EVELYN ANTAGONIST GIRL (END)

By Mocca_bii

473K 22.6K 2.8K

[ Follow sebelum membaca ] ____________________________ Kisah ini menceritakan tentang seorang antagonis. S... More

✨PROLOG✨
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
💫CAST💫
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
CHAPTER 56
CHAPTER 57
CHAPTER 58
CHAPTER 59
CHAPTER 60
CHAPTER 61
CHAPTER 62
CHAPTER 63
CHAPTER 64
CHAPTER 65
CHAPTER 66 (END)
✨EKSTRA CHAPTER✨
🥀SEQUEL🥀
INFO!

CHAPTER 55

4K 163 69
By Mocca_bii

Budayakan vote sebelum membaca!.

Chapter ini lumayan panjang, jadi bacanya pelan-pelan aja ya :)

Happy reading.....

---

Evelyn membuka halaman pertama, dan disana terdapat sebuah tulisan.

My Diary

Alara Bella Zakina

Hanya tulisan itu. Evelyn membalik kertas selanjutnya. Dan disana, terdapat tulisan tangan Alara yang cukup banyak.

Hai, aku Alara.
Kalian tau, aku adalah anak tunggal.
Aku punya Mama, namanya Disa Mutiara.
Mama baik, aku sayang Mama.
Aku juga punya Papa, tapi sayang, dia harus pergi ninggalin aku sama Mama.
Tapi nggak papa, selagi ada Mama, aku bakalan tetap bahagia.
Love you, Mama.

Evelyn membacanya dengan raut datar. Dari tanggal yang tertulis, tulisan itu ditulis Alara sejak dua tahun yang lalu. Itu artinya, itu ditulis sebelum Alara menjadi bagian dari keluarga Evelyn.

Evelyn berlanjut membuka lembaran selanjutnya.

^^^^^

Hari ini adalah salah satu hari yang berkesan di hidupku. Yaitu dimana aku bertemu dengan laki-laki baik hati.

Tadi di sekolah, aku sempat dibully. Aku tidak bisa melawan saat mereka mendorongku. Dan pada akhirnya, aku pun terjatuh. Tetapi kemudian, yang tidak pernah aku duga sebelumnya, ada seseorang yang menolongku. Seseorang itu membantuku berdiri dan membawaku ke uks.

Dia Langit, Langit Nathano. Cowok baik hati yang mau menolongku. Bahkan mengkhawatirkan keadaanku. Saat pandangan pertama kita, aku langsung jatuh hati padanya. Tatapannya tajam, namun juga lembut disaat yang bersamaan.

Saat itu, aku tidak tau apa yang tengah aku rasakan. Aku hanya bahagia. Entah itu karena dia adalah orang pertama yang telah menyelamatkanku, atau karena hal lain, aku sungguh tidak tau.

Sejak hari itu, setiap aku tidak sengaja berpapasan dengan Langit, hatiku selalu berdetak lebih cepat. Namun aku mencoba mengabaikannya.

Namun semakin hari, rasa itu tumbuh dengan sendirinya sampai aku sadar bahwa telah jatuh cinta pada cowok itu. Apalagi, akhir-akhir ini dia sering menolongku saat ditindas oleh murid lain.

Namun, sepertinya aku harus menghentikan rasa ini, atau lebih tepatnya menghilangkannya. Aku sadar, bahwa aku hanya anak orang tidak mampu. Sangat tidak cocok jika disandingkan oleh Langit. Terlebih lagi, bukan hanya aku yang ingin memiliki Langit.

Di garda terdepan, ada Evelyn. Dia adalah gadis manja yang menyatakan menyukai Langit secara terang-terangan. Jika dibandingkan dengan Evelyn, sungguh aku tidak ada apa-apanya. Bukan hanya itu, kekuasaan Evelyn begitu besar. Dia bisa melakukan apa saja yang dirinya mau. Bahkan menghilangkan aku dari dunia ini kalau aku benar-benar ingin bersaing dengannya dalam mendapatkan cinta Langit.

Maka dari itu, aku akan mengalah dan mencoba mengubur dalam-dalam rasa suka ku pada Langit.

^^^^^

Evelyn mengerutkan keningnya. "Kurang ajar. Berani banget tuh hama nyebut gue anak manja. Gue nggak manja, bego!." Ucap Evelyn dengan kesal.

"Ini ditulis satu setengah tahun yang lalu. Jadi itu setengah tahun setelah gue nyatain cinta ke Langit." Gumam Evelyn.

"Berarti itu anak suka sama Langit udah lama dong? Wah, parah! Dasar munafik. Di depan aja bilangnya cuma temenan biasa. Tapi aslinya suka sama Langit." Gumam Evelyn lagi seraya menggelengkan kepalanya.

Evelyn menutup buku diary itu, lalu bergegas bangkit. "Gue bacanya nanti aja." Ucap Evelyn lalu kembali membuka satu per satu barang-barang Alara.

Di dekat lampu tidur, Evelyn melihat ada sebuah foto. Karena penasaran, Evelyn mencoba melihatnya lebih dekat.

Di dalam foto itu terdapat Alara dan seorang cowok bertopi hitam. Evelyn tidak mengenal cowok itu, mukanya terlihat sangat asing.

"Ini selingkuhannya Alara?." Tanya Evelyn entah pada siapa.

Evelyn terdiam saat mendengar suara dari luar, tepatnya di ruang tamu. Sepertinya ada yang datang.

Karena tidak ingin ketahuan, Evelyn segera meletakkan foto itu lalu bergegas keluar kamar Alara, tak lupa juga membawa buku diary berwarna biru itu bersamanya.

Sebelum keluar, Evelyn mengecek situasi terlebih dahulu dengan cara melongokkan kepalanya keluar. Setelah dirasa situasi aman, Evelyn lekas berlari menuju kamarnya.

Cklek.

Evelyn mengunci pintunya dengan perasaan lega. Entah siapa yang datang, mungkin itu adalah Disa yang kembali pulang untuk mengambil salah satu barangnya yang tertinggal.

Entahlah, Evelyn tidak terlalu memikirkannya. Yang terpenting, dirinya dalam keadaan aman. Dan satu lagi, dirinya juga mendapatkan buku diary Alara. Buku yang pasti menyimpan banyak rahasia di dalamnya.

***

Tok! Tok! Tok!

"Bian."

"Bian bukain pintunya."

Bian yang sedang mengerjakan tugas sekolah tanpa sadar berdecak pelan saat seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabaran.

Cklek!

"Kenapa?." Tanya Bian sedikit kesal.

"Aku boleh masuk kamar kamu?." Ucap gadis dengan bandana kuning yang ada di kepalanya.

"Thalia dimana?." Tanya Bian balik bertanya.

"Thalia udah tidur. Tadi udah aku selimutin kok."

Bian mengangguk.

"Jadi gimana?." Tanya gadis itu sekali lagi.

"Apanya?."

Gadis itu mencebikkan bibirnya. "Aku pengen masuk kamar kamu. Boleh ya?."

"Buat apa?. Lain kali aja deh, gue lagi ngerjain tugas."

"Please boleh ya? Aku nggak akan ganggu kamu kok. Aku cuma mau masuk aja. Beneran deh." Ucap Kiara dengan menunjukkan tanda peace.

"Ck, yaudah deh." Ucap Bian lalu menggeser badannya, mempersilahkan Kiara masuk.

Kiara duduk di pinggiran ranjang, sementara Bian duduk di kursi yang menghadap ke meja belajar.

"Aku mau tanya boleh?." Ucap Kiara setelah beberapa saat tercipta keheningan.

"Hm."

"Kamu pacaran sama Evelyn udah berapa lama?." Tanya Kiara.

"Lima bulan, kenapa?."

Kiara menggeleng. "Enggak kenapa-napa. Cuma pengen tau aja. Oh iya, kamu suka sama Evelyn dengan alasan apa?."

Bian menghentikan gerakan tangannya. Kepala cowok itu menoleh ke belakang menatap Kiara. "Alasan?."

"Iya, alasan. Karena Evelyn cantik, kaya, famous atau apa gitu?."

Bian menghela nafas. "Gue sayang sama Evelyn ya karena dia Evelyn. Gue nggak punya alasan lain seperti yang lo bilang. Evelyn itu istimewa. Semua yang ada dalam dirinya nggak akan ada sama orang lain." Ucap Bian diakhiri senyuman tipis saat mengingat wajah Evelyn.

Kiara terdiam ditempatnya. "Kamu beneran sesayang itu sama Evelyn?."

"Lo pasti tau jawabannya." Jawab Bian lalu kembali fokus pada tugas di hadapannya.

Sementara dengan Kiara, gadis itu diam. Kata-kata yang diucapkan Bian tersimpan di otaknya. Tentang bagaimana cowok itu menyayangi Evelyn tanpa alasan, dan juga tentang bagaimana cowok itu benar-benar sesayang itu pada Evelyn.

Kiara menghembuskan nafas panjang lalu berdiri dan berjalan keluar kamar Bian.

"Mau kemana?." Tanya Bian yang melihat Kiara membuka pintu.

Tanpa menoleh, Kiara menjawabnya dengan singkat. "Pulang."

Brak!

***

Seorang gadis berjalan dengan langkah lunglai memasuki rumah. Seragam yang dipakainya nampak kusut, juga dengan ikatan rambutnya yang sudah acak-acakan.

Gadis itu--Alara--masuk kedalam kamar kemudian mengunci pintunya dari dalam. Gadis itu melemparkan asal tas sekolahnya, lalu berdiri di depan kaca yang menampilkan refleksi dirinya.

Alara sungguh tertekan, setelah kejadian dimana berita bahwa dirinya berselingkuh tersebar, Alara merasa jera. Hari-harinya di sekolah hanya terisi oleh lontaran kata-kata buruk tentangnya dari semua siswa. Alara lelah, sungguh.

"Kenapa jadi kaya gini?." Tanya gadis itu entah pada siapa. Suaranya terdengar pilu menyayat hati. Gadis itu menahan mati-matian air mata yang hendak lolos dari kelopak matanya.

Tiada lagi hari tenang dalam hidupnya. Hari-harinya terasa sangat lambat dan mengerikan. Sungguh, sebelumnya Alara tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini. Dibenci semua orang, tanpa punya satu sandaran sekalipun. Apa ini termasuk karma untuknya?.

Belum lagi akhir-akhir ini, tubuhnya seakan lemah. Gadis itu sering merasakan lemas dan juga pusing. Entah apa yang terjadi padanya, Alara sungguh tidak tau.

Setelah puas menatap bayangannya di cermin, gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Sepertinya gadis itu akan berendam dengan air hangat. Alara hanya berharap, semoga beban pikirannya bisa sedikit menguap, bersamaan dengan air hangat yang memeluk erat tubuhnya.

***

Langit mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Kondisi cowok itu belum benar-benar pulih. Apalagi masih ada perban kecil yang berada di pelipis kanannya.

Cowok itu pergi tanpa tujuan. Sebenarnya Sela--bundanya--tidak mengizinkan Langit untuk pergi. Namun karena paksaan Langit, wanita paruh baya itu dengan berat hati membiarkan putranya pergi.

Langit memelankan laju motornya saat tiba di sebuah danau. Ini bukan yang pertama kalinya Langit datang kesini. Jika cowok itu sedang lelah atau banyak pikiran, maka tujuannya hanyalah ke danau ini. Dirinya kesini karena butuh ketenangan. Dan disini Langit mendapatkan apa yang dia mau. Suasana yang tenang, juga angin halus yang terkadang menerpa wajahnya.

Langit duduk di bangku yang berada di pinggir pohon, tepatnya dibawah pohon mangga yang sedang berbuah banyak. Langit duduk dan menatap lurus bentangan danau di hadapannya.

Pada saat-saat seperti ini, Langit selalu mengingat salah satu gadis. Ya, dia Evelyn. Langit sadar jika sampai saat ini, gadis itu masih menjadi yang nomor dua di hatinya, tepatnya setelah sang bunda. Langit sayang pada Evelyn, semua tau itu.

Namun sayang, sepertinya Langit harus berhenti berharap. Evelyn sudah mempunyai seseorang disampingnya. Seseorang yang bisa membuatnya tertawa tanpa pernah menangis. Bukan seperti dirinya yang hanya bisa menyakiti hati gadis itu.

Mungkin saja ini imbalan yang setimpal setelah apa yang dilakukan Langit dulu. Sebegitu naifnya sampai tidak menyadari sepenting apa peran Evelyn di hidupnya.

Jika batas mencintai yang paling dalam adalah merelakan, maka Langit akan melakukan itu semua, demi Evelyn. Bukankah seharusnya seperti itu?.

Langit menoleh kesamping saat tiba-tiba ada orang yang duduk disebelahnya. Dia adalah seorang gadis berhoodie hitam.

"Gue numpang duduk disini dulu ya." Ucap gadis itu dengan sebuah permen yang ada dimulutnya.

Langit enggan menjawab dan memilih kembali fokus pada kegiatan sebelumnya, yaitu memandangi danau tanpa berekspresi apapun.

"Btw lo ngapain sendirian disini?." Tanya gadis itu.

Langit melirik gadis itu sebentar. "Cuma gabut aja." Ucap Langit jelas berbohong. "Kalau lo?."

"Oh sama kalau gitu. Gue kesini juga karena gabut." Ucap gadis itu dengan enteng.

"Lo pernah denger rahasia danau ini nggak?." Tanya gadis itu mengubah topik pembicaraan.

Langit menggeleng. "Apa?."

"Katanya dulu ada yang bunuh diri disini. Cewek. Setau gue, dia bunuh diri karena depresi."

"Depresi karena apa?." Tanya Langit yang tertarik mendengarkan cerita seseorang yang duduk disampingnya.

"Katanya sih dia hamil setelah di perkosa sama pacarnya. Dan beberapa hari kemudian pacarnya itu kabur, ngilang gitu. Jadinya dia stress deh." Ucap gadis itu menjelaskan.

"Lo beneran?."

"Beneran. Oh iya, nama lo siapa? Kita belum kenalan loh."

"Gue Langit."

Gadis itu mengerutkan keningnya. "Langit? Langit yang diatas itu ya? Lo bercanda?" Ucapnya seraya menunjuk langit biru yang dihiasi awan putih.

"Bukan, nama gue emang Langit, Langit Nathano." Ucap Langit mengulangi.

"Oh, jadi nama lo beneran Langit. Yaudah deh, salam kenal ya." Ucap gadis itu diakhiri senyuman lebar.

Langit mengangguk sekilas. "Kalau nama lo?." Ucap Langit balik bertanya.

"Gue--"

Tut.....tut....

Gadis itu dengan tergesa-gesa mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Setelah menemukan apa yang dia cari, gadis itu bangkit dan sedikit menjauh dari Langit.

"Iya ada apa?."

".............."

"Sekarang?."

"........"

"Oh, yaudah deh, bentar lagi gue kesana."

Samar-samar Langit masih bisa mendengar ucapan gadis itu karena memang jarak keduanya yang tidak terlalu jauh.

Tak lama kemudian, gadis itu kembali menghampiri Langit. "Gue duluan ya, semoga kita bisa ketemu lagi. Oh iya, saran gue lo jangan sampai ngelamun ya, entar ada yang nyamperin lo. Siapa tau hantu perempuan itu mau gangguin lo. Hahaha."

"Udah ah, gue pergi dulu. Bye, Langit." Ucap gadis itu lalu berlari kencang meninggalkan pinggiran danau.

Langit menatap punggung yang mulai menjauh itu. Gadis itu banyak berbicara dan pintar mencari topik. Bahkan saking fokusnya bicara pada gadis itu, Langit sempat melupakan beban pikirannya untuk sejenak.

Langit mengedarkan pandangannya, memperhatikan suasana sekitarnya yang sangat sepi. Tidak ada seorang pun disana kecuali Langit.

Tanpa diminta, Langit kembali mengingat ucapan gadis tadi yang mengatakan bahwa ada yang bunuh diri di tempat ini. Tiba-tiba saja Langit menjadi takut.

Langit memutuskan untuk berdiri dan berjalan menuju motornya, melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti.

Di tengah kegiatannya membelah jalan raya, ada sedikit harapan yang timbul di hati Langit. Semoga saja dirinya bisa kembali bertemu dengan gadis tadi, gadis yang cerewet yang sempat mengobrol dengannya.

-tbc-
.
.
.

Penasaran siapa gadis yang ngobrol sama Langit nggak? Kalau penasaran, ikuti terus cerita ini. Oke?

Maaf ya, update nya lama. Soalnya authornya masih sekolah. Jadi sibuk gitu😑

Tapi nggak papa kok, aku bakalan terus up sampai cerita ini tamat. Tungguin aja ya.
.

Spam 💙💙💙

Spam🐰

Spam 🍁🍁🍁

Spam 'next!'

Spam kata semangat buat aku.

Makasih.

.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Bye-bye

-Senin, 25 Juli 2022

Mocca_bii
🌼🌼

Continue Reading

You'll Also Like

AFARGI [ END ] By Ai

Teen Fiction

8.2K 2.5K 44
Follow dulu sebelum baca!! Ditulis berdua!! @NurulAiniHilda @Jvtaylnda_ *** Kami tidak melupakan mu. Dia tidak menghancurkan persahabatan kita. Waktu...
63.2K 2.3K 41
Tentang cinta yang hilang.... Penasaran???!!!! Yok mampir, silahkan di baca❤️
602K 43.2K 47
(Transmigrasi story) Alangkah baiknya jika follw sebelum membaca>< Aleana Azquina siswi SMA biasa yang tiba-tiba saja terbangun di ruang kelas yang d...
37.6K 1.7K 41
Denata Allesandra. Gadis misterius dengan identitas yang dipenuhi tanda tanya. Manusia hanyalah serangga busuk baginya yang sekejap pun bisa ia hilan...