DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU

By Putriameilia31

34.5K 2.5K 71

Setelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 63
Part 64
Part 65
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU 2
EXTRA PART NEW VERSION
LET GO (FANFIC BTS)
AKHIR YANG TERBAIK (DIMA 2)
AKHIR YANG TERBAIK (CANCEL)

Part 62

72 9 0
By Putriameilia31

"Hhhmmm... Dr. Hesti.... sekarang..." Aulia menggantung ucapannya karna dia tidak tahu menjawab apa.

"Dr. Hesti sudah pulang ke Bandung." Sahut seseorang membuat Aulia, umi dan Aisyah menoleh ke sumber suara dan ternyata Reza datang tiba-tiba dengan senyum di bibirnya.

"Pulang?? Pulang kemana? Bukannya rumah Dr. Hesti di Jakarta." Ucap Aisyah polos.

"Rumah Dr. Hesti itu di Bandung... Dr. Hesti tinggal di sini karna mau periksa Aisyah dan temen-temen Aisyah." Jawab Aulia.

"Kalo tugas Dr. Hesti sudah selesai di sini, Dr. Hesti kembali lagi ke Bandung..." Tambah Reza.

"Tapi kan tugas Dr. Hesti belum selesai di sini, Aisyah sama teman-teman belum sembuh. Kenapa Dr. Hesti sudah pulang?" Sanggah Aisyah antara cerdas atau polos.

"Dr. Hesti pulang karna bundanya sedang sakit... dan bundanya Dr. Hesti membutuhkan Dr. Hesti di sana." Jawab Reza.

"Dr. Hesti gak kesini lagi dong?" Tanya Aisyah lagi dengan wajah memelas menatap Reza.

"Dr. Hesti udah janji kok kalo nanti Dr. Hesti ada waktu luang pasti main ke sini." Jawab Reza dengan senyumannya dan mengacak rambut Aisyah.

"Tapi kapan Dokter??" Tanya Aisyah lagi.

"Nanti Dr. Reza tanyain ke Dr. Hesti. Ok?" Jawab Reza diangguki Aisyah dengan senyum.

"Umi... nanti ke om Rafa ya.." ucap Aisyah mengalihkan pandangan pada uminya.

"Ngapain? Om Rafa kan lagi kerja. Nanti kalo Aisyah kesana pasiennya om Rafa gak ada yang periksa dong, karna om Rafa sibuk ngobrol dengan Aisyah." Jawab umi Aisyah heran kenapa putrinya ingin bertemu dengan Rafa.

Sedangkan Aulia mengerutkan kening mendengar nama yang tidak asing baginya.

"Rafa??" Gumam Aulia dalam hati, apakah benar Rafa yang dimaksud adalah Rafa yang pernah disangkanya punya hubungan dengan Hesti.

"Ayoolaaahh umiii... Aisyah pengen bilang ke om Rafa kalo Dr. Hrsti udah pulang." Rengek Aisyah membuat pertanyaan Aulia dalam hati terjawab sudah.

"Iya.. tapi nanti malam aja ya. Soalnya kalo sekarang takutnya om Rafa nya lagi kerja." Jawab umi Aisyah menuruti permintaan putrinya dan diangguki antusias dengan Aisyah.

"Hhmmm... maaf umi, kalo boleh tahu. Apakah yang dimaksud Aisyah om Rafa itu Dr. Sp. Jantung di RS ini?" Tanya Aulia.

"Iya... kok Dr. Aulia tahu?" Jawab umi Aisyah sambil menanyakan darimana Aulia tahu.

"Iya umi... cuman tahu aja orang sama namanya, belum pernah ketemu langsung." Jawab Aulia.

"Ooo..." ucap umi Aisyah.

"Dr. Aulia mau Aisyah kenalin gak sama om Rafa?" Tanya Aisyah menyahut.

"Hhmm... memang boleh??" Tanya Aulia ragu.

"Boleh dong!! Iya kan umi?" Jawab Aisyah sambil menatap uminya yang mengangguk.

"Yaudah.. nanti Dr. Aulia kesini. Tungguin ya..." ucap Aulia dijawab anggukan oleh Aisyah.

"Yaudah Dr. Aulia periksa temanmu yang lain dulu. Assalamualaikum..." pamit Aulia hendak memeriksa pasien anak Sp. Kanker yang lain.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Aisyah dan umi bersamaan.

R. VVIP 220 Sp. Kanker.

"Kak Fadik..." panggil Putri membuat Fadil yang awalnya duduk di sofa beranjak dan menduduki kursi yang ada di samping ranjang Putri.

"Iya... kenapa Put??" Tanya Fadil dengan wajah tenangnya.

"Putri bosen di sini terus... Putri kangen mama sama papa kak.... apa Putri gak akan bisa tinggal di rumah lagi seperti dulu??" jawab Putri menundukkan kepalanya.

Sedangkan Fadil memegang tangan adiknya.

"Suatu saat nanti, kak Fadil yakin. Kamu (mengangkat dagu adiknya agar menatapnya) akan keluar dari RS ini dalam keadaan sehat. Putri harus percaya kalo Putri bisa sembuh dan bisa kumpul lagi sama mama dan papa nanti." Ucap Fadil dengan senyum dan matanya memancarkan kesedihan yang mendalam melihat keadaan adiknya sekarang.

Membuat Putri teringat dokter yang selalu memotivasinya untuk sembuh.

"Putri kangen kak Hesti... kenapa sihh kak Hesti harus pulang??" Ucap Putri tak rela Hesti kembali ke Bandung.

"Huustt gak boleh gitu... kak Hesti juga punya keluarga di sana. Dan kak Hesti pulangkan karna bundanya yang sakit." Jawab Fadil menenangkan Putri.

"Nanti kakak akan bilang semuanya ke mama sama papa tentang keadaan kamu." Lanjut Fadil membuat Putri menggeleng cepat.

"Keputusan kakak sudah bulat Put! Kakak akan tetap kasih tahu mama dan papa tentang keadaanmu sekarang. Itu juga saran dari kak Hesti." Jawab Fadil membuat Putri mengangguk pasrah.

"Kakak punya WA.nya kak Hesti gak?" Tanya Putri dijawab gelengan oleh Fadil.

"Iihh kak Fadil... suka sama kak Hesti kok gak punya WA.nya siihh!!" Runtuk Putri gemasss dengan sikap kakaknya yang cuek.

"Kata siapa??? Sok tahu banget kamu dekk..." jawab Fadil mencubit hidung Putri membuat Putri kesakitan.

"Adduuhh...aduhh kakk. sakiitt." Rintih Putri memegangi hidungnya yang merah karna dicubit Fadil, sedangkan Fadil tertawa kecil melihat adiknya.

"Makanyaaa jangan suka godain kakaknya mulu." Jawab Fadil.

"Yaudah giihh sana kak!!" Usir Putri membuat Fadil mengerutkan kening.

"Kemana??" Tanya Fadil bingung.

"Minta no.nya kak Hesti..." jawab Putri menaikturunkan alisnya.

"Ngapain coba??? Kalo pun minta... mintanya ke siapa?" Tanya Fadil.

"Ke kak Reza." Jawab Putri dengan cengiran khasnya.

"Gak!!" Ucap Fadil enggan.

"Iya!!" Sahut Putri.

"Gak kok!!"

"Iyaa!! Harus!! Kalo kakak gak mau, yaudah Putri gak mau ngomong lagi sama kak Fadil!" Ancam Putri memalingkan wajahnya dari Fadil membuatnya pasrah harus meminta no. WA Hesti ke Reza.

"Iyaaa... tapi nanti malam aja." Jawab Fadil pasrah.

Skip malam hari.

R. Reza.

Reza mendudukkan tubuhnya pada sofa yang ada di ruangannya. Saat hendak menutup matanya, dia teringat untuk menghubungi Hesti.

Reza mengambil ponselnya yang ada di laci meja dan langsung mencari no. Hesti.

"Assalamualaikum Dr. Hesti."

"Wa'alaikumussalam Dr. Reza. Tumben telpon, pasti ada yang penting ya dokter?"

"Panggil kak Reza aja Dr. Hesti!"

"Oohh iya dok... eehh maksudnya kak Reza. Panggil dede/Hesti aja kak!"

"Ok. Apa kabar Hes?"

"Alhamdulillah baik. Kak Reza gimana?"

"Alhamdulillah... gimana keadaan bunda kamu?"

"Hhmm... bundaaa..."

Reza mengerutkan kening karna Hesti tidak menjawab pertanyaannya mengenai bunda Hesti.

"Hes?? Kamu masih di sana kan??"

"I.. iya kak. Bunda masih belum sembuh."

"Kalo boleh kak Reza tahu, bunda kamu sakit apa?"

"Bundaa...(suara Hesti mulai bergetar membuat Reza mengerutkan kening)"

"Hes?? Kamu gak apa-apa kan?? Kok suara kamu kayak mau nangis gitu.. (Reza khawatir karna dia sudah menganggap Hesti adiknya)"

Tanpa Reza sadari ada seseorang yang sedang mendengar percakapannya dengan Hesti di depan ruangannya. "Lo khawatir sama dia za?? Lo care sama dia??" Gumam seseorang itu yang ternyata adalah Fadil.

"Bunda sakit kanker payudara kak (suara Hesti sangat bergetar)"

"Innalillahi wa innailaihirojiun."

"Kayaknya Hesti gak bisa kesana deh kak... Hesti akan fokus ke kesembuhan bunda.."

"Iya Hes gak apa-apa... kak Reza ngerti kok.... kak Reza nelpon kamu karna Aisyah nanyain kamu tadi. Kalo kak Reza ada waktu luang in shaa allah kak Reza akan kesana."

"Gue pikir lo sahabat karib gue za... tapi nyatanya lo!!" Gumam Fadil emosi dan meninggalkan ruangan Reza dengan hati yang sakit.

"Iya kak makasih... ohh yaa, salamin maaf ke Aisyah sama umi dan pasien anak yang lain kak karna Hesti gak bisa kesana dalam waktu dekat ini. Kak Reza udah gak ada pasien?"

"Iya nanti kak Reza sampaikan pada mereka. Gak Hes... Kenapa emang?"

"Hesti kangen sama Putri kak..."

"Ooohh... yaudah kak Reza akan ke ruang rawat Putri sekarang. Jangan diputus teleponnya!"

"Maaf ya kak ngerepotin... Hesti cuman pengen tahu keadaan Putri."

"Gak ngerepotin kok de... Putri juga pasti kangen sama kamu."

Skip depan R. VVIP 220 Sp. Kanker.

Tokkk...tokkk...tokkk

Reza membuka ruang rawat Putri dan memperlihatkan Putri yang sedang mengobrol dengan Lutfi membuat Reza mengedarkan pandangan mencari sosok sahabat.

"Kak Reza??" Ucap Putri dan Lutfi bersamaan kaget.

"Gak usah kaget gitu kali... Kak Reza gak maksud ganggu kalian pacaran..." goda Reza membuat Putri tersipu dan Lutfi menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Gak pacaran kok kak... ya kan kak Fi?" Jawab Putri mencoba menghilangkan rasa malunya sedangkan di sebrang telepon Hesti mendengar semuanya.

"Kok gak ada suaranya kak Fadil?" Gumam Hesti dalam hati.

"Iya kak belum kok... maksudnya masih otw pacaran." Jawab Lutfi membuat Putri semakin tersipu.

"Iihhh!! Apaan sihhh kak!!" Ucap Putri mencubit kecil lengan Lutfi dengan pipi merah. Sedangkan Lutfi meringis kesakitan.

"Udah udahhh baper-baperannya! Kakakmu mana Put?" Potong Reza dan menanyakan dimana keberadaan Fadil.

"Bukannya tadi kakak ke ruangannya kak Reza??" Jawab Putri adanya.

"Ke ruangannya kak Reza? Perasaan kak Reza gak terima tamu dehh tadi??" Ucap Reza heran karna memang sedari tadi dia teleponan dengan Hesti dan gak ada siapapun yang bertamu.

"Terus kak Fadil kemana dong??" Tanya Putri balik.

"Mungkin kakakmu lagi cari makanan atau angin..." sahut Lutfi yang sedari tadi diam.

"Yaudah kalo gitu... nih Put! Kak ...." ucap Reza terpotong karna mendengar suara pintu terbuka membuat semua yang ada di situ menoleh.

"Itu kak Fadil... panjang umur kan..." ucap Lutfi melihat seseorang yang membuka pintu. Sedangkan wajah Fadil terlihat begitu tak enak, tak ada senyum disana.

"Darimana Dil?" Tanya Reza menepuk pundak Fadil dan Fadil menepisnya membuat Reza mengerutkan kening tak biasanya Fadil bersikap seperti itu padanya.

"Cari angin di luar." Jawab Fadil singkat langsung duduk di sofa dan memejamkan matanya seperti enggan melihat sahabatnya.

Sedangkan Reza berpikir positif mungkin sahabatnya itu sedang tak ingin bicara atau capek.

Dan Hesti mendengar nada bicara Fadil yang seperti ada masalah. "Kak Fadil kenapa ya??" Gumam Hesti dalam hati.

"Nih Put! Kak Hesti mau ngomong sama kamu... katanya dia kangen." Ucap Reza memberikan HPnya yang masih terhubung dengan Hesti.

Wajah Putri yang awalnya bingung melihat sikap kakaknya seketika berubah bahagia saat mendengar nama dokter yang memotivasinya selama ini, sedangkan Fadil tidak kaget.

"Beneran??? Itu kak Hesti??" Tanya Putri memastikan dan Reza hanya menjawab dengan anggukan.

Putri mengambil alih HP Reza dan Reza duduk di sofa tepat di sebelah Fadil.

"Assalamualaikum Putri..."

"Wa'alaikumussalam kak Hesti.... kak Hesti apa kabar?? Kak Hesti kok gak pamit siihhh kalo kak Hesti pulang ke Bandung?? (Dengan nada ngambek)."

Lutfi tertawa kecil melihat Putri yang nyerocosss aja. "Sloww dong Put! Kayak wartawan aja... satu-satu pertanyaannya!" Sahut Lutfi membuat Putri cemberut "biarin!"

"Hehehe... satu-satu atuh tanyanya! Bener kata kak Lutfi tuh hehe..."

"Iihh kak Hesti... kan Putri kangen sama kak Hesti wajar kalo Putri banyak pertanyaan apalagi kak Hesti pulang gak pamit."

"Hehehe... iya-iya. Kak Hesti jawab satu-satu ya... alhamdulillah kak Hesti baik... maaf kak Hesti gak sempet pamit langsung karna kak Hesti buru-buru, Putri pasti tahu kan alasannya kenapa kak Hesti buru-buru pulang. Oh iya, Gimana kadonya?? Putri suka gak??"

"Iyaa Putri suka bangeeettt. Makasih ya kak kadonya... oh iya, bundanya kak Hesti sakit apa?" Pertanyaan Putri membuat Reza paham bahwa Hesti tidak akan memberitahukannya pada Putri. Dan Hesti akan mencari alasan untuk berbohong.

Reza bangkit dari duduknya dan memotong pembicaraan Putri dengan Hesti.

"Hhmm bunda kak Hesti..."

"Hhmm Put! Sudah yaa teleponannya... kak Hesti juga pasti capek kan... Putri pun juga harus istirahat..." potong Reza membuat Putri cemberut sedangkan Hesti menghela nafas lega karna Reza menolongnya.

"Sebenarnya bunda Hesti sakit apa? Kenapa Reza seperti sengaja memotong pertanyaan Putri?" Gumam Fadil dalam hati.

"Iiihh kak Rezaaa... kan Putri baru ngobrol sama kak Hesti." Runtuk Putri.

"Besok kan masih ada waktu Put! Kak Hestinya juga capek pasti karna habis kerja seharian" Ucap Lutfi membuat Putri pasrah.

"Yaudah sebentar... Putri pamit dulu ke kak Hesti." Jawab Putri.

"Kak Hesti... nih ada yang ganggu kita lagi ngobrol, jadi gak bisa lama-lama... padahal kan Putri masih kangen sama kak Hesti...."

"Hehehe... ada benernya kata kak Reza sama kak Lutfi, kamu harus istirahat apalagi kamu pasca kemo."

"Yaudah deh... sampai jumpa besokk kak Hesti... pokoknya kak Hesti harus telepon besok! Di no.nya kak Fadil..."

"Tapi kak Hesti kan gak punya..."

"Kak Fadil kasih no.nya kakak dong... biar besok kak Hesti bisa telepon lewat ponsel kakak." Ucap Putri membuat Fadil berdiri dan memberikan ponselnya tanpa bicara apa-apa.

"Nih kak Hes no.nya... 08xxxxxxxxxx. Selamat malam kak Hesti, assalamualaikumm..."

"Iyaa... salamin buat kakakmu ya, bilang ke kakakmu.......................................... wa'alaikumusalam."

Hesti memutus sambungan teleponnya dan Putri mengembalikan ponselnya pada Reza. Putri senyum-senyum sendiri mendengar salam Hesti untuk kakaknya.

"Kak Reza balik dulu ya... Fi, kak Reza duluan ya... Dil gue duluan! Jangan cemberut mulu lo, kalo ada masalah cerita ke gue!" Pamit Reza sambil melihat sahabatnya dan Fadil hanya melirik saja.

"Dapat salam tuh kak dari kak Hesti..." ucap Putri setelah Reza meninggalkan ruang rawatnya membuat Fadil melihat mata adiknya.

"Iya... wa'alaikumussalam." Jawab Fadil singkat.

"Kakak gak mau tahu kak Hesti ngomong apa buat kakak???" Goda Putri membuat Fadil penasaran namun wajahnya tetap datar.

"Memang kak Hesti ngomong apa buat kak Fadil?" Tanya Fadil cuek dan datar.

"Gak perlu Putri kasih tahu kali ya... kan gak penting juga buat kakak, toh kakak gak suka kan sama kak Hesti..." goda Putri memancing kakaknya jujur tentang perasaan kakaknya pada Hesti.

"Yaaa gak boleh gitu dong Put! Itu kan amanah dari kak Hesti buat nyampein ke kakak..." jawab Fadil membuat Putri dan Lutfi saling tatap dan tersenyum jahil.

"Kak Fadil mahh cari alasan supaya Putri kasih tahu... udaahh jujur aja kak, kepo kaannn??" Goda Lutfi membuat Fadil menatap Lutfi tajam.

"Gue sumpel yaa mulut lo!!" Jawab Fadil mulai emosi justru membuat Putri dan Lutfi tertawa.

"Kak Hesti ngomong gini ke Putri.....

Continue Reading

You'll Also Like

276K 6 1
Airin Delisha adalah perempuan cantik rupa mau pun hatinya ia adalah istri dari Dimas Surya Adhi.kehadiran Airin sama sekali tidak diinginkan oleh Di...
382K 27.8K 33
Punya suami Pilot enak kali yah? Bisa diajak jalan-jalan terus. Mana gajinya gede banget. Kalau pilot terus ganteng siapa yang tidak mau?
1.7K 139 18
Memiliki keluarga yang memiliki karir cemerlang di dunia militer membuat CLARA ANINTYAS BAGASKARA sulit untuk bebas di tambah lagi ia hanya anak tung...
2.1M 115K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...