalu cepat untuk orang asing mengetahui rahasianya.

Louren tersenyum kecut. "Nggak perlu terkejut, Jevandra. Semua rahasia aman bersama gue."

Gadis itu hengkang dari ruang inap. Ia yakin bahwa Jevan akan bergulat dengan pikirannya sendiri. Louren tahu, bahkan sangat tahu. Mental lelaki itu sudah lama rusak diakibatkan sang ayah dan perlakuan buruk banyak orang terhadapnya. Sedikit saja Louren hancurkan nuraninya, mungkin Jevan akan berubah menjadi predator yang sangat berbahaya. Memangsa siapa saja yang mengusik kehidupannya. Sangat menyenangkan apabila ia berhasil membuat lelaki itu membalaskan semua kesakitan yang selama ini dialaminya.

***

Varel tersenyum tipis saat pandangannya bertabrakan dengan seorang gadis yang memiliki janji temu dengannya. Penantiannya selama kurang lebih 15 menit membuahkan hasil. Ia sangat menghargai waktu, terlambat satu menit saja tidak ada di dalam kamus hidupnya. Namun untuk gadis itu, ia rela menunggu lebih lama dari waktu yang dijanjikan sebelumnya.

"Maaf telah membuat Kak Varel menunggu lama," ujar gadis itu setelah Varel menarik kursi untuknya.

Lelaki itu tidak menjawab. Hanya tersenyum tipis seakan hal itu bukan masalah yang besar. Ia kembali ke tempatnya. "Bagaimana kabarmu, Heera? Hampir tiga minggu kita tidak bertemu."

Ya, gadis itu adalah Heera. Varel sengaja meminta janji temu setelah hampir tiga minggu tidak bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan hanya berkomunikasi melalui telepon. Usia yang terpaut sekitar enam tahun bukan menjadi penghalang bagi Varel dalam mendekati Heera. Mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih sejak dua bulan yang lalu.

Berawal dari pertemuannya di acara perlombaan fashion show tingkat nasional. Varel datang ke acara tersebut menggantikan tuannya sebagai tamu undangan dan salah satu peserta berhasil menarik perhatiannya, yaitu Heera. Lalu meminta nomor dan berakhir berkunjung ke rumah Heera dengan maksud meminta izin kedua orang tua gadis itu untuk berpacaran guna mengenal lebih dekat sebelum ke jenjang berikutnya.

"Heera?" Varel menggenggam tangan gadis itu. "Kamu mendengar perkataan saya?"

"Ah, iya," jawab Heera gelagapan. "Kabar Heera baik, bagaimana dengan Kakak?"

"Seperti yang kamu lihat, saya tampak baik-baik saja." Lelaki itu tersenyum lembut seraya menatap kekasihnya dengan tatapan penuh cinta. "Minumlah terlebih dahulu. Saya sudah memesan menu favoritmu."

"Terima kasih."

"Bulan depan, tepat tiga bulan kita berpacaran. Saya akan melamarmu."

Ucapan itu sontak membuat Heera terdiam, hampir saja tersedak minumannya. Bagaimana lelaki itu berucap dengan tenang? Sungguh, ini tidak baik bagi kesehatan jantungnya. Jika di hadapannya tidak ada Varel, mungkin ia akan berteriak kegirangan. Sayangnya, Heera harus menjaga sikap di depan kekasihnya.

"Sepertinya kamu menolak sebelum saya melamar di depan orang tuamu," celetuk Varel sedih.

Kepala gadis itu menggeleng rakus. "Bukan begitu, Heera terlalu senang sampai bingung harus bagaimana."

"Kita lanjutkan nanti, sekarang makanlah," titah Varel saat pramusaji menghidangkan makanan.

Keduanya menyantap makanan seraya diselingi dengan pembicaraan ringan. Varel sengaja menyewa lantai atas untuk dirinya dan Heera sebab keramaian adalah hal yang paling dibencinya. Gadis cantik di di depannya masih terlihat malu-malu. Ia memaklumi itu, hubungannya dengan Heera masih terbilang belum lama. Varel yang dingin dan Heera pemalu, terlihat sangat canggung apabila keduanya sama-sama diam.

"Bagaimana sekolahmu?" tanyanya.

"Baik, nggak ada yang perlu dikhawatirkan."

Varel menganggukkan kepalanya pelan. "Lantas, bagaimana dengan insiden jatuhnya salah satu siswa dari atap gedung sekolah?"

Uhuk

Pertanyaan sederhana tersebut mampu membuat Heera tersedak. Dengan cekatan, Varel menyodorkan minuman kepada kekasihnya. "Pelan-pelan, sayang."

Tubuh Heera seakan membeku. Varel dengan kalimat sederhananya mampu memberikan reaksi berlebihan pada tubuhnya. Selain pertanyaan keramat itu, panggilan 'sayang' berhasil membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Sungguh, Varel berhasil menguasai dirinya. "Terima kasih. Eum... Insiden itu sudah terjadi sekitar satu bulan yang lalu. Kasus percobaan bunuh diri salah satu teman sekelas Heera. Bagaimana Kakak bisa tahu?"

"Saya mendengar dari teman-teman saya. Berita itu sempat ramai di perbincangkan dan masuk ke berbagai portal berita, tapi dalam sekejap hilang bak ditelan bumi. Aneh sekali, bukan?" Varel menyuapkan makanannya seraya menatap Heera yang tengah menunduk dengan tatapan sulit diartikan. "Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan temanmu itu?"

"Se-sepertinya dia masih belum sadar," jawab Heera. Kedua tangannya saling meremat di bawa meja. Ia takut pertanyaan Varel menjebak dirinya. Sebenarnya tidak masalah apabila orang dari luar sekolah mengetahui, namun Heera takut apabila masalah yang berhasil ditutup rapat oleh sekolah dengan bantuan keluarga Arghi dan Daniel diketahui lebih dalam oleh orang luar, tak terkecuali kekasihnya.

"Anak zaman sekarang sungguh nekat," gumamnya. Sedetik kemudian, ia teringat sesuatu. "Berbicara tentang insiden yang dialami temanmu, apa penyebab dia melakukan hal bodoh itu?"

"Depresi akibat masalah keluarga? Terjadi perundungan di sekolah dan dia menjadi korbannya? Atau bahkan mendapat tekanan dari orang-orang yang lebih berkuasa karena dia mengetahui sebuah rahasia besar hingga berakhir seperti ini?" Cecarnya yang berhasil membuat Heera terdiam menunduk seraya menggigit bibir bawah dengan kedua tangan gemetar ketakutan.

Sementara itu, Varel tersenyum kemenangan berhasil membuat lawan bicaranya tidak berkutik. Ia hanya memancing sedikit, namun reaksi kekasihnya itu sangat berlebihan. "Saya sedikit penasaran, mengapa hal ini terjadi kedua kalinya di SMA Cendrawasih? Ah, ya. Bagaimana dengan hasil investigasinya?"

Bibir Heera tampak tertahan hendak mengatakan sesuatu. Ketakutan berhasil menguasai dirinya hingga terlihat sangat gugup dengan perkataan Varel yang terkesan santai namun menusuk. "Kasus ini ditutup dengan dugaan korban sengaja melompat dari atap gedung sekolah setelah mengonsumsi minuman keras."

"Saya pikir ada sedikit kejanggalan." Varel sengaja menjeda kalimatnya ingin melihat reaksi gadis di depannya. Tepat sekali! Lagi dan lagi tubuh Heera menegang. "Karena ini SMA bergengsi, citra publiknya sangat penting. Ini pasti kasus yang berat bagi mereka untuk kedua kalinya setelah kasus pembunuhan beberapa bulan yang lalu. Mungkin kasus ini berjalan secara tertutup, namun menimbulkan asumsi buruk pada publik."

"Ah, lupakan saja. Kejadian ini pasti sedikit mengguncang psikis semua murid, termasuk kamu. Saya memahami itu. Kita lanjutkan acara makan siang saja." Ia rasa sudah cukup mencari tahu mengenai semua kejadian di sekolah meskipun Heera tidak banyak bicara. Namun, ekspresi dan reaksi tubuh Heera yang seakan menjawab semuanya. Hal ini harus Varel bicarakan bersama tuannya nanti malam.

Heera merogoh tasnya. Meraih ponselnya yang sedari tadi tidak ia keluarkan. "Sepertinya Heera harus pulang sekarang karena kedatangan saudara dari luar kota. Ayah ingin Heera ikut berkumpul untuk menyambut kedatangan mereka."

Lelaki itu mengedikkan bahunya acuh. "Tidak masalah. Bertemu denganmu meski hanya sebentar sudah berhasil mengobati rasa rindu saya. Mau saya antar?"

"Ah, nggak perlu. Heera akan pulang bersama sopir dan pengawal." Heera bangkit dan bersiap untuk pulang. Sebelum pergi, ia berjalan mendekat saat Varel turut bangkit dan merentangkan kedua tangannya. Gadis itu masuk ke dalam pelukan kekasihnya, lalu mendongak seraya mengusap pelan rahang tegas lelaki tegap yang tengah memeluknya. "Maaf karena mengacaukan acara kita."

"Saya mengerti dengan semua aturan keluargamu, Heera. Lain waktu kita dapat menghabiskan waktu bersama. Yakin tidak ingin saya antar?" Heera menggeleng. "Baiklah, saya antar ke depan."

Varel mengurai pelukannya lantas menggenggam lembut tangan kekasihnya. Menarik pelan menuju lantai bawah untuk mengantar hingga ke mobil. Sesampainya di parkiran, Varel dengan pakaian yang kali ini tampak santai mengecup pelan kening Heera. Mempersilakan masuk ke mobil sebelum berpesan kepada pengawal gadis itu. "Jaga baik-baik gadisku."

"Baik, Tuan."

Mobil mewah yang ditumpangi Heera melaju meninggalkan area restoran. Varel dengan kedua tangannya yang berada di saku jaketnya tersenyum penuh arti. "Kamu terlalu bodoh untuk berada di dalam lingkaran setan yang sama seperti teman-temanmu itu, Heera. Namun dengan kebodohanmu itu sangat menguntungkan bagi saya dalam mengungkap semua kebusukan orang-orang di dalam sekolah."

"Jalankan rencana kedua," ujar Varel menghubungi salah satu anggotanya. "Suruh lainnya menyusulku untuk membantu melepas semua kamera dan alat penyadap suara di restoran tempatku dan gadis bodoh itu bertemu hari ini."

Memutus panggilannya dengan sepihak lantas kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana berbahan jeans. Varel menahan senyumnya tatkala terbayang wajah Heera. Terbayang-bayang bagaimana gadis itu gugup dan kesulitan mengeluarkan sepatah kata serta perubahan ekspresi yang terbilang sangat cepat.

Jangan lupakan Heera pulang lebih awal karena harus menyambut kedatangan saudaranya, semua itu hanya alibi untuk menghindari pertanyaan mematikan yang berhasil membungkam mulutnya. Varel sudah mengetahui semuanya, gadis yang berstatus sebagai kekasihnya tidak memiliki acara apapun hari ini.

"Semakin menyenangkan, bukan?" gumamnya berjalan menuju mobil miliknya. Ia berdecak pelan saat sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. "Rupanya saya harus mengurus tikus lainnya sebelum melihat keadaan kafe."

***

"Mau apa lo ajak gue ketemu hari ini? Sangat membuang-buang waktu berharga gue di hari libur."

Lelaki dengan segelas vodka di tangannya tampak acuh. "Terus, kenapa lo datang?"

"Sialan," desisnya. Gadis yang baru saja datang itu menyapu pandangannya keseluruh penjuru ruangan. "Untuk apa ngajak gue ke restoran hotel? Seperti nggak ada restoran lainnya."

"Litha dengan segala kebodohannya," ejeknya. "Hotel ini punya bokap. Gue bisa bebas konsumsi minuman beralkohol di sini."

Berdecih pelan menatap rendah lelaki di hadapannya. "Ternyata seorang Daniel jauh lebih bodoh, ya. Lo lihat di sekitar, masih ada orang lain di sini."

"Karena itu gue mau ngajak lo ke lantai atas. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan." Lelaki itu bangkit setelah meletakkan minumannya di meja lantas hengkang tanpa memerdulikan temannya itu.

"Bajingan," umpat Litha menyusul Daniel yang sudah menghilang di balik pintu restoran.

***

Bagaimana? Sudah berpikir keras sampai sini?

Angkat tangan yang harus mikir keras karena bingung.

Tata usahakan up seminggu sekali, ya. Beri dukungan kalian agar Tata semangat.

Maaf apabila banyak typo dan belum sempat membalas comment satu-persatu. Terima kasih banyak atas cinta kalian.

Semua informasi dan lain-lain ada di medsos Tata.

Instagram : @tatattalgi
@weekendtata
Tiktok : @weekendtata

Selalu berikan cinta dan dukungan kalian dengan vote dan comment. Sekali lagi
terima kasih banyak🍓

Nb : maaf tidak ada pict visual setiap tokoh. Tidak sempat, hihi🍓

Continue Reading

You'll Also Like

254K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
1.2M 90K 60
BOOK 1 > Remake. ๐˜๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌโš ๏ธ โš ๏ธ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ค ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ค๐˜ข ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต...
1M 19.5K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...