"Gak Hes..." jawab Lutfar gugup.
"Kok gak makan far? Nanti kalo dokternya sakit, pasiennya gimana?" Ucap Hesti care dengan Lutfar membuat Lutfar semakin salting dan memutuskan untuk pergi.
"Hhmmm.... gue permisi dulu ya." Pamit Lutfar.
Aulia, Rani, dan Lutfi tertawa sangat keras saat melihat Lutfar keluar dari kantin rumah sakit.
"Kalian kok ketawa? Ada yang lucu?" Tanya Hesti.
"Lucu aja tuh muka Lutfar kayak kepiting rebus. Hahaha...." jawab Lutfi membuat Aulia dan Rani tertawa lagi.
"Yaudah gue duluan deh mau nyusul Lutfar. Takutnya nanti dia bunuh diri gara-gara sikap Hesti tadi. Hahaha...." pamit Lutfi meninggalkan tiga sahabat itu dengan tertawa menyusul Lutfar.
"Hes, lo ini gak tau apa pura-pura gak tau sih. Lutfar itu salting gara-gara perhatian lo tadi ke dia." Sahut Aulia pada Hesti.
"Ya masaaa... Aku gak boleh care sih sama dia... dia itu udah aku anggap kakak sekaligus sahabatku." Jawab Hesti membuat Rani menggelengkan kepala.
"Ckck, itu sama aja lo beri dia harapan Hes." Sahut Rani.
"Aku gak bermaksud buat beri harapan ke dia. Aku hanya care sebagai sahabat aja, gak lebih." Jawab Hesti dengan yakin.
"Yaudah iya percaya deh." Ucap Aulia.
Kost.an Hesti dan Rani
Hesti dan Rani duduk di depan kost.an Hesti untuk mengobrol.
"Hes, ulang tahun Putri tanggal berapa sih? Katanya bulan depan." Tanya Rani.
"Tanggal 3 januari. Aku sempet tanya kak Fadil." Jawab Hesti membuat Rani berpikir.
"Kalo misal Ulang tahunnya tanggal 3 januari berarti lo udah balik dong ke Bandung?" Tanya Rani sedikit sedih jika membahas tentang kepulangan Hesti ke Bandung suatu saat nanti.
"Iya..." jawab Hesti lemas.
"Berarti lo gak ikut ngasih kejutan ke Putri dong.... padahal kan Putri sayang banget sama lo Hes. Pasti dia berharap dokter yang disayanginya ada di situ..." Ucap Rani.
"Maaf... tapi aku sudah janji sama orang tuaku Ran kalo aku bakal pulang tepat satu bulan." Jawab Hesti membuat Rani semakin sedih.
"Aku harap kita bisa sahabatan selamanya meskipun aku udah balik ke Bandung." Lanjut Hesti berharap sambil menatap Rani dengan mata berkaca-kaca.
"Ihhh lo mah cengeng! Hes, sampai kapanpun, dimanapun, sejauh apapun jarak kita. Kita tetep sahabat lo Hes." Jawab Rani menghapus air mata Hesti. Hesti tersenyum dan menghapus sisa air matanya.
"Makasih Ran..." ucap Hesti.
"Ohh iya Ran, kamu udah tau belum soal besok kita bakal ngelakuin kemoterapi?" Tanya Hesti.
"Belum." Jawab Rani.
"Jadi, besok kita bakal ngelakuin kemoterapi pada Ilham." Terang Hesti pada Rani.
"Kenapa gak operasi aja buat bersihin sel kankernya?" Tanya Rani.
"Limfoma itu gak boleh di operasi, karna dalam waktu satu atau dua minggu setelahnya akan tumbuh lagi. Kecuali kalo penyakit itu sudah menghalangi metabolisme tubuh seperti menyebar ke usus besar, jadi susah untuk BAB. Itu baru diperbolehkan untuk dioperasi." Jelas Hesti yang di jawab anggukan oleh Rani.
"Maaf gue gak tau... kan gue bukan dokter kanker." Jawab Rani nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ting!!
Hp Hesti berbunyi menandakan ada WA masuk. Hesti melihat siapa yang mengirim pesan, di layar HP muncul nama "Lutfi". Hesti mengerutkan kening.
"Siapa Hes?" Tanya Rani penasaran karna melihat Hesti mengerutkan kening.
"Lutfi." Jawab Hesti sambil membuka pesan yang berupa foto.
"Dia ngirim foto." Ucap Hesti membuat Rani semakin penasaran.
"Buka Hes!! Gue pengen lihat" Pinta Rani. Hesti menekan tombol untuk membuka foto itu.
"Wwiihhh punggung siapa tuh Hes? Gue yakin itu bukan punggung Lutfi deh. Soalnya postur Lutfi kan tinggi jadi pasti kelihatan kalo misal punggungnya." Sahut Rani setelah melihat foto yang dikirim Lutfi
Foto yang dikirim Lutfi adalah foto berupa punggung seseorang sedang duduk sambil melihat ke arah bintang. Hesti mengedikkan bahu, tidak tau foto siapa yang dikirim Lutfi untuknya.
Tingg!!
"Itu Lutfar. Dia lagi galau."
"Kamu jahil banget sih Fii!"
"Gue gak jahil Hes. Gue cuman pengen lo tau kalo kakak gue suka sama lo."
[Read]
"Tadi itu fotonya Lutfar Ran." Sahut Hesti membuat Rani tersedak karna sedang minum.
"Uhuukkk... uhuukk. Lutfar? Serius lo Hes." Tanya Rani memastikan yang dibalas anggukan oleh Hesti.
"Dia lagi galau kayaknya Hes, karna lo." Lanjut Rani.
"Udahlah gak usah dibahas mending kamu istirahat aja Ran! Besok kita akan bergelut dengan alat medis selama 4 jam." Jawab Hesti mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah gue istirahat dulu." Ucap Rani sembari berdiri hendak meninggalkan Hesti, namun Rani membalikkan badannya.
"Ohh iya, berarti besok lo gak bisa ke ruangan Putri lagi dong?" Tanya Rani membuat Hesti menatapnya.
"Ya gak bisa lah. Kan kita mulai kemoterapinya jam 8." Jawab Hesti.
"Gimana kalo lo datang lebih awal aja... biar bisa ke ruangan Putri dulu." Saran Rani dengan wajah senyumnya.
"Kalo datang awal itu udah pasti. Tapi kalo ke ruangan Putri kayaknya aku gak bisa deh, soalnya ada yang mau aku urus" Jawab Hesti membuat Rani sedikit curiga.
"Apa sih yang lo urusin?? Penting banget ya?? Dari kemarin lo gak ke ruangan Putri. Dia kangen tau sama lo!!" Ucap Rani sedikit emosi karna sepertinya sahabatnya ini menyembunyikan sesuatu.
"Aku gak maksud gitu Ran... Aku cuma ada urusan aja. Toh juga Putri ada Kak Fadil dan Lutfi yang jagain." Jawab Hesti.
"Bagi dia lo itu malaikat yang memberinya semangat untuk sembuh Hes. Kalaupun di ruangannya penuh banyak orang. Tapi di situ gak ada lo, dia akan tetep merasa kesepian Hes" Ucap Rani, sedangkan Hesti tidak menjawab. Dan justru memalingkan wajahnya dari Rani.
"Gue harap lo gak akan ngelupain Putri Hes. Gue masuk duluan, selamat malam." Ucap Rani memasuki kost.annya dan Hesti menoleh ke arah kost.an Rani.
"Malam juga Ran." Jawab Hesti memasuki kost.annya.
Hesti membuka aplikasi Whatsapp di Hp nya. Mencari nama "Dr. Rafa" di kontaknya. Dan menemukannya.
"Assalamualaikum Dr. Rafa?"
"Wa'alaikumussalam iya."
"Saya Dr. Hesti."
"Ohh iya... ada perlu apa Dr. Hesti?"
"Saya minta tolong pindahkan nenek Halimah di ruangan VVIP ya Dr. Rafa?"
"Tapi mereka tidak mampu membayar biaya ruang VVIP Dr. Hesti."
"Saya yang akan membayarnya. Tapi Dr. Rafa jangan bilang siapa-siapa, sekalipun itu nenek Halimah dan kakek Hendra."
"Kalau memang begitu saya akan segera memindahkan nenek Halimah ke ruang VVIP Dr. Hesti."
"Kalau bisa sekarang Dr. Rafa."
"Iya saya pindahkan sekarang."
"Terima kasih Dr. Rafa. Lakukan perawatan yang terbaik untuk nek Halimah."
"Siap Dr. Hesti!! Tapi kenapa Dr. Hesti mau membiayai ruangan dan pengobatan beliau, padahal Dr. Hesti belum mengenal beliau begitu dekat."
"Apakah salah jika kita berbuat baik kepada orang yang belum kita kenal dekat?? Kalo memang bisa berbuat baik kepada siapapun kenapa tidak."
"Hebat Dr. Hesti!! Saya kagum dengan anda."
"Terima kasih Dr. Rafa. Yasudah kalo begitu. Wassalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Keesokkan harinya
Hesti berangkat ke rumah sakit lebih awal dan dia meninggalkan pesan pada Rani bahwa dia berangkat lebih dulu.
Di rumah sakit
Hesti berpapasan dengan Fadil yang hendak berangkat kerja. Fadil sempat menyapa Hesti.
"Hai Hes!" Sapa Fadil.
"Iya kak." Jawab Hesti.
"Kok tumben lo datang pagi banget?" Tanya Fadil.
"Hhmm... ada perlu kak. Makanya datang agak pagian." Jawab Hesti.
"Oohh... lo dicariin Putri tuh! Katanya dia kangen sama lo. Emang lo kemarin gak meriksa Putri?" Tanya Fadil.
"Iya kak kemarin aku ada urusan jadi gak bisa meriksa Putri. Tapi kemarin aku udah nyuruh Dr. Aulia sama Dr. Rani kok kesana buat periksa Putri." Jawab Hesti membuat Fadil sedikit curiga karna biasanya Hesti tidak pernah absen buat periksa Putri.
"Duluan ya kak... Hesti ada yang mau diurus. Ohh iya nanti salam ya buat Putri, karna hari ini aku gak bisa periksa Putri soalnya ada jadwal kemoterapi untuk pasien lain. Bilang ke dia, kak Hesti juga kangen sama dia." Ucap Hesti sambil meninggalkan Fadil yang masih ditempat.
"Kenapa Hesti kayak berubah gitu ya? Ahhh mungkin dia lagi banyak pasien yang ditangani." Gumam Fadil dalam hati dan mulai berangkat kerja.
Di tempat lain
"Hesti akhir-akhir ini berubah. Setiap pagi dia selalu aja ada perlu. Kayak ada yang disembunyiin dari dia." Gumam Rani lirih saat berangkat ke rumah sakit sendiri.
Di koridor Sp. Jantung
Hesti menuju ke R. VVIP 315 Sp. Jantung, karna itu sudah menjadi ruang rawat nenek Halimah. Sebelum ke R. VVIP 315 Sp. Jantung, Hesti ke bagian administrasi dulu untuk memenuhi administrasi untuk R. VVIP 315 Sp. Jantung.