DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU

By Putriameilia31

34.5K 2.5K 71

Setelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU 2
EXTRA PART NEW VERSION
LET GO (FANFIC BTS)
AKHIR YANG TERBAIK (DIMA 2)
AKHIR YANG TERBAIK (CANCEL)

Part 32

74 10 0
By Putriameilia31

Setelah Aulia mengantarkan Rafa ke ranjang Aisyah, dia kembali melanjutkan untuk memeriksa pasien tadi yang sempat terhenti karna kedatangan Rafa.

Ya, dokter yang mengantarkan Rafa tadi adalah Aulia. Dia memutuskan untuk memeriksa pasien anak Sp. Kanker karna dia ingin memastikan bahwa anak-anak hebat itu baik-baik saja.

Sedangkan Rani sudah pasti ke ruangan Ilham karna penenang hati Rani untuk saat ini adalah Ilham.

"Assalamualaikum Aisyah." Salam Rafa membuat umi dan Aisyah menoleh ke sumber suara. Aisyah sangat senang karna omnya datang ke ruangannya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Aisyah dan umi dengan tersenyum.

"Om Rafa!!" Seru Aisyah sangat gembira.

"Haii Aisyah!!" Balas Rafa membalas senyum Aisyah.

Aisyah mencium punggung tangan Rafa dan Rafa mencium punggung tangan kakaknya, yaitu umi Aisyah.

"Ada apa Raf?? Tumben kesini?" Tanya umi Aisyah karna dia tahu Rafa sangat sibuk dengan pasiennya yang banyak jadi, sangat jarang menemui Aisyah.

"Mau jengukin Aisyah dong kak" Jawab Rafa sambil mengangkat alisnya menatap Aisyah.

"Ooohh... yaudah duduk sini! Kakak mau sholat dulu, minta tolong ya jagain Aisyah sebentar" Ucap umi Aisyah mempersilahkan Rafa duduk.

"Iya kak." Jawab Rafa sambil menduduki kursi yang ada di samping ranjang Aisyah, sedangkan umi Aisyah meninggalkan mereka untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Aisyah, gimana keadaannya?" Tanya Rafa.

"Alhamdulillah Aisyah baik kok om. Om sendiri gimana?" Jawab Aisyah sembari menanyakan kabar Rafa.

"Alhamdulillah om Rafa juga baik." Jawab Rafa.

"Aisyah, om boleh tanya gak?" Tanya Rafa yang dibalas anggukan oleh Aisyah.

"Dr. Hesti sudah periksa Aisyah belum hari ini?" Tanya Rafa membuat senyuman Aisyah hilang. Rafa mengerutkan keningnya melihat ponakannya sedih.

"Dr. Hesti sakit... makanya hari ini Dr. Hesti gak bisa periksa kita semua." Tutur Aisyah dengan tatapan sedih.

Rafa terkejut karna kemarin setahu Rafa, Hesti masih sempat ke ruangan nenek Halimah dan dia terlihat sehat.

"Mulai kapan?" Tanya Rafa memastikan.

"Gak tahu.... pokoknya tadi yang periksa kita-kita di sini Dr. Lutfi." Jawab Aisyah.

"Dr. Lutfi?" Tanya Rafa memastikan yang dijawab anggukan oleh Aisyah.

Lutfi dan Lutfar adalah sahabat Rafa, mereka satu universitas namun dengan spesialis yang berbeda. Dua sahabatnya itu mengambil spesialis syaraf, sedangkan dirinya mengambil spesialis jantung.

"Aisyah tahu gak ruang rawat Dr. Hesti?" Tanya Rafa namun dijawab Aisyah dengan gelengan.

"Berarti Lutfi kenal Hesti?? Gue harus ketemu Lutfi buat nanyain ruang rawat Hesti di sini." Gumam Rafa dalam hati.

Rafa mengajak Aisyah bersenda gurau sampai umi Aisyah kembali dan dia memutuskan untuk ke ruangan sahabatnya, Lutfi.

R. Lutfi

Tokk...tokk...tokk...

Lutfi membuka pintu dan terkejut sekaligus senang sahabatnya mengunjunginya di ruangan.

"Assalamualaikum Fi." Salam Rafa tersenyum.

"Wa'alaikumussalam bro." Jawab Lutfi sambil menepuk pundak Rafa dan mempersilahkan Rafa untuk masuk.

"Nih minum dulu pak dokter!" Ucap Lutfi sambil memberikan segelas air putih.

"Thanks." Jawab Rafa.

"You're welcome. Gimana kabar lo?" Jawab Lutfi sambil menanyakan kabar sahabatnya yang lumayan lama tidak bertemu meskipun satu rumah sakit.

"Alhamdulillah baik. Lo sendiri gimana?" Jawab Rafa sembari menanyakan kabar Lutfi.

"Yaa... seperti yang lo lihat sekarang." Jawab Lutfi menunjuk dirinya sendiri dengan tersenyum. Rafa mengangguk menjawab ucapan Lutfi.

"Gini Fi... gue kesini sebenarnya ada perlu sama lo." Ucap Rafa mengutarakan maksudnya.

"Lo kenal Dr. Hesti? Dokter Sp. Kanker di rumah sakit ini" tanya Rafa to the poin membuat Lutfi sempat mengerutkan keningnya.

"Kenal. Lo juga kenal dia?" Jawab Lutfi sembari menanyakan apakah sahabatnya ini juga mengenal Hesti.

"Iya gue kenal dia baru beberapa hari yang lalu." Jawab Rafa membuat Lutfi manggut-manggut.

"Tapi kok lo bisa kenal dia? Perasaan dia gak pernah kemana-mana deh selain di ruangannya atau di kantin." Tanya Lutfi heran.

"Hhmm... kita bahas lain waktu aja ya Fi. Gue buru-buru nih! Gue denger-denger Hesti sedang sakit, lo tau gak ruang rawat dia dimana?" Tanya Rafa.

"Okok no problem... Hesti di rawat di R. VVIP 5 Umum." Jawab Lutfi membuat Rafa manggut-manggut.

"Thanks bro... sorry ya gue harus pamit sekarang karna ini menyangkut keselamatan pasien gue." Ucap Rafa.

"Yaelah lo mah buru-buru banget sih!!" Jawab Lutfi sambil mengantarkan Rafa ke depan ruangannya.

"Sorry lah... nanti kalo ada waktu luang gue bakal main ke ruangan lo seharian dah." Ucap Rafa membuat Lutfi memasang wajah biasa.

"Gak mungkin lo ada waktu seharian free. Lo kan dokter jantung, pasien lo lebih banyak daripada pasien gue. Nanti gue aja yang main kesana." Jawab Lutfi membuat Rafa terkekeh.

"Yaudah gue duluan ya bro..." pamit Rafa dijawab anggukan oleh Lutfi.

R. VVIP 5 Umum.

Hesti bosan tidak melakukan apapun sama sekali, tidak ada teman bicara. Apalagi dengan keadaannya yang sedang sakit, dia agak lebih susah melakukan apapun.

"Bosen banget di sini... sendirian lagi." Ucap Hesti cemberut.

"Aku ke ruangan nenek Halimah aja." Lanjut Hesti dengan wajah senang.

Hesti berusaha melepas infusnya. Dia seorang dokter, jadi dia tahu tata cara melepas infus yang benar bukan seperti yang dilakukan Shinta malam itu. Hesti memasang handsaplash di tangan bekas infusnya.

Hesti mulai menuruni ranjangnya dan mencoba berdiri meskipun belum seimbang.

"Bismillahirrahmanirrahim." Ucap Hesti lirih sambil melangkahkan kakinya perlahan meninggalkan ruang rawatnya.

R. VVIP 220 Sp. Kanker.

Putri hanya bersama kakak tercintanya di sini. Sedangkan Shinya sudah diantar Fadil pulang ke rumah Fadil supaya istirahat dan tidak membuatnya risih jika selalu di sampingnya.

Putri ingin mengatakan sesuatu pada kakaknya tapi dia takut Shinta akan berbuat jahat kepadanya.

Putri memberanikan diri untuk berbicara kepada kakaknya.

"Kak." Panggil Putri lirih namun masih terdengar oleh Fadil.

"Kenapa dek?" Tanya Fadil.

"Hhmmm... Putri boleh tanya gak?" Tanya Putri balik pada Fadil. Fadil berdiri dan menghampiri adiknya yang terduduk di ranjang rumah sakit.

"Kamu boleh tanya apapun dek." Jawab Fadil membuat Putri tersenyum tipis.

"Kakak cinta sama kak Shinta?" Tanya Putri hati-hati karna takut menyinggung perasaan kakaknya.

"Kalo kakak gak cinta sama kak Shinta mungkin kakak udah putusin dia Put." Jawab Fadil sedikit ragu.

"Kak Fadil gak bohong kan?" Tanya Putri pada Fadil.

"Gak." Jawab Fadil membohongi perasaannya.

"Aku pikir kak Fadil suka sama kak Hesti." Ucapan Putri membuat Fadil terdiam sesaat.

"Ya-Ya gak lah... kan Hesti cuman dokter yang merawat kamu Put." Jawab Fadil bohong.

Putri bisa melihat kakaknya berbohong.

"Mulut kakak memang berkata tidak suka tapi mata kak Fadil gak bisa bohong kak." Gumam Putri, sayang gumaman itu hanya ada di dalam hati.

"Emang kenapa Put?" Tanya Fadil pada Putri membuat lamunan Putri buyar.

"Gak apa-apa kok kak. Putri cuman pengen tahu aja." Jawab Putri membuat Fadil manggut-manggut.

"Tapi kalo semisal wanita yang di samping kakak saat ini tidak mencintai kakak dengan tulus. Apa yang akan kak Fadil lakuin?" Tanya Putri lagi membuat Fadil mengerutkan kening.

"Mungkin kakak akan ninggalin dia saat itu juga." Jawab Fadil.

"Kalo kak Shinta seperti itu gimana?" Tanya Putri justru membuat Fadil tertawa.

"Hahaha... kamu ngomong apasih Put." Jawab Fadil tidak percaya bahwa Shinta hanya memanfaatkannya.

"Tuh kan!! Pasti kak Fadil gak percaya." Keluh Putri dalam hati.

Koridor Sp. Umum

Rafa memasuki koridor Sp. Umum dan mulai mencari ruang rawat Hesti.

Namun Rafa menyipitkan matanya saat melihat seorang pasien yang berjalan gontai tidak menggunakan selang infus dan tidak ada yang menemaninya.

Rafa menghampiri pasien itu yang berjalan berlawanan dengannya.

"Permisi... mari saya bantu." Ucap Rafa mengulurkan tangannya pada pasien itu.

"Tidak perlu... saya bisa sendiri. Terima kasih." Jawabnya tidak melihat Rafa karna masih fokus dengan jalannya.

Rafa mengerutkan keningnya.

"Dr. Hesti?" Ucap Rafa membuat pasien itu menoleh ke arahnya.

"Dr. Rafa? Kok di sini?" Tanya Hesti pada Rafa sambil meletakkan tangannya ke dinding agar tidak jatuh.

"Iya... saya kesini mau cari dokter. Katanya Dr. Hesti sakit, yaudah deh saya kesini" jawab Rafa membuat Hesti manggut-manggut.

"Dr. Hesti mau kemana? Kok gak pake kursi roda aja." Tanya Rafa.

"Saya bosen di dalam ruang rawat terus... akhirnya saya berpikir untuk ke nenek Halimah." Jawab Hesti.

"Dr. Hesti kan lagi sakit... nenek Halimah juga pasti ngerti kok." Ucap Rafa care pada Hesti.

"Tapi saya sudah janji dokter. Dan saya gak mau ada yang kecewa lagi karna saya tidak menepati janji saya." Jawab Hesti membuat Rafa tersenyum samar.

"Yaudah kalo gitu... saya ambilin kursi roda dulu ya Dokter." Ucap Rafa hendak mengambil kursi roda namun dicegah oleh Hesti.

"Tidak perlu Dr. Rafa... kalo pakai kursi roda justru saya makin capek, mending saya jalan aja." Cegah Hesti membuat Rafa berpikir sejenak.

"Yaudah tapi saya papah ya... biar gak jatuh." Ucap Rafa sambil mengambil alih tangan Hesti dan mengalungkannya pada pundak Rafa.

"Terima kasih Dr. Rafa." Jawab Hesti tersenyum.

Saat menuju ke ruangan nenek Halimah, ada seseorang yang tidak sengaja melihatnya, yaitu Shinta. Rencana jahatnya mulai terpikir di otaknya dan tersenyum licik.

Shinta berpura-pura berjalan seperti biasa dan saat sudah dekat dengan Hesti, Shinta menyenggol Hesti dengan sengaja dan menggoreskan sesuatu ke tangan Hesti.

"Eeee... Dr. Hesti gak apa-apa?" Tanya Rafa sambil menahan tubuh Hesti yang hampir jatuh karna disenggol Shinta.

Hesti melirik seseorang yang menyenggolnya.

"Shinta." Gumam Hesti dalam hati.

Setelah itu, Hesti meringis karna merasakan sakit di tangannya. Tangan Hesti sebelah kiri memegangi tangannya yang sebelah kanan yang dirasa sakit oleh Hesti.

Rafa melihat Hesti seperti kesakitan dan melihat ada luka goresan benda tajam di tangan kanan Hesti.

"Dr. Hesti, tangan kanannya kenapa? Itu berdarah loh." Ucap Rafa sambil menunjuk ke luka yang di tangan Hesti.

"Gak apa-apa Dr. Rafa..." jawab Hesti meringis kesakitan.

"Tapi luka itu sepertinya dalam sekali. Kita obati dulu ya dok." Ucap Rafa membuat Hesti menolaknya.

"Tidak perlu dokter. Nanti saya bisa obati sendiri di ruangan nenek Halimah." Jawab Hesti.

Rafa menghela nafas pasrah dan memapah Hesti menuju ke ruangan nenek Halimah.

"Gimana Hes?? Sakit kan? Tapi itu gak sebanding rasa sakit gue saat ngelihat Fadil yang melihat Lo dengan penuh cinta!!" Gumam Shinta lirih dengan tersenyum licik.

Continue Reading

You'll Also Like

27.9K 1.1K 20
Menceritakan tentang seorang Dokter cantik bernama Tania. Namun ia memiliki kesehatan yang lemah sejak masa kecil dan setelah menjalani operasi jantu...
1.9M 93.3K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
24.8K 1K 21
"Mengapa Bu Yura mau menikah dengan saya? Jangan bilang, diam-diam ibu menyukai saya." "Arka... Arka... jangan besar kepala kamu ya! Mana mungkin b...
703K 58.1K 77
Fan fiction of Cut Syifa & Rizky Nazar. Don't take it seriously, just enjoy my works! 76 Parts ---