DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU

By Putriameilia31

34.5K 2.5K 71

Setelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU 2
EXTRA PART NEW VERSION
LET GO (FANFIC BTS)
AKHIR YANG TERBAIK (DIMA 2)
AKHIR YANG TERBAIK (CANCEL)

Part 65

184 12 0
By Putriameilia31

Keesokkan Harinya.

R. VVIP 220 Sp. Kanker.

Putri masih tertidur dengan nyenyak sehingga ia belum tahu bahwa mama dan papanya sudah ada di sampingnya.

"Ma... pa... maafin Fadil ya karna gak kasih tahu mama sama papa tentang kondisi Putri... Putri yang larang Fadil buat kasih tau kalian, dia gak ingin lihat kalian sedih... Dia gak mau jadi alasan atas air mata yang turun dari mata kalian... Jadi Fadil mohon pa.. ma.. jangan perlihatkan kesedihan kalian pada Putri... Karna Hesti selalu bilang ke Fadil bahwa Putri tidak butuh tangisan dan rasa kasihan, Putri hanya butuh semangat dari orang terdekatnya...." ucap Fadil memandang lekat wajah adiknya yang tertidur.

Mama Kia sudah menangis di pelukan papa Gilang. Ibu mana yang tidak menangis melihat kondisi anaknya sekarang.

"Iya Fadil... papa tahu, papa dan mama paham kenapa kamu tidak memberitahukannya sama kita... Tapi papa dan mama berhak tahu kondisi Putra dan Putri papa mama... Kita juga sakit kalo kalian sakit. Lain kali kalo ada apa-apa kamu harus bilang ke papa dan mama walaupun itu menyakitkan... Kita akan selalu memberikan semangat pada Putri seperti yang Hesti bilang, tapi ngomong-ngomong siapa Hesti?" Jawab papa Gilang sambil menanyakan siapa nama asing yang disebutkan Fadil tadi.

"Dia dokter yang merawat Putri selama ini... Dia dokter yang bisa menjelma menjadi motivator untuk Putri pa... Dia yang bisa membangkitkan semangat Putri untuk sembuh waktu itu (suara Fadil bergetar). Bahkan Fadil hampir putus asa karna Putri sama sekali gak mau makan waktu dia tahu dia mengidap penyakit jahat itu... Sampai akhirnya, datang manusia berhati malaikat yang mampu mengembalikan senyum Putri ma... jadi mama gak perlu nangis (Fadil mendekati sang mama dan menghapus air mata sang mama) Hesti selama ini yang selalu Putri tunggu kehadirannya... mama tahu gak?? Putri sangat sayaaaaangg dengan Hesti.... begitupun sebaliknya." Jelas Fadil menghapus air mata di ujung matanya.

"Antarkan mama bertemu dengannya Dil! Mama ingin berterima kasih padanya..." pinta mama Kia membuat Fadil menunduk.

"Dia sudah tidak di sini... dia sudah kembali ke Bandung. Bahkan untuk pamit pun dia menulis lewat surat, tidak secara langsung..." Jawab Fadil dengan tatapan sendu sedangkan papa Gilang sedaritadi menyadari ada perasaan lebih dari Fadil untuk Hesti saat Fadil menyebut namanya.

"Kau mencintainya?" Tanya Papa Gilang menepuk pundak sang jagoannya lalu Fadil membalas tatapan papanya.

"Iya pa... Fadil mencintainya... Fadil sangat mencintainya.... bahkan sampai-sampai Fadil takut kehilangannya pa... Fadil merindukannya...." jawab Fadil dengan nada yang sangat tulus.

"Tapi...." lanjut Fadil menggantungkan kalimatnya.

"Tapi apa nak? Dia sudah memiliki kekasih??" Tanya sang mama yang sudah tenang dari tangisnya.

"Dia wanita yang bisa membuat semua pasiennya menyayanginya... pasien saja menyayanginya apalagi orang-orang yang dekat dengannya..." Jawab Fadil membuat Papa Gilang paham apa yang dimaksud anaknya.

"Maksud kamu banyak saingan?" Tanya papa Gilang tepat sasaran.

"Fadil! Doa dan takdir bisa mengalahkan segalanya! Sebanyak apapun sainganmu untuk mendapatkannya, kalo memang dia jodohmu dia akan memilihmu..." Ucap mama Kia membuat Fadil yakin dan tersenyum.

"Kalo kamu memang mencintainya... Hari ini papa akan melamarkan dia untukmu." Tambah papa Gilang membuat Fadil terkejut.

"Tapi papa, hari ini Reza akan menembak Hesti di Bandung." Ucap Fadil mulai putus asa lagi.

"Reza??? Sahabat karibmu itu??" Tanya sang mama dijawab anggukan oleh Fadil.

"Apa yang Reza lakukan akan kalah dengan apa yang kamu lakukan nak..." Jawab papa Gilang yakin.

"Tapi papa tidak akan memaksamu... Papa hanya ingin melihatmu bahagia..." Tambah papa Gilang.

Bandara.

Hesti sudah menunggu Reza di tempat duduk bandara.

"Assalamualaikum dokter cantik." Salam Reza langsung duduk di samping Hesti, dan Hesti langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

"Wa'alaikumussalam kak Reza." Jawab Hesti dengan senyum tulusnya.

"Addduhh senyumnya... kak Reza kangen tahu lihat senyum kamu Hes..." Ucap Reza membuat Hesti tertawa kecil.

"Kak Reza!! baru datang juga.." Ucap Hesti malu.

"Lohh kak Reza serius... bahkan mungkin bukan hanya kak Reza yang merindukan senyum itu. Putri, Aulia, Rani, Lutfi, Lutfar, dan..." ucap Reza gantung dan Hesti menunggu sambil menaikkan alisnya.

"Dan tentunya pasien anak yang ada di sana... Apalagi Aisyah, dia bahkan bilang kalo tugas kamu belum selesai di Jakarta karna mereka belum sembuh." Lanjut Reza membuat Hesti sedikit tertawa.

"Oh yaa??? Aisyah bilang gitu... anak yang lucu." Tanya Hesti memastikan dan dijawab anggukan oleh Reza.

"Yaudah yukk kak... oh ya kak Reza mau tidur di rumah Hesti atau mau di hotel aja?" Tanya Hesti sambil berjalan bersama Reza.

"Kak Reza di hotel aja... Takutnya nanti malah timbul fitnah kalo kak Reza tidur di rumahmu... Kalo udah sah baru deh gak apa-apa, jangankan serumah seranjang aja gak apa-apa..." Jawab Reza membuat Hesti kaget.

"Apa maksud kak Reza bilang gitu?" Gumam Hesti dalam hati.

"Ayoo Hes! Tuh ada taxi!" Ajak Reza membuyarkan lamunan Hesti.

"I-iya kak." Jawab Hesti sambil sedikit berlari dengan tangan yang masih digenggam Reza erat.

Di dalam Taxi.

"Hes, ke Hotel dulu ya... mau taruh tas dulu habis itu langsung ke rumah sakit jengukin bunda kamu dan sekaligus aku pengen ngomong sesuatu..." Ucap Reza membuka pembicaraan.

"I-iya kak." Jawab Hesti gugup.

"Kenapa sikap kak Reza jadi aneh ya??? Gak! gak mungkin!" Gumam Hesti menepis pikirannya tentang Reza.

Setelah dari hotel Reza dan Hesti langsung cuusss ke rumah sakit.

RS. Jaya Abadi Cabang Bandung.

Saat di bagian resepsionis tak sengaja Hesti dan Reza bertemu dengan Syifa.

"Assalamualaikum Dr. Hesti." Salam Syifa dengan senyum tulusnya.

"Wa'alaikumussalam Syifa." Jawab Hesti membalas senyum Syifa.

"Darimana dok?" Tanya Syifa.

"Ini tadi jemput Dr. Sp. Kanker dari RS pusat... Kenalin namanya Dr. Reza." Jawab Hesti memperkenalkan Reza pada Syifa.

"Reza..." sebut Reza sambil mengulurkan tangannya pada Syifa.

"Syifa..." jawab Syifa tanpa membalas uluran tangan Reza dan hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Ohh iya... (Reza menarik tangannya kembali) salam kenal ya Syifa." Ucap Reza menetralisir keadaan dan dijawab senyuman tulus oleh Syifa.

"Yaudah Syifa saya ke ruang rawat Bunda dulu ya..." ucap Hesti.

"Iya dokter. Kalo begitu saya permisi dulu... Assalamualaikum." Jawab Syifa lebih dulu meninggalkan Hesti dan Reza.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Hesti dan Reza serempak.

Ruang rawat Bunda Sarah.

"Assalamualaikum ayah." Salam Hesti dan betapa terkejutnya dia karna ada tamu yang tak diundang.

"Wa'alaikumussalam." Jawab semua yang ada di situ. Tidak hanya Hesti yang terkejut namun juga dengan Reza.

"Hay Hes!" Sapa orang itu sedangkan Hesti masih terdiam.

"H-hay kak Fadil..." jawab Hesti gugup karna ya orang itu adalah Fadil dan dia tidak sendirian, dia bersama pria paruh baya sepertinya seusia ayahnya.

"Kenalin Hes... ini papaku. Pa, itu Hesti." Ucap Fadil memperkenalkan papanya pada Hesti. Hesti langsung mencium tangan papa Gilang lalu tersenyum.

Ayah Irfan berdiri dan merangkul pundak anaknya.

"Fadil dan om Gilang kesini untuk bertemu denganmu nak... om Gilang memintamu untuk nak Fadil pada ayah bunda tadi... tapi ayah dan bunda belum menjawab karna menunggumu... Sekarang kamu beri jawaban nak, apakah kamu bersedia atau tidak?" Ucap sang ayah dan Hesti melihat ke arah bunda yang sudah sadar dan tersenyum padanya.

Hesti melirik ke arah Reza yang sedaritadi sikapnya aneh dan sungguh Hesti terkejut, Reza tersenyum membalasnya dan mengangguk kecil.

"Ayahhh... Hesti ingin Kak Fadil mengatakannya sendiri, Hesti ingin tahu seberapa tulus dan seriusnya kak Fadil meminta Hesti pada ayah..." Jawab Hesti membuat Fadil berdiri dan menghampirinya sedangkan sang ayah menepi.

"Hari ini di tempat ini di hadapan semua orang termasuk SAHABATKU, aku ingin menyampaikan niatku dan papaku kesini... Maaf kalo waktunya tidak tepat, tapi jujur semakin aku menunda niatku aku semakin takut kehilanganmu Hes... Ayah dan Bundamu sudah merestui, mereka hanya tinggal menunggumu menjawab. Apakah kau mau menemaniku dan selalu berada di sampingku? Bersediakah kau menjadi pendamping hidupku?" Ucap Fadil dengan menatap mata Hesti dalam dan tulus.

"Maaf kak Fadil... Hesti mau ngomong sebentar dengan kak Reza." Ucap Hesti membuat Fadil mengangguk lemah.

"Apa Reza sudah lebih dulu menyatakan perasaannya pada Hesti?" Gumam Fadil dalam hati.

Hesti mendekati Reza dan menarik tangan Reza menuju ayah dan bundanya.

"Ayah... bunda... kenalin ini kak reza, dia Dr. Sp. Kanker di RS pusat." Ucap Hesti memperkenalkan Reza pada ayah dan bundanya sedangkan papa Gilang menepuk bahu anaknya menguatkan.

"Assalamualaikum om tante.." salam Reza mencium tangan ayah dan bunda Hesti.

"Wa'alaikumussalam." Jawab ayah dan bunda serempak.

"Kak Reza... terima kasih sudah mau bantuin Hesti hari ini... Sekarang Hesti tahu apakah kak Fadil mencintai Hesti atau tidak (lirik Hesti ke arah Fadil yang terkejut) Kalo gak kayak gitu, kayaknya Hesti akan selalu nunggu deh kak..." ucap Hesti pada Reza didengar semua orang yang ada di situ.

"Sama-sama Hes... Gue cuman gemesss aja sama sahabat gue yang satu itu! Udah tahu cinta tapi gak mau bilang! Keburu diambil orang baru dia takut..." Jawab Reza melirik Fadil yang sedang menunduk karna malu.

Ya, saat perjalanan dari hotel ke RS memang Reza menceritakan niatnya datang kemari selain menjenguk bunda Sarah yaitu membuktikan cinta Fadil ke Hesti.

Hesti menghampiri Fadil dan mengangkat wajah Fadil agar menatapnya.

"Kakak takut kehilangan Hesti... Sedangkan Hesti lebih takut kak Fadil gak akan pernah menyatakannya pada Hesti..." Jawab Hesti tersenyum tulus membuat hati Fadil tenang.

"Kau bersedia?" Tanya Fadil memastikan dijawab Hesti anggukan yakin.

Fadil sangat gembira sampai-sampai dia hendak memeluk Hesti namun belum diperbolehkan oleh ayah Irfan.

"Bukan muhrim!" Cegah Ayah Irfan membuat Fadil mengalihkan pelukannya ke Reza.

"Thanks bro! Sorry soal kemarin..." Ucap Fadil membuat semua yang ada di situ tertawa.

"Tak masalah brother itu artinya lo cinta sama Hesti..." Jawab Reza membalas pelukan sahabatnya.

Satu minggu setelah lamaran Fadil pada Hesti, Lutfi pun menyatakan perasaannya pada Putri.

"Pagiiii bidadari cantik..." sapa Lutfi di ruangan Putri.

"Pagii kak Lutfi..." jawab Putri yang membenarkan hijabnya. Ya semenjak kemo Putri memutuskan untuk berhijab.

"Put... kak Lutfi pengen ngomong sesuatu sama kamu..." Ucap Lutfi serius membuat Putri menaikkan alisnya tanda bertanya.

"Kakak mencintaimu apa adanya... kakak ingin memiliki hatimu... kakak serius untuk kali ini Put... Maukah kau menjadi kekasihku?" Ucap Lutfi membuat Putri terkejut.

"Kakak merestui kalian..." Sahut Fadil membuat keduanya kaget.

"Tapi kan kak... Putri gak seperti gadis lain...ada gadis yang lebih baik dan lebih pantas untuk kakak dibandingkan Putri..." Jawab Putri menunduk menahan air matanya. Lutfi mengangkat wajah Putri untuk menatapnya.

"Yaaa, kamu memang gadis yang berbeda dari yang lain. Kamu gadis yang kuat, gadis yang unik, gadis yang lucu...gadis yang bisa membuatku jatuh cinta..." Ucap Lutfi membuat Putri tersipu.

"Jadi?" Tanya Fadil memastikan dan Putri hanya menjawab dengan anggukan.

Fadil teringat disaat dia melamar Hesti satu minggu yang lalu.

"Terima kasih dokter... sudah mengembalikan senyum adikku yang pernah hilang... terima kasih sudah membangkitkan semangatnya untuk sembuh... terima kasih sudah menjadi motivator adikku selama ini. Dokter itu motivator adikku (wajah Hesti muncul dalam pikirannya). Terima kasih..." Gumam Fadil dalam hati tersenyum tulus.

End :)

Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 729 55
Hahahaha, enak juga jadi anak tunggal ~Arjuna Beberapa tahun kemudian... Ah ternyata bunda masih bisa hamil lagi ~Arjuna
1.8K 142 19
Memiliki keluarga yang memiliki karir cemerlang di dunia militer membuat CLARA ANINTYAS BAGASKARA sulit untuk bebas di tambah lagi ia hanya anak tung...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.8M 96.2K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
438K 12.8K 17
Kinan itu diriku istri yang sama sekali tidak di cintai oleh suami nya sendiri yang di selingkuhi terang terangan di depan matanya, istri mana yang m...