Sweet 25

By hellothenana

129K 9.5K 2.3K

Ada tiga hal yang sangat Tata benci di dunia ini. Yang pertama Lavender-mantannya, yang kedua corona, dan yan... More

Sweet 25 | Prolog
Sweet 25 | Bagian 1
Sweet 25 | Bagian 2
Sweet 25 | Bagian 3
Sweet 25 | Bagian 4
Sweet 25 | Bagian 5
Sweet 25 | Bagian 6
Sweet 25 | Bagian 7
Sweet 25 | Bagian 8
Sweet 25 | Bagian 9
Sweet 25 | Bagian 10
Sweet 25 | Bagian 11
Sweet 25 | Bagian 12
Sweet 25 | Bagian 13
Sweet 25 | Bagian 14
Sweet 25 | Bagian 15
Sweet 25 | Bagian 16
Sweet 25 | Bagian 17
Sweet 25 | Bagian 18
Sweet 25 | Bagian 19
Sweet 25 | Bagian 20
Sweet 25 | Bagian 21
Sweet 25 | Bagian 22
Sweet 25 | Bagian 23
Sweet 25 | Bagian 24
Sweet 25 | Bagian 25
Sweet 25 | Bagian 27
Sweet 25 | Bagian 28
Sweet 25 | Bagian 29
Sweet 25 | Bagian 30
Sweet 25 | Bagian 31
Sweet 25 | Bagian 32
Sweet 25 | Bagian 33
Sweet 25 | Bagian 34
Sweet 25 | Bagian 35
Sweet 25 | Bagian 00
Sweet 25 | Bagian 36
Sweet 25 | Bagian 37
Sweet 25 | Bagian 38
Sweet 25 | Bagian 39
Sweet 25 | Bagian 40
Sweet 25 | Bagian 00
Sweet 25 | Bagian 41
Sweet 25 | Bagian 42
Sweet 25 | Bagian 43
Sweet 25 | Bagian 44
Sweet 25 | Bagian 45
Sweet 25 | Bagian 46
Sweet 25 | Bagian 00
Sweet 25 | Bagian 47
Sweet 25 | Bagian 48
Sweet 25 | Bagian 49
Sweet 25 | Bagian 50
Sweet 25 | Bagian 51
Sweet 25 | Bagian 52
Sweet 25 | Bagian 53
Sweet 25 | Bagian 54
Sweet 25 | Bagian 55

Sweet 25 | Bagian 26

1.3K 121 8
By hellothenana

Setiap bab Sweet 25 itu yang baca lumayan banyak. Tapi karena banyak siders kesannya jadi sepi kaya kuburan.

Tinggalkan jejak ya guys. Biar kaya ada kehidupan gitu loh, nggak sepi-sepi banget.

Let's vote and comment as much as you want!!🖤🖤

——

Now Playing | Don't Stop Believing - Journey

——

Bagian 26 | Office Tour

***


"STOOOPP!!!" Teriak Tata sambil merentangkan kedua tangannya. Dia menghadang mobil Arash agar tidak masuk ke halaman rumahnya.

Arash menyumbulkan kepalanya sedikit dari jendela mobil. "Kenapa sih, Sist? Mau masuk nih!" Tanya-nya kesal.

"Turun lo!" Perintah Tata.

"Ini juga mau turun. Tapi, mau masukin mobil dulu. So, bisa bergeser sedikit Sistah? Gerbangnya juga tolong dibuka lebih lebar," jawab Ero malah balik memerintah.

"Sialan!" Umpat Tata kesal.

"Anak gadis nggak boleh ngumpat," seloroh Arash.

"Emang Tata masih gadis?" Sahut Nolan lirih. Sayangnya mau selirih apapun, suara Nolan tetap terdengar menggelegar.

Tata membalik tubuhnya. Matanya memicing. Menatap Nolan yang sedang duduk di depan pos satpam rumahnya dengan tajam. Mungkin jika tatapannya adalah leser bisa dipastikan kalau kepala Nolan akan terbelah karena saking tajamnya.

Nolan meringis. Dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Seperti gerakan meminta maaf. "Canda, Miss. Canda," ucapnya. "Peace," imbuhnya. Kini, tangannya yang tadinya menangkup berganti menjadi seperti pose dua jari.

"Canda-canda. Sembarangan banget lo! Emang lo pikir kalo bukan anak gadis gue anak apa? Anak lanang?" Kesal Tata.

"Ya bukan atuh, masa anak lanang. Anak perawan dong," jawab Nolan.

"Lah emang gue masih perawan?" Bingung Tata sambil menunjuk dirinya sendiri.

Nolan tak kuasa menahan tawanya saat mendengar ucapan Tata. "Haha sialan!"

"Hellow everyone! Ini mau sampai kapan ya arisannya? Tuan muda Arash mau masuk nih. Di luar panas banget," sahut Arash. Yang benar saja dirinya dianggurin seperti ini. Mana di luar panas banget lagi. Ya meskipun dia ada di dalam mobil. Tapi tetap saja, planet Bekasi mataharinya ada dua. Panasnya bisa menerobos masuk kaca mobilnya.

"Mobil doang mahal tapi AC-nya nggak dinyalain," sindir Nolan.

"Sorry ya mau sedingin apapun AC mobil gue tetep aja nggak bisa meluluh-lantahkan panasnya planet Bekasi yang kedudukannya adalah pusat tata surya," jawab Arash tak terima.

"Heleh!" Ledek Nolan.

"Sialan! Minggir lo!" Arash sudah bersiap untuk menyalakan mobilnya sebelum akhirnya Tata datang menghampiri dan menggedor pintu mobilnya dengan kasar. "Apa lagi Ya Gusti?!" Arash kesal.

"Keluar!" Titah Tata.

"Ck!" Arash berdecak kesal. Meski begitu dia tetap menuruti perintah Tata untuk keluar.

BLAAAMM

Pintu mobil di tutup dengan kencang saat Arash sudah keluar. Hal ini menimbulkan bunyi keras yang mendebam.

"Kenap–aw! Aduh Sist! Are you crazy?! Oh My Gosh!" Ucapan Arash terpotong kala Tata menyemprotkan disinfektan padanya dengan brutal.

Tak mengidahkan Arash, Tata tetap menyemprotkan disinfektan pada Arash dengan brutal. Sebrutal orang yang pakai parfume kalau mau ketemu gebetan.

"Kena muka gila!" Ucap Arash kesal.

"APA-APAAN SIH LO!" Teriak Arash yang amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Tangannya bergerak untuk merebut disinfektan spray yang sedang dipegang Tata.

"Balikin!" Pinta Tata. Tangannya meraih-raih ke atas untuk merebut balik disinfektan yang sedang di pegang Arash dan di keataskan.

"Lo tuh keterlaluan tau nggak?!" Arash melemparkan botol disinfektan spray yang di pegangnya ke samping Tata. Hal ini membuat disinfektannya jatuh ke tanah dan menggelinding.

Setelah itu Arash langsung berbalik bandan dan kembali masuk ke dalam mobilnya.

BLAAAMM

Suara pintu mobil yang ditutup dengan keras kembali terdengar.

"Gue keterlaluan ya, Jeng?" Sesal Tata.

Mobil Arash sendiri sudah pergi bersama Sang pengemudinya. Bahkan sekarang sudah tidak terlihat. Terlalu cepat dimakan jarak. Arash mengemudikannya seperti dengan menggunakan kekuatan super saking cepatnya.

"Iya keterlaluan," jawab Nolan tanpa sadar. "Eh! Bukan-bukan, bukan gitu maksudnya. Keterlaluam tapi sedikit, iya cuma sedikit," ralat Nolan setelah sadar.

Tata menundukkan kepalanya. Ia jadi merasa bersalah pada Arash.

"Ya gue kesel karena dia nggak pernah ke sini. Eh giliran ke sini malah pas kantor barunya udah jadi," ucapnya.

Belum sempat Nolan menjawab teriakkan dari seseorang lebih dulu menginterupsi pendengaran mereka. "STOP-STOP!!! PAAAAK STOP DI SINIIIII!!!" Teriak orang tersebut.

"Putri?" Nolan bergumam.

"Aduh-aduh." Putri sedikit kesusahan saat melepas helm. "Nih, Pak. Terimakasih ya," ucapnya pada tukang ojek yang mengantarnya ke rumah Tata. Tak lupa dia juga mengembalikkan helmnya.

"Bayarnya, Mbak?" Tanya tukang ojek tersebut sambil mengadahkan tangan ke depan.

"Udah saya bayar lewat aplikasi," jawab Putri.

Mendengar itu tukang ojek tersebut pun langsung buru-buru membuka ponselnya. "Oh, iya. Ya udah saya pergi dulu. Terimakasih, Mba," pamitnya.

"Sama-sama," jawab Putri sekenanya.

"Aduh maaf saya telat ya, Bu? Tadi Abang ojolnya lama banget," ucap Putri.

"Nggak apa-apa," jawab Tata. "Nih Jeng, semprot!" Tata melemparkan botol disinfektan spraynya pada Nolan.

"Sorry ya, Put," izin Nolan sebelum mulai menyemprotkan disinfektan pada tubuh Putri yang kali ini terbalut baggy pants berwarna hitam, tank top putih dan cardigan pink. Serta sepatu kets berwarna putih keluaran salah satu brand sepatu paling ternama di dunia. Tak lupa dia juga memakai masker. Malah kali ini maskernya dua, masker kain berwarna putih dan masker medis berwarna biru.

"Iya Jeng. Santai aja," balas Putri.

***

"Eh bikin tiktok yuk!" Ajak Sisi.

"Tiktok apa? Goyang ubur-ubur? Nggak ah, sorry," jawab Laras.

"Apaan sih, Ras! Dikira tiktok cuma goyang ubur-ubur apa?!" Sewot Sisi.

"Ya udah apa?" Tanya Laras dengan nada yang terkesan menantang.

"Office tour check." Sisi berucap dengan mengikuti nada tiktok.

"Maksudnya?" Bingung Laras.

Sisi menunjukkan ponselnya pada Laras. "Ini loh," ujarnya. Di layar ponselnya kini tertampil sebuah video dari akun orang luar negeri sepertinya karena yang punya akun mukanya bule banget dan rambutnya pirang. Mereka menunjukkan kantor tempatnya bekerja dari berbagai sudut dan sisi. Selain itu, mereka juga memeberitahu fasilitas apa saja yang didapat selama bekerja di sana. Ada parkiran yang seluas samudera, fasilitas alat kesehatan seperti masker, handsanitizer, alat untuk mungukur suhu tubuh dan vitamin. Lalu kantin yang lebih mirip cafe tempat nongkrongnya anak-anak estetik, snack, makan siang empat sehat lima sempurna, gym, tempat istirahat, wi-fi yang selancar jalan tol dan sudah. Iya sudah, soalnya cuma itu yang mereka tunjukkan.

"Ooh ... Gitu!" Gumam Laras. "Eh, ngomong-ngomong soal kerja emang mereka udah bisa kerja kaya biasa ya? Gue tadi lihat parkirannya cukup ramai," imbuhnya.

"Emang mereka tinggal di mana?" Mas Syaiful yang terlihat sedang sangat fokus di depan komputer ikut menyahuti.

"Sebentar gue stalking dulu akunnya," balas Sisi. Sejurus kemudian ia sudah langsung melanglang-buana di ponselnya. "Ooh! Australia. Iya mereka tinggal di Australia," ucapnya. Akun ini merupakan personal akun cuma tadi yang muncul di video office tour check ada empat orang, makanya Sisi bilang mereka.

"Tau dari mana lo dia tinggal di Aussie?" Tanya Laras.

"Gue scroll sampai bawah nemu beberapa videonya yang lagi jalan-jalan disekitar Opera House. Terus di bionya juga ditulis, Sydney, Australia," jawab Sisi. 

"Ooh gitu. Mantul juga bakat stalking lo," puji Laras.

"Yeesss, gitu! Itumah jangan ditanya, Ras!" Sisi ke-PDan.

"Eh jadi nggak, Ras?" Imbuhnya.

Laras mengernyitkan dahinya bingung. "Jadi apa?" Dia balik bertanya.

"Ck, dasar pelupa!" Kesal Sisi. "Bikin video tiktok office tour check," tambahnya.

"Emang boleh sama Bu Tata?" Tanya Laras.

Sisi mengernyit. "Eem ... Nggak tahu sih. Nanti deh gue tanya dulu," jawab Sisi.

"Lo nggak takut emang?" Tanya Laras ambigu.

"Takut apa?" Tanya balik Sisi.

"Nanya hal kaya gitu sama Bu Tata," jawab Laras.

"Nggak lah, ngapain takut orang kita sama-sama manusia yang makan nasi. Eh tapi gue lihat Bu Tata seringnya makan oatmeal atau nggak mashed potato sih. Tapi gue pernah lihat beliau makan nasi juga, tandanya dia doyan nasi kan?" Jelas Sisi panjang lebar. Tak lupa di akhir dia juga meminta persetujuan. "Tapi bukan berarti gue nggak segan sama beliau ya! Gue segan banget lah gila!" Tambahnya.

"Bagus deh kalau lo masih segan," sahut Putri.

Mendengar itu air muka Sisi langsung berubah. Mungkin jika yang mengatakan kalimat itu Laras, Sisi akan dengan senang hati tertawa karena Laras memang sudah biasa bercanda dan sarkas padanya. Tapi ini yang bilang Putri, nggak tahu deh Sisi harus apa. Yang jelas nada saat Putri mengatakan kalimat tersebut terdengar sangat tidak enak.

Laras bingung harus bereaksi apa agar bisa kembali mencairkan suasana yang kini tengah sedikit membeku. Tidak sebeku antartika memang, tapi cukuplah untuk membuat keadaan menjadi sedikit canggung.

"Eh itu Bu Tata, Si! Katanya tadi lo mau ada yang diomongin," Ucapnya sedikit keras saat melihat Tata datang dari arah pintu dengan memebawa tentengan berupa totebag yang cukup besar.

Dalam hati Laras merapal banyak syukur atas kedatangan Tata. Setidaknya dengan kedatangan Ibu Boss mereka, keadaan yang tadinya membeku bisa mulai mencair sedikit demi sedikit.

"Ngomong apa?" Tanya Tata sambil membagi-bagikan snack.

"Ee ... anu, Bu. Ini, anu ...," Ucap Sisi terbata-bata.

"Anu apa sih?" Tanya Tata dengan nada yang sedikit keras. Tata memang tidak suka dengan orang yang kalau ngomong terlalu bertele-tele. Tinggal ngomong langsung apa susah sih.

"Mau bikin tiktok boleh nggak, Bu?" Izin Sisi takut-takut.

"Tiktok apa?" Tanya balik Tata.

"Tiktok itu loh Miss, aplikasi yang buat share-share video pendek. Masa lo nggak tahu, orang lagi nge-hype banget," sahut Nolan dari belakang Tata. Dia masuk dengan membawa tentengan yang sama dengan yang dibawa Tata.

"Iya gue tahu tiktok. Cuma kan video di tiktok beragam. Maksudnya gue tanya 'tiktok apa?' itu artinya gue tanya 'mau bikin video kaya apa?'. Gitu loh," terang Tata.

Nolan membulatkan bibirnya menjadi seperti bentuk hurup o. "Ooh gitu!" Ujarnya.

Tata mengangguk lalu kemudian kembali membagi-bagikan snack box pada timnya yang belum kebagian.

"Mau buat tiktok yang kayak gimana?" Tanya Tata pada Sisi.

"Kayak gini, Bu." Sisi menyerahkan ponselnya pada Tata.

Di layar ponselnya kembali terputar video yang sama seperti yang tadi diperlihatkannya pada Laras. Bedanya hanya sekarang yang melihatnya Tata yang notabene-nya adalah Ibu Boss-nya.

"Ooh gitu. Kemarin Daniell bikin yang school check," cerita Tata.

"Serius, Bu?" Tanya Sisi antusias.

"Serius lah. Lagian ngapain saya bohong, emang ada benefit-nya?"

"Nggak ada sih Bu, hehe," jawab Sisi. "Nanti saya mau cari akunnya Mas Daniell ah," tambahnya.

Tata hanya meresponnya dengan anggukan. Sedangkan Sisi langsung kembali mengotak-atik ponselnya. Jarinya bergerak lincah di atas ponsel yang tempered glass-nya sudah retak itu.

"Jadi boleh kan, Bu?" Izin Sisi, lagi.

"Boleh," jawab Tata santai seperti tanpa beban. Bahkan tangannya masih lihai membagi-bagikan snack.

"Serius, Bu?" Tanya Sisi masih tidak percaya.

"Emang saya kelihatan kaya orang yang lagi bercanda?" Sarkas Tata.

Sisi nyengir. "Enggak sih, Bu. Hehe."

"Berarti ini beneran boleh ya, Bu?" Tanya Sisi lagi, memastikan.

"Ngomong sekali lagi kamu saya kasih piring cantik, Si!" Kesal Tata.

"Enggak, Bu. Enggak!" Takutnya.

"Tapi kalo mau ngasih piring cantik saya dengan senang hati tidak menolak," lanjutnya sambil terkekeh pelan.

Pandangan mata Tata menyipit. Seperti hendak marah. Sebelum itu benar-benar terjadi Sisi langsung membalikan badan dan berjalan menuju tempat Laras berdiri.


"Yeay!!!" Girang mereka berdua.

"Dasar!" Tata terkekeh. Tidak jadi marah dia.

"Haha." Laras dan Sisi tertawa bersama.

"Tapi ingat!" Belum selesai kegirangan mereka eh malah sudah mau dapat interupsi lagi.

"Ingat apa, Bu?" Tanya Laras.

"Jangan kasih tahu secara spesifik ke orang-orang kalian kerja di mana," jawab Tata.

"Siap, Bu!" Balas Laras dan Sisi.

"Tapi kalau mau ngasih clue boleh, asal sedikit aja. Biar orang-orang pada penasaran, ya nggak Miss?" Sahut Nolan.

Tata mengangguk. "Kalau ada yang kepo cuekkin aja. Belum saatnya orang-orang tahu tentang Monochrome," ucapnya.

"Baik, Bu. Kami tahu batasan kok," balas Laras.

"Good!" Ucap Tata. "Nih." Tata memberikan sekotak snack pada Sisi lalu Laras.

"Terimakasih, Bu," jawab mereka bersamaan.

"Buat sekarang yuk, Ras?" Ajak Sisi.

"Yuk! Mumpung masih nganggur," jawab Laras antusias.

Ngomong-ngomong soal nganggur, mereka memang belum mulai aktif kembali karena kantor Colorè baru jadi. Jadi, beberapa hari kebelakang mereka masih harus beres-beres dulu. Tapi kalau untuk bagian produksi sih sudah mulai aktif, mereka hanya tinggal mejahit kain yang sudah dipola dan potong oleh Tata dan Nolan, jadi simple. Lumayan juga, itung-itung nyicil.

"Yeee! Tadi aja diajakin bilangnya 'nggak ah, sorry' eh malah sekarang semangat banget kaya pejuang kemerdekaan," sindir Sisi.

"Soalnya ini bukan goyang-goyang. Kalau goyang-goyang kan, gue nggak bisa," jawab Laras disertai cengiran khasnya.

"Huh!" Sisi mendengus.

"Geseran dong, Ras!" Tambahnya. Dia menarik Laras dengan tidak manusiawinya untuk lebih mendekat.

"Okay, siap?" Tanya Sisi.

"Siap!" Jawab Laras. Dia sudah mulai senyum selebar senyum di iklan pasta gigi.

"Eh, Jeng Nolan mau ikut nggak? Atau siapa yang mau ikut lagi biar ramai?" Tanya Sisi tiba-tiba.

Rasa-rasanya Laras ingin mengumpat. Dirinya sudah senyum lebar-lebar sampai tulang pipinya sakit eh malah belum jadi.

"Gue ikut deh." Mas Syaiful datang menghampiri Laras dan Sisi untuk bergabung.

"Jeng Nolan gimana?" Kini Laras yang bertanya.

"Ikut deh," jawab Nolan.

"Miss Tata ayo ikut," imbuhnya mengajak Tata.

"Kalian aja," tolak Tata dengan pandangan yang tidak terlepas dari komputer sama sekali.

"Oh ya udah," balas Nolan sekenanya.

"Mau ikut nggak, Put?" Tanya Sisi pada Putri. Sebenarnya sih nggak niat mengajak, cuma buat formalitas aja.

"Nggak!" Jawab Putri agak ngegas.

"Ya udah!" Balas Sisi tak kalah ngegasnya.

"Okay, semuanya siap ya?" Interupsi Sisi.

"Siap!"

"Satu ... dua ... tiga!"

"Eyyoo! Office tour check!" Ucap Laras, Sisi, Nolan dan Mas Syaiful bersamaan.

Selanjutnya Sisi mulai mengambil video dari bagian-bagian kantor Monochrome. Dia juga menunjukkan fasilitas-fasilitas yang Tata sediakan. Seperti kubikel yang disekat karena masih corona, alat kesehatan, pantry beserta mini cafetarianya yang super instagramable, ruang istirahat yang menyediakan berbagai sofa dan sudut yang berbeda, ruang meeting yang super kece dan snack. Ngomong-ngomong soal snack, snack kali ini terdiri kacang almond sangrai, beberapa keping crackers, keju slice, apel dan anggur.

Cr : Pinterest

"Eh gue ke bawah dulu ya. Mau shoot carport," izin Sisi setelah mem-pouse videonya.

"Okay."

"Ini udahan nih?" Tanya Mas Syaiful.

"Iya Mas udah. Makasih ya, nanti gue taruh username instagram Mas Syaiful di caption," jawab Sisi.

Mas Syaiful hanya tertawa kecil saat mendengarnya.

"Mau ikut nggak Ras?" Tanya Sisi pada Laras.

"Nggak. Lo aja," tolak Laras.

"Ya udah," Sisi melengos. "Bu Tata saya izin shoot carportnya ya?" Tanya-nya meminta izin pada Tata.

"Iya. Kalau mau shoot halaman belakang juga boleh," jawab Tata.

"Siap, Bu!" Bukannya keberatan, Sisi malah berteriak girang.

'Halaman belakang rumah Bu Tata kan bagus banget. Lumayan nih buat pansos, haha!' Batinnya.

By the way, Tata memang membebaskan semua yang bekerja di Colorè menikmati fasilitas yang dia berikan. Termasuk halaman belakang. Saking niat, Tata sampai mendekor halaman belakang rumahnya menjadi sangat aesthetic. Ada bangku taman dari kayu alalmi. Lampu-lampu tumblr yang di gantung di atas, ayunan besar dan gazebo ala pinterest.

***

Tbc–

Kayaknya ini part terpanjang yang pernah aku tulis wkwk. Kalian lebih suka part yang langsung kaya gini tapi panjang atau yang dibagi 2 tapi gak terlalu panjang?

Continue Reading

You'll Also Like

209K 7.1K 46
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...
660K 131K 44
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
861K 42K 46
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
4.9M 267K 53
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...