Hai gengs, yang masih ingat chapter kemarin mana suaranya?
Jangan lupa vote, komen, and share sebanyak-banyaknya ehehe.
Oh ya, buat pembaca baru mohon maaf kalau chapter awal sedikit membosankan dan kurang rapih. Aku sama sekali belum revisi total cerita ini.
•
•
•
🍂 Happy Readings 🍂
Kini hari sudah malam, lebih tepatnya jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB. Usai keduanya menunaikan ibadah shalat isya, baik Arqan ataupun Ayna memilih menyibukkan dirinya masing-masing. Arqan dengan tugas-tugas pekerjaannya, sedangkan Ayna rebahan sembari memainkan ponselnya.
Sejujurnya, Ayna sedang melawan kegugupannya sendiri. Dia yang berencana membuat malam spesial ini, dia sendiri yang gugup. Astaga, sudah ke sekian kalinya Ayna menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia sudah menunda 1 jam dari rencananya, dan lihat sekarang? Suaminya itu memilih berduaan dengan laptop dan kertas-kertas itu.
"Ekhem!" Ayna berdehem keras yang cukup mengundang atensi Arqan, lihat saja kini lelaki itu memandangnya dengan satu alis terangkat.
"Kamu batuk? Mau saya belikan obat?" Ayna menganga di tempatnya, gadis itu dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Nggak kok, cuma lagi tes vokal aja." Selanjutnya, Arqan kembali mengerjakan tugasnya.
Ayna cemberut tapi sedetik kemudian dia tersenyum cerah, lantas gadis itu beranjak dari ranjangnya lalu melesat menuju almari dan mengambil tas berukuran sedang yang tidak Arqan ketahui apa isinya.
"Saya mau gosok gigi dulu ya, Pak." Ayna melirik suaminya yang nampak acuh tersebut, meski cukup dongkol di hati tapi selanjutnya gadis itu menarik satu sudut bibirnya, tersenyum miring.
Sesampainya di dalam kamar mandi, Ayna membuka isi tasnya, mengeluarkan beberapa pakaian tipis berbahan satin. Dua di antaranya ia angkat ke atas sejajar dengan kepalanya, gadis itu nampak sedang memilih baju tidur yang akan ia pakai.
"Yang ini? Ish bagusan yang mana sih?" Ayna mendengus.
"Pak Arqan sukanya apa sih? Duh nggak tau lagi."
"Yang ini aja deh." Pilihan Ayna jatuh pada baju tidur berwarna baby pink dengan lengan pendek dan di atas lutut, dan jangan lupakan jika di bagian dadanya terlihat cukup rendah.
(Ilustrasi Ayna pakai baju tidur satin)
"Aw, so hot!" Tanpa sadar Ayna memekik senang menatap pantulannya di cermin kamar mandi usai ia memakai baju tidur pilihannya.
"Tambah parfum biar pak Arqan betah deket-deket." Tangan gadis itu dengan lincah menyemprotkan parfum ke seluruh bagian tubuhnya, seketika saja ruangan kamar mandi itu harum oleh aroma vanila dari parfum Ayna.
Tok tok tok
Ayna sontak menoleh saat pintu kamar mandi diketuk dari luar.
"Iya?"
"Sudah selesai? Saya juga ingin gosok gigi." Ucapan Arqan dari luar membuat Ayna jadi gugup lagi, namun tidak dengan mulutnya yang malah berkata. "Masuk aja, nggak dikunci kok."
Nampak terdengar suara derap langkah kaki dari belakang, siapa lagi jika bukan Arqan. Lelaki itu nampak menarik nafas dalam melihat pemandangan yang membuat jantungnya cukup berdebar kencang. Lihat saja, Ayna berdiri memunggunginya dengan pakaian seminim itu? Arqan memang pernah sekali melihat Ayna dengan pakaian minim tapi benar-benar tidak seminim ini. Baju tidurnya di atas lutut, lalu bahannya seperti bahan transparan.
"Sudah gosok giginya?" Arqan tepat berdiri di belakang Ayna, sedikit merendahkan kepalanya saat berbicara.
Ayna yang sedang memegang sikat gigi mengeratkan pegangannya, lalu memasukkannya ke mulut dan menggosok-gosok giginya sambil sesekali memperhatikan Arqan dari balik cermin.
"Saya sudah selesai, Pak," ujar gadis itu sambil melayangkan senyum kecil dari balik cermin, tentu saja terlihat jelas oleh Arqan.
Ayna kemudian memutar tubuh, namun pergerakannya terhambat karena Arqan menaruh kedua tangannya di wastafel, seolah sedang mengurung dirinya. Kini keduanya nampak saling berhadapan, tentu dengan jarak yang sangat dekat. Ayna bahkan bisa mencium aroma parfum yang dipakai oleh Arqan, begitu pun juga Arqan dia bisa mencium aroma vanilla dari parfum Ayna.
"Pak Arqan?" Ayna mendongakkan wajah, menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu.
Ayna hendak mengatakan jika ia ingin keluar mohon beri jalan, tapi netranya malah terpaku pada bagian yang menonjol di tenggorokan Arqan yang bergerak naik turun, sesuatu yang hanya dimiliki oleh seorang lelaki.
Ayna yang memang penasaran dengan sesuatu itu menggerakkan jemari telunjuknya, menyentuh lalu mengikuti pergerakkan naik turunnya sesuatu itu.
"Jakunnya lucu!" cicit Ayna yang tanpa ia sadari jika sang pemilik jakun itu tengah menahan sesuatu yang bergejolak dalam hati.
Hap
Tangan Ayna ditangkap oleh Arqan, lelaki itu menurunkan tangan Ayna ke bawah.
"Ayna ... kamu?" Belum Ayna menjawab, gadis itu malah melesat pergi setelah Arqan sudutkan di pinggir wastafel.
•••
Jam sudah menunjukkan pukul 22.25 WIB, usai Ayna dan Arqan berbagi kamar mandi bersama, keduanya nampak saling diam. Namun diamnya Ayna karena ia memikirkan apa dirinya tidak menarik perhatian Arqan? Padahal baju tidurnya ini sudah termasuk baju tidur seksi, atau mungkin kurang seksi?
"Kurang seksi kali ya?" Saat ini Ayna memang sedang sendirian di dalam kamar hotel, sudah ada 10 menit Arqan pergi keluar, katanya hendak mendinginkan pikiran. Ayna memang hanya mengangkat bahunya acuh saat Arqan berkata demikian.
"Kali ini aku jamin pak Arqan pasti tergoda." Selanjutnya, Ayna melesat kembali ke kamar mandi dengan membawa pakaian tidur lainnya.
Di dalam kamar mandi, Ayna mengulangi aktivitasnya seperti yang tadi. Dia menyemprotkan parfum ke seluruh bagian tubuhnya.
Cukup lama Ayna berada di dalam kamar mandi, namun setelah mendengar jika Arqan sudah kembali gadis itu memantapkan hatinya untuk segera keluar dari kamar mandi.
Ayna berderap dengan pelan seolah ia sedang berjalan di atas catwalk, pakaian tipis atau sering disebut dengan lingerie itu dia pakai di dalam, yang nampak dari luar adalah jubah mandi selutut. Ayna sengaja berderap dengan sedikit berlenggak-lenggok, lalu berhenti tepat di depan Arqan yang sedang menikmati minuman dingin yang ia beli dari luar.
"Kamu mandi di jam segini?" tanya Arqan memperhatikannya.
"Iya."
Menghiraukan Arqan yang sedang menikmati minumannya, Ayna kemudian menari, meliukkan badannya, berputar, dirinya saat ini benar-benar tengah menggoda Arqan.
Lihat saja, usai Ayna melayangkan satu kedipan mata genit pada Arqan lelaki itu malah buang muka. Ayna tersenyum dalam hati, Arqan pasti sudah salah tingkah. Terlebih saat Ayna bergerak menanggalkan jubah mandinya, hingga menampakkan pakaian tipis yang terlihat kontras mengeskpos bahu, bagian punggung atas, serta dadanya.
Namun sedetik setelahnya, hati Ayna mencelos saat Arqan lebih dulu beranjak dan berlalu keluar kamar tanpa lebih dulu membiarkan dia mendekatinya.
"Gue gagal, kayanya pak Arqan bener-bener kecewa dan marah sama gue." Ayna menarik nafas, dadanya terasa sesak sekali. Merasa tak perlu lagi melakukan hal-hal untuk menggoda Arqan, dia pun mengambil kembali jubah mandinya dan memakainya. Kini tujuan Ayna adalah balkon, tempat di mana dia bisa melihat keindahan kota Jakarta di malam hari. Mungkin dengan menikmati angin malam, perasaannya bisa kembali normal.
•••
Gimana chapter ini? Kasih komen buat Ayna yang lagi mancing pak Arqan 😂
Go follow akunku dulu gengs...
Follow juga Tiktok aku: @fiaafnh
Aku sering buat konten-konten menarik di sana, kalian bisa lihat dan bagikan.