Unspoken Feeling

dheamtrd tarafından

2.2K 1K 1.8K

[Completed] ✔️ "Mulut lo menye-menye terus, kaya buaya," omel Lia. "Ya namanya juga cowok. Terus kalau gue ga... Daha Fazla

Heyyo!
Prolog
01 - Nyebelin
02 - Setan
03 - TOD
04 - Pangeran
05 - Curhat
06 - Waiting
07 - Kulit Badak
08 - Seni Budaya
09 - Hotspot
10 - Nanda
11 - Cerita
12 - Kecium Basket
13 - Gambar
14 - Ayo
15 - Pemaksaan
16 - Tanda Maaf
17 - Nonton
18 - Cerewet
19 - Piket
20 - Bulu Tangkis
21 - Drama?
22 - Her first boyfriend?
23 - About him
24 - Ambil nilai lagi
25 - Mayat hidup
26 - Pak Gokil
27 - Rumah Lia
28 - First kiss?
29 - Ibu Lia
30 - Latihan
31 - Hari H
32 - Makasi, AP
33 - Random gurl
34 - Lia's story
35 - Younghoon?
36 - COTY
37 - Just kidding
38 - Awkward
39 - Terjebak
40 - Nanda vs Dewa
41 - Alika
43 - Be friend?
44 - Perkara surat
45 - Dita & F
46 - Habis ci--
47 - Pacaran?
48 - Mau selingkuh
49 - Taruhan
50 - Sayang
Epilog
Flashback: Our 1st meet

42 - Dia

13 7 30
dheamtrd tarafından

Suasana rooftop masih sama seperti sebelumnya. Di sana, Rani dan Dita masih asyik tertawa dan mengobrol. Membicarakan banyak hal. Terutama topik yang menurut mereka sedang sangat hot. Yakni kedekatan Dewa dan Lia yang patutu dicurigakan.

Keduanya terasa semakin dekat. Apalagi tadi Dita melihat raut wajah khawatir Dewa yang tak biasa. Dari sana saja Dita bisa menyimpulkan, kalau Dewa memang menyukai Lia.

"Dunia gak adil banget kalau mereka gak jadian!" seru Dita dengan bersemangat. Rani pun ikut menyetujui seruan Dita dengan anggukan yang sangat mantap.

"Siapa yang gak jadian?"

Dita dan Rani spontan menoleh ke belakang, dan mendapati sosok yang asing bagi Rani, tapi sangat tidak asing bagi Dita. Wajah berbinar tercetak jelas di wajah Dita. Ia memasang senyuman lebarnya sambil melambaikan tangan. Padahal pria itu berada persis di belakangnya. "Hai, Fadi!"

Rani menggeplak lengan Dita dengan gemas. Rani mendekatkan dirinya pada Dita dengan suara yang sedikit dikecilkan, agar tak terdengar oleh pria yang menghampiri mereka. "Dia siapa?"

"Calon suami."

ㅡㅡㅡ

"Sebenarnya, gue punya temen deket. Namanya Alika. Dia satu sekolah bareng kita," jelas Dewa pelan. Namun tatapannya hanya fokus pada lantai dibawah sana. Suasana menjadi hening, ditambah Dewa merasa gugup untuk menjelaskan semuanya pada Lia. Tapi ia rasa, ini diperlukan.

"Terus?" Lia tak mengerti apa maksud Dewa. Lalu kenapa jika ia dekat dengan seorang perempuan? Dan mengapa jika orang itu bersekolah dengannya? Apa hubungannya sama Lia.

"Lo inget sama cewek yang pernah ngejar gue pas latihan basket?"

Lia berusaha mengingatnya. Dan ia mengangguk. Wanita yang mengobrol dengan Dewa, dan mereka terlihat dekat saat itu. Tidak, tidak, wanita itu saja yang dekat dengan Dewa. Karena Dewa terus mendiamkannya.

"Dia Alika," sambung Dewa.

Lia hanya sedikit melebarkan matanya. Ia ingat.

Itu adalah wanita yang sama. Wanita itu lah yang menguncinya di kamar mandi tadi. Pantas saja ia merasa tidak asing dengan wajah wanita itu.

Ternyata, mereka sudah bertemu. Tapi wajah Alika yang penuh make up membuat Lia tak mengenalinya.

"Dia..." gumam Lia sambil mengingat kejadian di kamar mandi dan saat ia menemani Dewa latihan basket. Apakah ia salah ingat? Tapi wajah mereka mirip. Mata wanita itu sipit dan memiliki khas tersendiri menurut Lia.

"Kenapa, AP?"

Lia langsung menatap Dewa dengan sedikit cemas. "Kayanya dia yang--"

Lia menghentikan ucapannya. Ia ragu untuk mengatakan ini. Bagaimana jika ia salah? Tapi ia juga susah untuk menyembunyikan ini.

Ah, Lia kesal. Kenapa ia tak bisa berbohong pada Dewa?

Mata Lia tak bisa diam. Ia terus saja mengalihkan matanya ke segala arah.

Dewa tahu bahwa Lia sedang khawatir akan sesuatu. Karena Lia tak biasanya bersikap seperti ini.

Dewa langsung meraih tangan Lia yang sibuk memainkan jarinya di atas paha, dan mengelusnya dengan lembut guna menenangkan wanita -yang bisa dibilang- Dewa sayangi. Awalnya Lia kaget karena Dewa yang memegang tangannya, namun ia membiarkannya karena merasa lebih tenang.

"Ada apa? Bilang aja," titah Dewa dengan halus.

"Eum... Gue gatau ini bener apa enggak. Soalnya gue gak kenal dia. Tapi seliat gue, mereka mirip. Soalnya dia pake make up yang beda sama waktu itu dan hari ini," ujar Lia pelan.

Dewa bingung, "Siapa?"

"Dia. Yang ngejar lo pas latihan basket, sama yang ngunciin gue di kamar mandi tadi," kata Lia dengan perlahan. Ia takut jika ini salah. Ia tak ingin menuduh orang lain. Tapi ia tak bisa memendam keraguannya pada Dewa.

"Tapi, please. Jangan langsung nuduh dia, gue juga gatau dia orang yang sama atau enggak," pinta Lia sambil membalas genggaman tangan Dewa.

Dewa hanya bisa menghela nafasnya sabar. Wanita di depannya ini kenapa harus orang yang sangat baik?

Dewa tersenyum hangat dan menenangkan. "Gapapa. Tenang aja, gue ngerti."

Dewa kembali mengelus tangan Lia, "Kapanpun, kalau ada sesuatu yang ganggu pikiran lo, bilang gue aja."

Lia rasanya ingin menangis. Entah harus terharu atau meleleh. Badannya sudah panas sekarang. Ia lagi-lagi merasa tak ada udara di sekitarnya. Yang pasti, muka Lia sudah berubah warna bak kepiting rebus untuk saat ini.

Tak lama, Lia langsung melepas tangannya dari Dewa. "Udah, udah. Kenapa jadi kek drama gini?"

Dewa hanya sedikit tertawa, "Lo nya aja yang kebanyakan nonton drama."

"Mana ada, orang gue lebih suka nonton THE BOYZ dibanding drama," sahut Lia tak terima.

"Iye, iye. Tuhkan, tadi gue mau bilang apa? Sampe lupa," gerutu Dewa.

"Ngatain Nanda pikunan, eh lo nya juga. Azab," cibir Lia sambil tertawa.

"Gue kan sekali doang pikunnya," jawab Dewa tak terima. Sedangkan Lia hanya tertawa mendengar itu. Ngelak aja terus.

"Semerdeka lo aja lah."

"Ah, iya. Tadi gue cuma mau ngasitau itu aja, sih," kata Dewa sambil nyengir.

"Pentingnya buat gue apa? Kalau lo pernah dan masih deket sama cewek, terus kenapa?" tanya Lia bingung.

"Gapapa, gabut doang gue mau ngasi cerita ke lo," sahut Dewa santai.

"Lo ya, emang nerbener," ujar Lia sambil sedikit tertawa. Pria di depannya ini sangat menyebalkan dan aneh.

"Gue mau membuka diri buat lo, AP."

ㅡㅡㅡ

Lia, Rani, Dewa, dan Dita sedang asyik menonton acara live di rooftop tersebut. Mereka menikmati alunan musik dan suara dari penyanyi yang tengah bernyanyi lagu pop yang ramai dinyanyikan saat ini. Sangat merdu. Suara riuh tepuk tangan dari seluruh penonton tak jarang terdengar untuk mengapresiasi penyanyi itu. Tak jarang mereka juga mengambil sebuah video atau foto untuk dipamerkan di instagramnya.

"AP, gue izin pergi bentar," ujar Dewa dengan sedikit berteriak. Walau ia sudah berteriak, tapi suara yang didengar Lia tetap kecil karena kalah dengan suara penampilan live di depannya ini.

Lia hanya mengangguk. Dan Dewa langsung keluar dari kerumunan orang yang sedang asik menonton penampilan tersebut.

Dewa berjalan ke arah pojok rooftop. Menghampiri seorang wanita yang sedang bersama dengan teman-temannya, mungkin.

"Alika," panggil Dewa datar, namun terdengar sangat tegas dan tajam.

Wanita yang dipanggil itu langsung menolehkan pandangannya, dan betapa senangnya ia mendapati Dewa yang memanggilnya. Wajahnya langsung berseri dan bersinar, seperti sedang melakukan iklan sabun muka.

"Eh, Dewa? Kamu kapan kesini?" tanya Alika basa basi. Ia lalu menghampiri Dewa yang tak jauh darinya. Dan dengan otomatis langsung mengalungkan tangannya dengan manja di lengan Dewa.

Namun Dewa menjauhkan badannya dan menepis tangan Alika. "Gue kesini gamau digeleyotin sama monyet. Gue mau nanya sama lo," kata Dewa dengan datar.

"Ikut gue," lanjutnya dan langsung menarik tangan Alika dengan paksa. Walau tak sakit, tapi Alika tetap meminta Dewa untuk melepaskannya.

"Apa, sih?!" geram Alika dengan heran sekaligus sebal. Tak biasanya Dewa bersikap kasar seperti ini. Ya walau ini memang tidak begitu kasar, hanya saja, ini sisi terkasar Dewa yang pernah Alika lihat dalam 10 tahun pertemanannya.

Dewa lalu melepaskan tangan Alika setelah mereka berada di tempat yang agak jauh dari kerumunan.

"Jadi, Dewa, sayang. Lo ma--"

"Lo tadi ada ke kamar mandi?" tanya Dewa to the point. Tatapan yang diunjuk Dewa sangatlah tidak bersahabat, dan jujur saja, itu membuat Alika sedikit ketakutan.

Alika yang tadinya memasang wajah centil dan sok kecantikan langsung diam. Raut wajahnya malah menjadi kaget sekaligus bingung.

"Apa urusan lo?"

"Gue yang nanya, lo gak usah ikutan nanya."

"Iya, gue ada kesana. Terus?"

"Kamar mandi mana?"

Alika mengerutkan dahinya, kenapa pria di depannya ini sangat kepo? Tumben. "Ya kamar mandi deket rooftop, lah. Ngapain gue jauh-jauh?"

"Tapi bukannya kamar mandi sana rusak?" tanya Dewa. Alika langsung melebarkan matanya. Ia bingung. Aduh, mau ngelak kok malah jatuh ke lubang sendiri. Ini mah namanya senjata makan tuan.

"Eum-- iya. Pas gue belum," sahut Alika dengan gugup.

Mendengar jawaban Alika yang sangat tidak masuk akal, serta kegugupan yang ditunjukkan sahabat kecilnya ini membuat Dewa tertawa sinis. "Oh, jadi bener, ya?"

Alika mengerutkan dahinya. "Apa yang bener?"

"Lo yang ngunciin Lia di kamar mandi."

Alika kehabisan kata-kata. Keringat mulai mencucuri wajahnya. Walau kini cuacanya cukup dingin dan banyak angin yang berhembus. Tapi tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama.

ㅡㅡㅡ
-to be continued-

Halo! Apa kabar?

Makasih udah baca & apresiasi cerita ini!💕

Semoga terhibur & bisa mengisi waktu luang kaliaan~

Have a great day & night semuanya!✨
Jangan lupa minum air putih & makan yang cukup!!❤️

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

243 108 24
Cinta membawa malapetaka. Kutukan pun tak dapat dihindari, menjadikan pangeran tertidur seperti Putri Tidur. Sang putri harus berkelana mencari penaw...
20.4K 4.1K 60
Karena sebuah mimpi aneh yang memperlihatkan beberapa kepingan hidup seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya, Putra terpaksa harus menjalankan...
868 175 11
Nathan 💕💕 Aku mau kita putus! |
9.4K 5.8K 43
Fantasy - Adventure - Teen Fiction Draf : dari awal Mei 2022 Published : 30 November 2022 End : 21 April 2023 CERITA INI HANYA TERSEDIA DI WATTPAD J...