DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU

Від Putriameilia31

34.5K 2.5K 71

Setelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad... Більше

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU 2
EXTRA PART NEW VERSION
LET GO (FANFIC BTS)
AKHIR YANG TERBAIK (DIMA 2)
AKHIR YANG TERBAIK (CANCEL)

Part 10

152 14 0
Від Putriameilia31

"Mungkin sudah saatnya aku beritahu Putri... Kakak harap kamu kuat put." Gumam Fadil dalam hati.

Fadil menatap adiknya dengan mata berkaca-kaca, dia menggenggam erat tangan Putri.

"Maaf kalo kakak selama ini nyembunyiin ini dari kamu... tapi kakak lakuin ini karna kakak gak pengen kamu sedih put. Kakak harap kamu kuat nerima kenyataan ini... sebenarnya kamu terkena penyakit Ependymomas/kanker." Ucap Fadil dengan tangan yang masih menggenggam tangan mungil adiknya.

Seketika itu hati Putri seperti tertusuk beribu benda tajam, sakittt itu yang dirasakan Putri.

Putri tersenyum miris dengan mata yang berkaca-kaca. "Tidakkk... kakak bohong kan? Kakak mau ngerjain Putri ya kan?? Gak lucu tau kak bercandanya.." Ucap Putri tidak percaya sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Fadil.

Fadil menggelengkan kepalanya yang membuat air mata Putri jatuh. "Kakak gak bohong Put!" Kata itu berhasil membuat Putri menangis histeris.

"Gak... gak mungkin...hiks...hiks... Kak Fadil bohong!! Kakak bohong!!" Teriak Putri sambil melepas infusnya dengan paksa yang membuat tangan Putri berdarah.

Putri berlari keluar ruangannya, dia benar-benar hancur. Kenyataan itu membuatnya hancur, emosinya tak terkendali, bukan senyum yang hadir namun tangisan yang datang.

"Gak mungkin....hiks...hikss... kak Fadil bohong!!" Teriak Putri sambil berlari tak tentu arah.

Hesti keluar dari ruangan anak Sp. Kanker, tiba-tiba....

Bruukkk....

Hesti terjatuh karna ditabrak Putri yang tak terkendali emosinya.

Hesti kaget saat melihat siapa yang menabraknya sampai terjatuh.

"Putri?? Kenapa dia berlari?? Dia menangis?" Tanya Hesti dalam hati sambil melihat Putri yang mulai berlari gontai. Hesti berdiri dan membenarkan bajunya yang berantakan karna jatuh tadi.

Fadil melewati Lesti dengan berlari, mata Fadil masih tertuju pada sang adik.

"Lohhh kak Fadil juga..??" Gumam Hesti sambil memasang wajah bingung.

Hesti memutuskan untuk pulang karna pasiennya sudah ditanganinya.

Kaki Fadil berhenti berlari karna melihat sang adik yang sudah tak sadarkan diri.

"Putriii..." teriak Fadil dan membawa Putri ke UGD untuk segera ditangani.

Skip malam hari

Kost.an Hesti

Air mata Hesti jatuh, dia rindu pada Ayah Bundanya.

"Bunda... Ayahh... Hesti rindu kalian." Ucap Hesti sambil menatap kedua foto orang tuanya.

"Ya Allah... sampaikan rinduku pada mereka! Lindungi dimanapun mereka berada." Doa Hesti untuk kedua ortunya.

Hesti menangis sampai tertidur dengan tetap memeluk bingkai foto kedua ortunya.

Keesokkan harinya.

Hesti seperti biasa mengerjakan tugasnya sebagai seorang dokter, namun mulai hari ini dia dibantu Aulia (Assistent Dr.Sp. kanker) dan Rani (Dr. Sp. Anastesi) sedangkan Lutfi membantu Hesti hanya saat menangani Putri.

Di ruangan Hesti

Tokk...tokk...tokkk

"Masuk!!" Hesti sedikit teriak, dengan masih fokus pada tumpukan kertas yang ada di mejanya.

"Permisi... Dr. Hesti, sudah saatnya memeriksa pasien dokter." Ucap Aulia mengingatkan Hesti untuk memeriksa pasiennya.

"Ohh.. Dr. Aulia, iya sebentar saya bereskan berkas-berkas ini dulu." Jawab Hesti sambil membereskan berkas-berkas yang dipelajarinya tadi.

"Assalamualaikum semua!!" Teriak Rani yang membuat Aulia & Hesti kaget.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Aulia & Hesti.

"Ran!! Jangan teriak-teriak ini itu rumah sakit tau!" Bisik Aulia pada Rani.

Aulia dan Rani sudah bersahabat cukup lama. Aulia yang lebih dulu bekerja di RS. Jaya Abadi dibandingkan Rani.

"Iya iya Aul." Jawab Rani.

"Yaudah yukk Hes!" Ajak Rani menarik tangan Hesti. Aulia yang melihat perlakuan Rani kaget.

"Ihh Rani!! Gak sopan banget panggil nama, panggil dokter dong!" Sahut Aulia sambil melepaskan tarikan Rani pada Hesti.

"Gak apa-apa kok Dr. Aulia, saya lebih suka dipanggil nama.... Dr. Aulia juga bisa panggil saya dengan sebutan nama saja." Jelas Hesti.

"Oohh gituu... yaudah deh kalo gitu gak usah ada yang manggil dokter diantara kita bertiga." Saran Aulia.

"Setuju." Sorak Rani, sedangkan Hesti hanya mengangguk.

Koridor R. Sp. Kanker

Hesti, Rani, dan Aulia membahas pasien yang akan mereka tangani.

"Jadi, untuk pasien hari ini kita ke ruang VVIP 220 dulu. Baru kita ke ruangan anak Sp. Kanker!" Jelas Hesti pada Rani & Aulia.

"Siaapp!!" Jawab Rani & Aulia serempak.

Saat sudah tiba di ruangan VVIP 220, tiba-tiba Hesti mendengar suara dari dalam ruangan. Saat Aulia hendak membuka pintu, Hesti mencegahnya.

"Tunggu Aul!" Cegah Hesti.

"Kenapa?" Tanya Aulia heran.

Hesti hanya meletakkan telunjuknya di bibir.

"Ayo dong Put makan!" Pinta Fadil pada Putri yang sedari tadi diam.

"Putri gak mau sembuh apa? Emang Putri mau sakit terus?" Ucap Fadil justru membuat Putri menangis.

Semenjak kejadian kemarin, setiap ada orang yang membahas tentang penyakitnya dia pasti menangis. Apa yang Fadil takutkan benar-benar terjadi. Fadil bingung harus berbuat apa agar adiknya bisa kembali.

Hesti mendengar percakapan Fadil dan Putri atau mungkin lebih tepatnya hanya Fadil yang berbicara.

"Hhmm... Aulia, Rani. Untuk pasien yang ini biar aku sama Lutfi aja yang nangani. Kalian langsung ke ruangan anak Sp. Kanker aja! Oh iya Ran, sebelum kamu ke ruangan anak Sp. Kanker. Kamu ke ruangan Lutfi dulu ya... suruh dia nyiapin alat CT scan." Jelas Hesti pada Aulia dan Rani.

"Loh kenapa Hes?" Tanya Aulia.

"Gak apa-apa. Nanti aku ceritain ok." Jawab Lesti.

"Beneran ya... yaudah kalo gitu kita duluan!" Pamit Aulia dan Rani yang dibalas anggukan oleh Hesti.

Di dalam Ruangan Putri.

Fadil mengusap wajahnya kasar, dia benar-benar menyesal kasih tau Putri tentang penyakitnya. Fadil bangkit dari duduknya dan beranjak untuk pergi, dia benar-benar tidak kuat melihat keadaan adiknya seperti ini. Saat Fadil ingin menutup pintu, tiba-tiba...

"Kak Fadil mau kemana?" Tanya Hesti pada Fadil yang sudah berada di luar ruangan Putri.

"Gue mau pergi bentar." Jawab Fadil sambil menghapus air mata yang tersisa di pipinya buru-buru, karna dia gak ingin Hesti tau kalo dia nangis.

"Jangan lama-lama kak? Putri butuh kakak..." Ucap terakhir Hesti membuat Fadil menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Butuh gue lo bilang?! Dia gak butuh gue... dia gak butuh gue di sampingnya. Daritadi gue bujuk dia buat makan, dia gak mau. Gue ajak dia ngobrol, dia diam aja. Jangankan ngomong, senyumpun tidak terlukis lagi di bibirnya (Fadil meneteskan air mata). Gue gak tahan liat dia kayak gini, gue mau adik gue yang dulu kembali Hes..." Ucap Fadil sampai terduduk di lantai.

Saat Hesti melihat Fadil seperti ini, hatinya teriris. Dia pernah berada di posisi Fadil, dia pernah merasakan apa yang Fadil rasakan. Hesti menghapus air matanya yang tiba-tiba jatuh, dia harus kuat.

"Berarti Putri sudah tau tentang penyakitnya." Ucap Hesti dalam hati.

Hesti menyamakan tubuhnya dengan Fadil yang terduduk di lantai. Tangan Hesti tergerak ragu memegang bahu Fadil, sontak Fadil mengangkat wajahnya memandang Hesti.

"Sekarang kak Fadil tenangin hati kak Fadil dulu! Hilangkan pikiran bahwa Putri gak butuh kakak! Putri hanya syok kak, dia butuh waktu untuk nerima ini semua. Hesti akan bantu kakak buat kembaliin Putri yang dulu." Ucap Hesti berusaha kuat. Fadil mengangguk dan pergi untuk menenangkan diri.

Продовжити читання

Вам також сподобається

71.4K 4.5K 93
"Lo es batu, dia es kutub Kalo Lo masih bisa cair. Na, Kalo dia cair bahaya" ucap Kevin pada Rian Rian hanya penasaran dengan kehidupan Nayla yang pe...
4.6K 301 24
Sabrina wanita dewasa yang sudah cukup umur untuk membina rumah tangga tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan jodohnya secara tiba-tiba dalam...
117K 4.8K 16
Kisah cinta pertama seorang mahasiswi sederhana, pendiam dan pemalu yang jatuh cinta pada seorang mahasiswa yang populer, anak pengusaha dan tidak pe...
131K 13.1K 42
Namanya Pritta Illyana atau Prilly, wanita angkuh dan tak mempunyai tata-krama yang baik berusaha memaksa seorang Dokter spesialis bedah bernama Alfa...