Dear My Husband (COMPLETE)

By nawasenaafati_

545K 29.9K 515

Blurb : Ayna Azkayra, setelah putus dari kekasihnya ia malah ketiban sial dijodohkan dengan laki-laki yang b... More

Prolog
Part 1 : Telat Bangun
Part 2 : Dosen Baru
Part 3 : Kehujanan
Part 4 : 4 el
Part 5 : Pingsan
Part 6 : Perjodohan
Part 7 : Qobiltu?
Part 8 : Ditinggalkan
Part 9 : Damn!
Part 10 : Hello Kitty
Part 11 : Berakhir
Part 12 : Terjebak
Part 13 : Kenyataan Menyakitkan
Part 14 : Dijodohin?
Part 15 : Titik Kehancuran
Part 16 : Awal dan Akhir
Part 17 : Desiran Hebat
Part 18 : Pak Arqan?
Part 19 : Resep Cinta
Part 20 : Kamu PHP, Ayna!
Part 21 : Malam Pertama
Part 22 : Embarassing!
Part 23 : Bertemu Mantan
Part 24 : Jangan Baper, Ayna!
Part 25 : Hadiah wisuda Ayna
Part 26 : Sesakit Ini Rasanya
Part 27 : Dekapan Penenang
Part 28 : Astraphobia
Part 29 : Hati Yang Mulai Luluh
Part 30 : Terungkap
Part 31 : Sayang
Part 32 : Penjelasan Rafka
Part 33 : Kebohongan Ayna
Part 34 : Bulan Madu?
Part 35 : Obsesi Rafka
Part 36 : Bermalam Di Hotel
Part 37 : Jakunnya lucu!
Part 38 : I'm Yours
Part 39 : Mas Arqan
Part 40 : My Zawjati
Part 41 : Cinta Untuk Rafka
Part 42 : Ayna Yang Manja
Part 43 : Ayla Khairunnisa
Part 44 : Kejadian Yang Sebenarnya
Part 45 : Tentang Ayla
Part 46 : Hidup Baru
Part 47 : Perihal berat badan
Part 48 : Positif
Part 50 : Dasar Mas Arqan jelek!
Part 51 : Sayonara Mas Arqan
Part 52 : Kabar Tak Terduga
Part 53 : Rumaisha Asyifatul Adzkiya
INFO SEQUEL!!

buPart 49 : Maunya Dede

8.5K 456 11
By nawasenaafati_

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya!



🍂 Happy Readings 🍂

Pukul 20.00 WIB seperti ini biasanya Arqan sudah tiba di rumah, meski sering terjebak macet tapi tidak pernah seterlambat ini. Berulang kali Ayna mendesah pelan, menunggu dengan cemas sang suami yang belum saja tiba. Ditangannya, terdapat sebuah kotak persegi panjang berisi hasil jika ia dinyatakan positif hamil. Perempuan itu ingin memberikan kejutan untuk sang suami lewat kotak itu.

"Mas Arqan masih di mana sih?" Netranya berkali-kali melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 20.05 WIB, itu artinya Arqan telah terlambat sekitar 2 jam lebih. Karena biasanya, pria itu tiba di rumah di pukul 18.00 WIB.

"Aku nggak sabar buat kasih kabar ini." Ayna menunduk, dia mengusap-usap perutnya yang masih rata. "Aku pengen banget liat ekspresi mas Arqan pas tau aku sekarang lagi hamil."

Baru saja sedetik ia berucap demikian, perutnya tiba-tiba terasa mual. Ayna refleks menutup mulutnya dengan tangan lalu menaruh kotak tersebut di nakas.

"Huwekk." Rasa mual itu semakin menjadi, perempuan itu pun berlari kecil menuju kamar mandi untuk menuntaskannya.

Disisi lain, Arqan baru saja tiba di rumah. Merasa sudah terlambat, pria itu pun berlari kecil masuk ke dalam rumahnya. Arqan yakin pasti sekarang Aynanya sedang menunggu dirinya dengan cemas, terlebih Arqan tak sama sekali mengabarkan keterlambatannya karena ponselnya kehabisan daya.

"Sayang!" Arqan mendorong pintu kamar, dahinya mengernyit saat tak menemukan Ayna di dalam. Semakin kakinya masuk ke dalam, indera pendengarannya mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Lantas, Arqan tersenyum. Aynanya pasti sedang berada di dalam sana.

Sambil menunggu Ayna keluar dari kamar mandi, Arqan bergerak untuk mengganti pakaiannya. Namun sebelum itu, netranya justru terpaku pada sesuatu yang menarik perhatiannya sejak masuk ke dalam kamar. Sebuah kotak cantik berbentuk persegi panjang di atas nakas.

"Untuk mas Arqan?" Dahi Arqan mengernyit heran saat kotak tersebut ditujukan untuknya, dia angkat kotak tersebut sejajar dengan wajahnya. "Isinya apaan? Ini dari Ayna?" tanyanya.

Baru saja tangannya ingin membuka tutup kotak itu, sebuah suara membuatnya mengalihkan pandang.

"Mas Arqan? Baru pulang?" tanya Ayna.

"Iya, maaf ya. Tadi aku abis dari bengkel, ganti aki mobil." Arqan tersenyum, lantas lelaki itu melupakan kotak di tangannya dan menaruhnya kembali di atas nakas. Sambil berderap menuju Ayna, Arqan merentangkan kedua tangannya ke depan, menyuruh untuk Ayna datang pada tubuhnya.

Melihat itu, Ayna pun tersenyum dan langsung menerjang tubuh Arqan, melingkarkan tangan pada punggung tegap itu.

"Kenapa, hm?" tanya Arqan saat mendapati wajah Ayna yang sedikit pucat, saat Ayna barusan bertanya dia melihat wajah Ayna yang sedikit pucat entah karena apa.

Ayna bergerak melepaskan pelukan itu, perempuan itu lantas berderap mengambil kotak di atas nakas yang tadi sempat Arqan pegang.

"Aku punya kejutan buat kamu, ini!" Ayna mengulurkan kotak tersebut pada Arqan.

"Aku tadi sempat mau buka, emang isinya apaan?" tanya Arqan, penasaran.

"Buka aja!"

Sebelum membukanya, Arqan menatap wajah Ayna yang nampak berseri meski sedang sedikit pucat. Senyuman perempuan itu nampak mengembang manis sehingga membuat kedua kelopak matanya terlihat menyipit.

"Ayo buka, Mas!" kata Ayna, tak sabar.

Tangan Arqan mulai membuka kotak itu dan menemukan sebuah alat tes kehamilan di sana. Arqan kembali menatap Ayna yang kini memiringkan kepalanya ke kiri sambil masih tersenyum.

"Positif?" tanya Arqan. "Kamu hamil, Sayang?" tanyanya lebih jelas.

Ayna mengangguk tegas, lantas kembali menerjang tubuh Arqan, memeluk tubuh suaminya itu.

"Iya, Mas. Aku hamil, kita bakal jadi orang tua." Mendengar itu, Arqan balas memeluk tubuh Ayna. Memejamkan matanya, mengucap rasa syukur di dalam hati.

"Masyaa Allah, alhamdulillah." Arqan berucap sambil melepaskan pelukannya, lantas lelaki itu menangkup kedua pipi Ayna. Terlihat gurat bahagia di wajah cantik itu. "Kenapa baru bilang sekarang, hm?" tanya Arqan.

"Aku juga baru tau, Mas. Tadi siang aku baru cek pas kebetulan aku lagi pusing."

"Besok kita checkup ke Dokter kandungan, aku pengen tau udah berapa lama dia ini berada di perut Uminya." Tangan Arqan terangkat mengusap perut Ayna yang masih rata.

"Mas?" Ayna menatap Arqan dengan bibir terlipat ke dalam.

"Hm?" Arqan hanya menjawabnya dengan deheman.

"Aku tiba-tiba kepengen sesuatu." Ayna menunduk sambil memainkan jari jemarinya.

"Kamu ngidam? Ngidam apa, Sayang?" tanya Arqan.

"Aku pengen sate ayam tapi nggak ditusuk."

"Hah?!" Dahi Arqan mengerut heran. "Sate ayam tapi nggak ditusuk? Gimana konsepnya?"

"Ya pokoknya gimana aja terserah, aku pengen sate ayam tapi nggak ditusuk."

"Yaudah beli ayam bakar aja, kan sama-sama dibakar."

"Ihh, Mas. Ini maunya dede loh, pokoknya sekarang kita pergi ke warung sate!"

"Yaudah iya, hayu."

30 Menit kemudian

Saat ini Arqan dan Ayna sudah berada di warung sate Mang Asep, warung sate yang setiap harinya selalu ramai. Ayna sudah duduk dengan lesehan di atas karpet, menunggu pesanannya tiba.

"Mas, gimana? Mang Asep mau kan bikininnya?" tanya Ayna.

Arqan mengangguk tapi tak urung juga dia meringis pelan saat mengingat kebingungan mang Asep saat Arqan memesan sate ayam tapi tidak ditusuk.

"Gimana ekspresi mang Asep, Mas?" Ayna terkikik geli sendiri mengingat pesanannya yang memang aneh.

"Bukan cuma mang Asep yang bingung tapi aku juga bingung, Sayang. Jadi aku cuma minta mang Asep bikin daging ayamnya dipotong-potong kaya disate tapi nggak ditusuk." Ayna mengangguk saja sebagai respon, memang seperti itu keinginannya. Sate ayam tapi tidak ditusuk.

Beberapa saat kemudian, mang Asep dan satu pelayannya datang menghampiri tempat duduk Ayna membawa pesanan yang sudah cukup lama Ayna tunggu.

"Ini pesanannya Neng Ayna, sate ayam tanpa ditusuk," kata mang Asep diakhiri senyum kecil.

"Makasih ya Mang, maaf nih ngerepotin." Mang Asep mengangguk lalu pergi setelah menyimpan pesanan Ayna.

Sepeninggal mang Asep, Ayna pun menatap makanannya dengan mata berbinar. Tangannya mulai mencomot satu daging ayam yang dipotong-potong kecil itu dalam piring.

"Pake sendok, Sayang!" Arqan sedikit menegur Ayna.

"Maunya dede, Mas. Aku mau makan pake tangan!" Lagi dan lagi Ayna mengucapkan jika ini kemauan si cabang bayi.

"Oke, oke. Jangan lupa baca doa!" Ayna mengangguk.

Usai membaca doa dalam hati, Ayna pun memasukkan daging ayam ke mulutnya yang sedari tadi sudah membuatnya lapar.

Satu suapan dia begitu menikmatinya, mengunyah daging ayam itu sambil memejamkan mata.

"Hm, enak," gumam Ayna. Selanjutnya, ekor mata Ayna melirik sang suami yang begitu menikmati sate ayamnya, tentu ditusuk menggunakan tusuk sate.

Kedua alis Ayna mengerut, sepertinya yang dimakan oleh Arqan terlihat enak.

"Kenapa?" tanya Arqan dengan matanya yang menatap Ayna.

"Sate kamu kok kayanya enak, Mas?"

"Hm, iya dong." Arqan mengangguk.

Arqan melanjutkan memakan satenya dengan Ayna yang memperhatikannya, kedua bola mata perempuan itu membola, berulang kali ia membasahi bibirnya karena ingin makanan yang dimakan oleh Arqan. Padahal tadi saja dia menggebu-gebu ingin makan sate tanpa ditusuk, tapi kenapa sekarang malah ingin makan sate milik Arqan?

Arqan yang melihat itu tersenyum kecil, lantas saat sudah menghabiskan daging ayam di satu tusuk satenya dia pun memberikannya pada Ayna bermaksud menjahilinya.

"Aaa, dimakan dong!" kata Arqan dengan senyum tak luntur di wajah.

Namun Ayna justru merespon tangannya, dia menjilat tusuk sate yang kosong itu dengan mata berbinar seolah ia memang menikmati bumbu-bumbu yang sedikit tersisa di tusuk sate itu.

"Enak, Mas," ujar Ayna.

"Kok bisa ya tusuk sate bekas kamu enak begitu?" Ayna bertanya.

"Karena di situ ada bekas bibir aku."

•••

Gimana chapter ini?

Go follow akunku dulu gengs...

Follow juga Tiktok aku: @fiaafnh

Aku sering buat konten-konten menarik di sana, kalian bisa lihat dan bagikan.

Continue Reading

You'll Also Like

395K 26.2K 31
"Jawab mulu! Mana SIM?" "SIM?" "Surat Izin Menikahi mu." ••Sesuatu yang namanya rudal bakal bertamu dirumah anda kalau COPY PASTE cerita ini, thx••
3.5M 265K 50
PART LENGKAP Farhan Ghazali tidak menyangka akan jatuh cinta pada wanita yang baru menginjak usia 21 tahun di umurnya yang sudah berkepala tiga. Ia y...
122K 5.3K 49
Berawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan perminta...
23.3K 1.6K 22
[COMPLETED] 'Lo siapa sih Gus bisa segininya buat cewek jatuh cinta? Lo berhak apa sih atas perasaan Jeni sama Jihyo? Lo udah seganteng itu kah untuk...