DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU

By Putriameilia31

34.5K 2.5K 71

Setelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 64
Part 65
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU 2
EXTRA PART NEW VERSION
LET GO (FANFIC BTS)
AKHIR YANG TERBAIK (DIMA 2)
AKHIR YANG TERBAIK (CANCEL)

Part 63

76 10 0
By Putriameilia31

"Kak Hesti ngomong gini ke Putri..." ucap Putri hendak menyampaikan apa yang dikatakan Hesti untuk kakaknya namun tiba-tiba Lutfi memotong.

"Hhmmm Put, kak... Lutfi balik dulu ya.. udah malam soalnya takutnya Lutfar nungguin..." potong Lutfi pamit karna sudah malam dan pasti Lutfar juga sudah menunggunya untuk pulang.

Fadil yang awalnya serius menunggu perkataan Putri menghela nafas karna Lutfi memotong ucapan adiknya.

"Oohh iyaa... Fi, thanks yaaa... udah mau nemenin Putri tadi. Maaf kalo ngerepotin lo jadinya." Jawab Fadil dengan senyum terpaksa.

"Iya kak sama-sama... gak ngerepotin kok kak, justru gue bahagia karna disuruh nemenin bidadari tak bersayap seperti dia." Goda Lutfi sambil melirik Putri yang juga menatapnya dan kemudian Putri menundukkan pandangannya karna malu.

"Iyaaa... nanti lain kali gue suruh lo ngejagain adik gue berhari-hari... Masih mau juga lo???" Sahut Fadil membuat Lutfi menoleh ke arahnya.

"Waaaahhh gue gak keberatan kak... gue justru bahagiaaaa banget karna bisa jagain calon wanitaku yang satu ini...." Ucap Lutfi tersenyum menatap lekat wajah Putri yang masih menunduk.

Sedangkan pipi Putri semakin panas dan merah dan Fadil menyadari itu.

"Udaahh... udahh... sana lo balik! Lo gak lihat tuh muka adik gue merah gara-gara omongan lo barusan..." Ucap Fadil dengan senyum jahil.

"Yaudah deh kak.... tapi gue serius sama omongan gue tadi.... Dan itu bukan sekedar modus kak!" Jawab Lutfi sambil meninggalkan ruang rawat Putri. Sedangkan Fadil terkekeh melihat Putri masih menunduk malu.

"Udah kaliii malunya... toh orangnya juga udah gak disini! Cieeee salting anaknya..." Goda Fadil membuat Putri cemberut.

"Iiihhhh ini semua karna kak Fadil sihhh!! Yaudah Putri gak mau kasih tahu apa yang dibilang kak Hesti buat kakak!" Ucap Putri ngambek memalingkan wajahnya dari Fadil.

"Jangan gitu dong!! Itu kan amanah harus disampaikan... nanti Putri dosa lohh kalo gak menyampaikannya..." Ancam Fadil membuat Putri akhirnya memberitahukannya.

"Jadi Kak Hesti itu bilang, kalo kakak ada masalah... berdoa memohon petunjuk dan kemudahan dari-Nya... karna sebaik-baik teman curhat, hanya kepada-Nya lah tempat curhat yang paling baik... terus yang bikin Putri senyum-senyum sendiri itu, saat kak Hesti bilang kalo kakakmu mikirin masalah terus itu gak baik buat kesehatannya nanti bisa-bisa jatuh sakit malahan..." Jelas Putri sambil senyum-senyum menaikturunkan alisnya menatap kakaknya yang terdiam setelah mendengar penuturan Putri.

"Ciiieeee sampai gak goyahhh gitu.... bayangin apa kak??? Bayangin kak Hesti ngomong langsung di depan kakak yaa.... hahaha" tambah Putri menggoda kakaknya membuat Fadil tersadar.

"Mungkin Hesti bilang kayak gitu karna dia seorang dokter, udah pasti gak ingin kalo orang lain sakit..." Jawab Fadil menepis pikiran bahwa Hesti mengkhawatirkannya.

"Itu kan menurut kakak... kalo kenyataannya kak Hesti gak pengen orang yang disayanginya jatuh sakit gimana????" Goda Putri melihat dari sudut pandang yang berbeda.

"Ngacooo kamu Put!! Gak mungkin lah.... udah sana tidur!" Jawab Fadil mencoba mengendalikan perasaannya pada Hesti.

"Yaudah deh.... Putri juga udah ngantuk, selamat malam kak.... semoga ada kak Hesti dan Putri di mimpi kakak.... hehe." Ucap Putri membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya perlahan.

Sedangkan Fadil membaringkan tubuhnya di sofa dengan masih memikirkan perkataan Putri.

"Lagi-lagi lo beri harapan ke gue Hes.... lagi-lagi lo bikin gue berpikir bahwa lo juga punya perasaan yang sama ke gue... Ya allah jangan biarkan hati ini berharap kepada selain-Mu.... jagakan hati ini dan cinta ini hanya untuk jodoh hamba kelak.... dan hamba berharap jodoh hamba adalah dia Ya allah (membayangkan wajah Hesti)" gumam Fadil dalam hati lalu memejamkan mata perlahan.

Semenjak kejadian Fadil mendengar percakapan Reza dan Hesti, sikap Fadil pada Reza sangat acuh. Jangankan senyum, melihat wajah Reza saja dia tak ingin.

Fadil hanya bersikap cuek kepada Reza, tidak dengan yang lain. Awalnya, memang Reza berpikir mungkin sahabatnya itu sedang capek dan tidak ingin bicara.

Namun waktu demi waktu Reza mulai merasa kalau Fadil bersikap acuh hanya kepadanya. Dan satu minggu setelahnya, Reza memutuskan untuk menanyakannya langsung pada sang sahabat. Reza, Aulia, dan Lutfi yang akan memeriksa Putri hari ini.

R. VVIP 220 Sp. Kanker.

Tokk...tokkk...tokk...

Fadil yang awalnya duduk di samping ranjang adiknya beranjak berdiri dan membuka pintu.

Fadil sudah mengira yang datang adalah dokter-dokter yang memeriksa adiknya, dan salah satu dokter itu adalah sahabatnya sekaligus orang yang menusuknya dari belakang.

"Assalamualaikum Put." Salam Reza dengan senyum.

"Wa'alaikumussalam kak Reza." Jawab Putri membalas senyum Reza. Aulia dan Lutfi sudah berada di samping ranjang Putri, siap memeriksa. Sedangkan Reza sedang berjalan mendekati ranjang Putri.

"Put, kakak cari makanan dulu ya..." ucap Fadil pamit sambil berjalan menuju pintu dan otomatis dia akan berlawanan arah dengan Reza.

Reza sudah menduga bahwa sahabatnya pasti akan ijin keluar setiap dia memeriksa Putri.

Saat Fadil hampir saja melewati Reza, tiba-tiba Reza menepuk pundak Fadil membuat si empunya memberhentikan langkahnya tanpa menoleh ke arah sahabatnya.

"Lo mau kemana Dil?" Tanya Reza.

"Lo gak dengar tadi gue ngomong apa ke Putri!" Jawab Fadil sinis.

"Gue dengar... Tapi gue tahu sebenarnya lo gak cari makanan diluar..." Ucap Reza membuat semua yang ada di ruang rawat Putri menoleh ke arah dua sahabat yang sepertinya sedang ada masalah.

"Lepasin tangan lo dari pundak gue!" Ucap Fadil mulai emosi.

"Gakk! Gue gak akan lepasin. Gue pengen ngobrol sama lo sekarang!" Jawab Reza membuat Fadil menoleh ke arahnya dengan tatapan tak suka lalu memalingkan wajahnya lagi dari Reza.

"Nanti aja! Setelah lo periksa Putri..." Ucap Fadil.

"Gue mau ngobrol sama lo sekarang bukan nanti!" Jawab Reza benar-benar menyulut emosi Fadil.

"Lo punya kewajiban untuk periksa adik gue!! Lo mau lari dari tanggung jawab lo??" Ucap Fadil. Sedangkan suasana di ruang rawat Putri terasa tegang.

"Kenapa tuh kakakmu sama kak Reza?" Tanya Lutfi keponya kumat dijawab angkatan bahu oleh Putri. Sedangkan Aulia menjitak kepala Lutfi membuat Lutfi meringis.

"Adduhhh!!! Sakit tau..." rintih Lutfi mengusap kepalanya.

"Makanya lo diem aja! Gak usah ikut campur urusan kak Fadil dan kak Reza!" Jawab Aulia.

"Aulia, tolong periksa Putri ya... saya ada urusan sebentar sama Fadil..." Pinta Reza pada Aulia dan Aulia hanya mengangguk membuat Fadil tersenyum sinis.

"Lo lempar tanggung jawab lo ke Aulia??" sahut Fadil dengan senyuman sinis.

"Aulia itu assistent gue... dia yang akan menghandle semuanya disaat gue ada keperluan yang sangat penting..." Jawab Reza.

"Lo mau ngobrol sama gue... emangnya penting?? Gak penting kali!" Ucap Fadil benar-benar membuat Reza naik pitam.

Tanpa pikir panjang Reza langsung menarik tangan Fadil dan membawanya ke suatu tempat membuat Aulia, Lutfi, dan terutama Putri terkejut.

Karna setahu mereka Reza tidak pernah marah sampai segitunya. Spontan Putri khawatir melihat Fadil yang ditarik kasar oleh Reza.

"Kak... ayoo ikutin kak Reza sama kak Fadil! Putri takut mereka berantem.... ayoo kakk!" Ajak Putri pada Aulia dan Lutfi dengan raut wajah khawatir.

"Iyaa iyaa Put..." jawab Aulia sedangkan Lutfi mengambil kursi roda dan memindahkan tubuh Putri dari ranjang ke kursi roda.

"Ayo Fi!" Ucap Aulia sambil membawa infus sedangkan Lutfi mendorong kursi roda yang diduduki Putri.

Taman belakang RS.

Reza menarik Fadil ke taman belakang rumah sakit dan melepaskan tarikannya pada Fadil. Taman belakang RS memang jarang sekali dilewati pasien maupun karyawan.

"Maksud lo apa tarik-tarik gue ke sini!" Ucap Fadil emosi.

"Gue pengen lo jelasin kenapa akhir-akhir ini lo acuh ke gue??" Tanya Reza to the point dan Fadil hanya diam.

"Lo pikir gue gak tersiksa saat lo acuhin gue??? Sahabat gue ngacuhin gue sendiri... itu menyakitkan Dil!!" Lanjut Reza membuat Fadil yang awalnya memalingkan wajah dari Reza kembali menatap Reza dengan tatapan emosi.

Aulia, Putri, dan Lutfi berada tak jauh dari keberadaan Fadil dan Reza. Putri masih khawatir, takut kakaknya akan terluka.

"Kak Fadil itu sahabatnya kak Reza... Dan gue yakin kak Reza gak akan pernah ngelukain kak Fadil. Jadi, kamu gak perlu khawatir Put... Semarah apapun seorang sahabat, dia tidak akan tega melukai sahabatnya sendiri..." Ucap Lutfi menenangkan Putri, memegang pundak Putri membuatnya mendongak menatap Lutfi yang tersenyum melihatnya.

"Eekkhhmm...." deham Aulia yang ada di sebelah Lutfi membuat mereka tersipu.

"Lo bilang apa?? Lo tersiksa karna gue acuhin??? Lo bilang sakit rasanya??? (Fadil tersenyum miris) lo sadar gak?? Gue lebih tersiksa dan tersakiti karna ulah lo!!" Ucap Fadil membuat Reza mengerutkan kening.

"Apa yang gue lakuin ke lo sampai lo merasa tersakiti dan tersiksa??" Tanya Reza bingung.

"Lo suka sama Hesti... itu yang lo lakuin dan membuat gue tersiksa dan tersakiti!" Jawab Fadil membuat Reza semakin bingung kenapa Fadil mengira dirinya menyukai Hesti.

"Dari percakapan lo dengan Hesti satu minggu yang lalu... lo tahu gue suka sama Hesti, tapi kenapa lo nusuk gue dari belakang???" Tambah Fadil membuat Reza mengingat kejadian satu minggu yang lalu disaat dia ngobrol dengan Hesti melalui telepon.

Fadil menunjuk Reza dan balasan Reza adalah senyuman sinis membuat Putri, Aulia, dan Lutfi terutama Fadil terkejut.

Continue Reading

You'll Also Like

11.9K 176 11
luka ini memang tidak akan bisa hilang tapi setidaknya aku bisa menyembuhkanya dengan mendaki
4.6K 301 24
Sabrina wanita dewasa yang sudah cukup umur untuk membina rumah tangga tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan jodohnya secara tiba-tiba dalam...
581K 30.6K 40
Berawal dari perjodohan, berujung pada ketidakingin kehilangan.~
24.8K 1.7K 36
Harusnya aku tahu dari awal Perasaan ini salah Ku kira aku yang terluka Ku kira aku pemeran utamanya Tapi ternyata aku salah Aku tak lebih dari...