Hai gengs, yang masih ingat chapter kemarin cung?
Please di sini komen atuh lah, aku pengen tau gimana antusiasnya kalian ☹
Jangan lupa vote, sekali lagi mengingatkan buat kalian yang baru baca. Kalo cerita ini di part awal mungkin agak cringe dan acak-acakan, aku mohon maaf. Cerita ini sebenernya aku tulis udah lama, dan belum aku revisi sama sekali. Jadi kalo di awal acak-acakan, mohon maaf ya.
•
•
•
🍂 Happy Readings 🍂
Ayna duduk di sofa dengan tangan yang ia taruh diatas pahanya, pandangan matanya menyorot pada Arqan yang tengah membereskan baju-bajunya ke dalam koper.
"Kenapa kamu bawa baju-baju kurang bahan seperti ini semua, Ayna?" Arqan mengomel sambil melipat satu persatu baju-baju milik Ayna dan memasukkannya ke dalam koper. Baju-baju kurang bahan yang Arqan maksud adalah sekumpulan lingerie.
"Ya aku kan emang sengaja bawa itu buat kamu."
"Setidaknya bawa satu baju yang waras, biar kamu punya ganti buat sekarang kita pulang." Ayna cemberut, memang sih ini salahnya kenapa tidak membawa baju yang lebih sopan setidaknya satu. Tapi kan kemarin dia juga tidak tau jika Rafka berniat menjebaknya.
"Yaudah nggak apa-apa, aku nyaman kok pakai baju itu. Lagian, masih ada jubahnya jadi nggak keliatan yang seksinya."
"Oh ya satu lagi, aku nggak mau pulang hari ini! Pokoknya kamu sekarang turun ke bawah bilang sama pihak hotel kalau kita tambah satu malam lagi."
"Tapi Ayna, mama sama papa khawatir kita belum pulang. Apalagi kamu sendiri yang bilang buat jangan kasih kabar ke mereka. Lagipula, besok aku tidak bisa izin lagi," Ayna semakin cemberut.
"Izin satu hari lagi nggak apa-apa kali, Mas. Buat istri sendiri loh!"
"Mas Arqan?" Ayna mendecak saat suaminya itu kembali memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.
"Ihhh, nggak mau! Keluarin lagi bajunya!" ucap Ayna namun tetap dihiraukan oleh Arqan. Lelaki itu fokus menata baju-baju itu supaya rapih.
"Ihh ngeselin! Keluarin lagi bajunya, Mas!" Ayna sedikit menggertak, dia masih ingin di sini apa susahnya? Ia hanya ingin berduaan kembali dengan Arqan. Jika di rumah, Ayna kurang merasa bebas karena ada orang tuanya.
"Yaudah." Ayna lantas berdiri dengan senyuman yang mengembang, kakinya melangkah lalu duduk dibagian koper yang kosong.
"Kamu ngapain di situ?" Arqan bertanya.
"Aku mau di sini!" jawab Ayna sembari merebahkan kepalanya ke bagian koper yang sudah terisi baju, dengan sengaja ia memblokir kegiatan Arqan yang sedang membereskan baju.
"Bangun, hey!" Arqan memegang punggungnya, berniat untuk membangunkan Ayna.
"Nggak mau, aku mau di sini!" ujar Ayna keukeuh.
"Aku mau kita nginep di sini satu malam lagi, please!" Ayna menatap wajah suaminya dengan wajah yang ia buat seimut mungkin.
"Ya, ya, ya?" Kelopak matanya mengerjap dengan senyum yang mengembang.
"Aku masih mau berduaan sama kamu tanpa ada yang ganggu hehe." Selanjutnya, Ayna tersipu saat Arqan mengangkat tangannya untuk mengusap-usap puncak kepalanya.
"Yaudah, sekarang kamu naik aja ke kasur. Nanti aku bilang ke pihak hotel kalau kita menginap satu malam lagi."
"Yes, makasih Sayangku." Ayna refleks melingkarkan tangannya di leher suaminya itu, yang langsung dibalas dengan dekapan hangat dari lelakinya.
"Apa pun mau kamu, aku akan berusaha untuk turuti selagi itu hal yang baik."
Ayna kemudian melepaskan dekapannya, dia menarik wajah Arqan dan mengecup singkat bibir lelakinya.
"Buat hadiah karena udah nurutin kemauan aku."
•••
Ayna tersenyum saat melihat postingan miliknya di Twittor yang sudah mencapai like 7,2 ribu. Padahal saat itu ia hanya iseng mencurahkan isi hatinya, namun tak sangka akan banyak orang yang menyukai postingannya itu.
(Ilustrasi postingan Ayna di Twitter, kalian bisa lihat konten ini di TikTok aku: @fiaafnh)
Mengingat isi dari postingannya kembali, memang benar jika Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Karena pada kenyataannya, Ayna membutuhkan Arqan untuk melengkapi hidupnya yang penuh kekurangan. Bersamanya, Ayna bisa belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, yang belum tentu bisa Ayna dapatkan jika bersama Rafka.
"Mas, kamu punya hutang loh buat cerita hal apa saja yang menjadikan seorang perempuan itu dirindukan surga." Ayna menyimpan ponselnya usai mengatakan itu diatas nakas, lantas perempuan itu mendekat ke arah sang suami yang tengah duduk disampingnya.
"Sini!" Arqan meluruskan kakinya, posisi keduanya saat ini sedang diatas kasur. Lelaki itu lantas menepuk dua kali pahanya.
"Apa?" tanya Ayna.
"Tiduran di sini! Aku akan bercerita." Pacuan jantung Ayna sudah tidak bisa dijelaskan lagi setiap kali Arqan memberikannya perhatian-perhatian kecil.
"Oke." Ayna pun merebahkan kepalanya diatas paha Arqan, dari bawah seperti ini dia bisa dengan jelas melihat bagaimana rahang tegas dari suaminya itu.
"Rasulullah SAW bersabda, pemuka wanita ahli surga itu ada empat. Yang pertama Maryam binti Imran, yang kedua lalu Fatimah binti Rasulullah, yang ketiga Khadijah binti Khuwailid, dan yang keempat Asiyah." (HR. Hakim)
"Lantas hal apa saja yang menjadikan seorang wanita itu bukan hanya merindukan surga tapi juga dirindukan oleh surga? Yang pertama dengan menjadi wanita yang bertakwa, seperti firman Allah SWT dalam surah An-Nisa (4) ayat 124, siapa saja yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki ataupun perempuan sementara ia seorang mukmin, mereka pasti akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun."
Ayna tak berhenti menyunggingkan senyumnya, melihat bagaimana Arqan yang menjelaskannya dengan perlahan, dan bagaimana lelaki itu berbicara sambil mengusap-usap kepalanya.
"Masih mau lanjut, hm?" tanya Arqan seraya menundukkan wajahnya, menatap dengan jelas wajah cantik istrinya.
"Mau dong," balas Ayna sekenanya.
"Kasih aku vitamin dulu kalau begitu." Arqan menaikturunkan kedua alisnya, berniat menggoda Ayna.
Ayna masih tersenyum, perempuan itu lantas menarik kepala Arqan lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi sebelah kanan suaminya.
"Udah, ayo lanjutin!"
Arqan mengangguk. "Setiap selesai bercerita kamu harus kasih aku vitamin biar semangat, siap?"
"Siap!"
"Termasuk yang tadi malam, hm?" tanya Arqan menggoda. Namun kali ini respon Ayna adalah menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Mas ihhhh! Jangan ngomongin itu lagi ah, malu!" Arqan tertawa kecil sebagai respon, lelaki itu lantas berdehem sebelum melanjutkan ceritanya.
"Yang kedua, menjadi wanita yang berbakti kepada kedua orang tua. Seperti dalam firman Allah SWT di surah An-Nisa (4) ayat 36, sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua."
"Aku ngerasa bersalah banget sama mama papa, aku sering banget membangkang, nggak nurut sama mama papa. Berarti aku nggak ada kesempatan untuk menjadi wanita yang dirindukan surga ya, Mas?" tanya Ayna.
"Syutttt!" Arqan menaruh telunjuknya tepat di bibir Ayna yang baru terkatup rapat itu. "Nggak boleh insecure gitu, masih banyak kesempatan untuk orang yang mau bertaubat. Langkah awal yang harus kamu lakukan nanti meminta maaf dan memohon ampun sama mama dan papa, Insyaa Allah jika mereka meridhoi maka Allah pun akan meridhoi."
"Aku lanjutin ya?" tanya Arqan usai menarik jemarinya yang tadi nangkring di bibir Ayna.
"Yang ketiga adalah wanita yang taat pada suaminya, seperti dalam hadits riwayat Abu Nua'im. Seorang wanita yang mengerjakan shalat 5 waktu, berpuasa wajib sebulan, memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya maka pasti dia akan masuk surga dari pintu mana saja dari yang dikehendakinya."
"Syaratnya sebenernya gampang ya, Mas?" tanya Ayna.
"Terdengar gampang tapi sulit dilakukan," jawab Arqan.
"Kalau gitu, kamu pantau aku terus ya. Aku akan mengerjakan itu semua."
"Oke, sekarang yang keempat, menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Ini jika wanita tersebut sudah menikah," kata Arqan.
"Sudah, Mas?" tanya Ayna.
"Sudah, sekarang kamu sudah ngantuk?" tanya Arqan yang diangguki oleh Ayna.
"Aku mau tidur dipeluk kamu," pinta Ayna dengan manja.
Melihat bagaimana perlakuan istrinya yang sekarang Arqan sangat berucap syukur, semua doa dan usahanya membuahkan hasil. Maka tanpa menunggu lama lagi, lelaki itu menggeser sedikit kepala Ayna memposisikannya di bantal, dia pun ikut berbaring kemudian menarik tubuh perempuannya itu untuk didekap.
"Jangan lupa baca doa, my zawjati," bisik Arqan sebelum memejamkan matanya.
•••
Gimana chapter ini?
Go follow akunku dulu gengs...
Follow juga Tiktok aku: @fiaafnh
Aku sering buat konten-konten menarik di sana, kalian bisa lihat dan bagikan.