Unspoken Feeling

By dheamtrd

2.2K 1K 1.8K

[Completed] ✔️ "Mulut lo menye-menye terus, kaya buaya," omel Lia. "Ya namanya juga cowok. Terus kalau gue ga... More

Heyyo!
Prolog
01 - Nyebelin
02 - Setan
03 - TOD
04 - Pangeran
05 - Curhat
06 - Waiting
07 - Kulit Badak
08 - Seni Budaya
09 - Hotspot
10 - Nanda
11 - Cerita
12 - Kecium Basket
13 - Gambar
14 - Ayo
15 - Pemaksaan
16 - Tanda Maaf
17 - Nonton
18 - Cerewet
19 - Piket
20 - Bulu Tangkis
21 - Drama?
22 - Her first boyfriend?
23 - About him
24 - Ambil nilai lagi
25 - Mayat hidup
26 - Pak Gokil
27 - Rumah Lia
28 - First kiss?
29 - Ibu Lia
30 - Latihan
31 - Hari H
32 - Makasi, AP
33 - Random gurl
34 - Lia's story
35 - Younghoon?
36 - COTY
37 - Just kidding
38 - Awkward
40 - Nanda vs Dewa
41 - Alika
42 - Dia
43 - Be friend?
44 - Perkara surat
45 - Dita & F
46 - Habis ci--
47 - Pacaran?
48 - Mau selingkuh
49 - Taruhan
50 - Sayang
Epilog
Flashback: Our 1st meet

39 - Terjebak

18 10 32
By dheamtrd

Alunan musik jazz yang memenuhi area rooftop membuat suasana semakin terasa nyaman sebagai latar lagu untuk mengobrol. Tetapi tidak untuk sepasang remaja yang tengah menduduki kursi yang berada di pojok are rooftop tersebut. Dita dan Dewa sudah menduduki salah satu bangku yang memiliki 4 kursi dalam 1 meja. Pada awalnya mereka ingin mencari yang hanya berisi 2 kursi, namun sepertinya banyak pasangan yang datang. Jadi itu semua sudah penuh. Seolah musik jazz itu tidak ada, sejak kepergian Lia, mereka berdua selalu saja meributkan banyak hal. Terutama hanya untuk hal kecil.

"Ogah banget sebenarnya gue duduk sama lo," ujar Dita secara tiba-tiba sambil menjauhkan kursinya. Walau tidak terpaut jauh, karena di sebelahnya ada orang lain yang ia tak kenal.

"Dih, yang mau duduk sama lo juga siapa?"

"Banyak!" jawab Dita ketus.

"Binyik," cibir Dewa.

Emosi Dita sudah berada di ubun-ubun saat mendengar cibiran Dewa. Pria di depannya ini memang menyebalkan. Bisa dibilang Dewa adalah teman bertengkarnya setiap hari.

"Gue emang nyebelin, makanya lo diem aja," ujar Dewa seakan akan ialah yang menjadi korban disini.

"Sebenarnya yang korban emosi tuh gue apa dia, sih?" batin Dita. Ia tak percaya, kenapa Lia bisa tahan dicomblangin dengan pria seperti ini.

"Btw, AP kok belom dateng, ya?" tanya Dita sambil melihat jam di ponselnya. Terhitung sudah 30 menit Lia pergi, tetapi ia tak kunjung kembali. Menurut Dita, Lia tak mungkin memerlukan waktu sebanyak ini hanya untuk membersihkan bajunya.

"Telpon coba," suruh Dewa yang mulai khawatir.

Dita langsung mengeluarkan ponselnya lalu menekan kontak Lia, dan menghubunginya. Tak lama kemudian, ia malah mendengar dering ponsel yang muncul dari dalam tasnya. Dita menepuk dahinya dan mematikan sambungan tersebut.

"Handphone nya dia masih di gue!"

"Kok bisa?" tanya Dewa bingung sekaligus khawatir.

"Tadi gue kesini kan naik taxi, terus gue pake hape dia buat mesen. Kayanya dia lupa ngambil," jelas Dita. Ia mulai khawatir dengan Lia. Perasaannya memang tak bagus tentang Lia yang bepergian sendiri ke toilet.

"Gue cari Lia dulu aja," ujar Dewa dan langsung beranjak dari tempat duduknya. Namun Dita langsung mencekal tangan Dewa, "Gue gatau kenapa, feeling gue gak enak. Gue gak pingin kejadian buruk terjadi, tapi kalau dia pingsan atau lemah, kasi dia ini." Dita langsung memberikan Dewa beberapa kaplet obat yang telah dibungkus menjadi satu.

"Waktu habis ambil nilai lari, malemnya dia hampir pingsan. Terus pas dipanggil dokter, katanya Lia emang gampang lelah tapi badannya nolak. Jadi tolong lo kasi ini kalau liat dia kaya abis ambil nilai lari waktu itu. Tadi diem-diem Ibunya nitip ini ke gue."

Dewa pada awalnya hanya diam, namun dengan cepat ia langsung mengambil bungkus obat tersebut dan melanjutkan langkahnya untuk mencari Lia.

ㅡㅡㅡ

Suara gedoran pintu terus terdengar dari kamar mandi wanita tersebut. Lia tak tahu, apakah ia harus menyerah atau lanjut berusaha menggedor pintu tersebut. Ia sudah sangat kelelahan. Terlebih lagi letak toilet ini berada di kawasan yang jarang dilewati oleh banyak orang, karena letaknya yang di pojok dan terpencil.

Lelah, takut, dan menangis. Hanya itu yang Lia rasakan untuk saat ini. Ia hanya berharap seseorang akan menemuinya sebelum ia jatuh tak sadarkan diri.

Ia tak bisa ditinggal sendirian. Bahkan ternyata kamar mandi yang ia kira berisi orang, ternyata tidak. Itu hanya kamar mandi rusak, dan keran yang bocor.

"Please, siapapun, tolong ..." lirih Lia. Tenaganya sudah sangat habis. Ia hanya bisa mendudukkan dirinya pada lantai di dekat pintu. Sudah setengah jam lamanya ia menggedor pintu ini dan berteriak untuk meminta tolong, tapi ia tak kunjung menemukan satu orang pun yang mendengar usahanya.

"Gue gamau meninggal duluan. Gue mau sukses dulu, mau banggain sama bahagian diri sendiri sama keluarga dulu, ngerasain punya pacar, punya suami, dan punya anak dulu, terus nonton konser THE BOYZ juga. Aduh, impian gue masih banyak."

Lia sudah lemah. Ia bahkan tak bisa berbicara lagi. Tangan yang daritadi menggedor pintu itu lama kelamaan semakin lemah, dan hanya bisa memegang gagang pintu tersebut.

Tok tok tok

"Lo di dalem?"

ㅡㅡㅡ

Dewa menghampiri satu persatu kamar mandi yang berada di sekitar rooftop, bahkam sampai bertanya pada guru penjaga pintu rooftop, apakah ia melihat Lia atau tidak. Dan guru tersebut memberitahukan Dewa kalau Lia tadi sedang pergi ke kamar mandi wanita. Namun penjaga itu tak tahu Lia pergi ke kamar mandi wanita dimana.

Dewa yakin, Lia tak mungkin pergi ke kamar mandi yang letaknya jauh. Lagipula Dewa juga tahu kalau Lia tak akan bisa pergi jauh sendirian dalam waktu yang lama.

Ia menghampiri salah satu kamar mandi wanita terdekat yang ia lewati. Namun ia melihat tanda bahwa kamar mandi tersebut sedang rusak. Maka ia mengurungkan niatnya untuk membuka kamar mandi tersebut. Ia lantas beralih mencari Lia di kamar mandi terdekat selanjutnya. Dan tak memerlukan waktu yang lama, ia sudah menemukannya.

Ia menunggu cukup lama diluar kamar mandi tersebut. Namun Lia tak kunjung keluar juga. Akhirnya Dewa memberanikan diri untuk bertanya pada salah satu perempuan yang baru keluar dari kamar mandi tersebut, yang ia yakini adalah teman sekolahnya. Karena ia pernah melihatnya.

"Permisi, mau nanya. Ada liat cewek baju merah lengan panjang, rambutnya agak panjang pake celana jeans gak ya? Dia lagi bersihin bajunya. Tingginya kurang lebih sama kaya lo."

Wanita itu menggeleng, "Gaada, tuh. Gue orang terakhir di toilet sini."

"Di dalem WC juga gaada orang?" Perempuan itu menggeleng.

"Oh, yaudah, makasi ya," ucap Dewa. Perempuan itu langsung pergi. Begitu juga dengan Dewa. Ia kembali mencari kamar mandi wanita lainnya lagi. Entah sudah berapa kamar mandi yang ia cari, tapi Lia tak kunjung ditemukan.

Namun ia pikir, ia sudah pergi terlalu jauh. Lia tak mungkin pergi sejauh ini.

"Kayanya gue harus pergi ke kamar mandi yang rusak," gumam Dewa dan langsung berlari ke kamar mandi yang pertama ia datangi.

"Tunggu, Mas, hati-hati. Saya habis ngepel," ujar salah satu pekerja yang tengah mengepel lantai hotel tersebut. Dewa hanya mengangguk sambil menyahuti pekerja itu dengan isyarat tangan. Ia memelankan langkahnya, tetapi baru saja ia melangkah, ia berhenti dan kembali membalikkan badannya.

"Oh iya, Pak. Saya mau nanya, kamar mandi yang di deket rooftop itu emang rusak, ya?"

Seorang pekerja pria yang berusia sekitar 40 tahun itu mengernyitkan dahinya, "Yang di pojokan itu? Enggak kok, Nak. Sebelum ngepel disini, bapak habis dari sana. Yang rusak cuma keran dan WC salah satunya, yang itu udah bapak tutup," jelas bapak-bapak itu.

"Berarti..."

"Oh, oke, Pak. Makasi ya," ujar Dewa langsung setengah berlari.

Bapak pekerja itu hanya membiarkan Dewa, dan melanjutkan kegiatannya mengepel lantai.

Dewa sudah sampai di kamar mandi yang katanya rusak itu, namun ia tetap tak menemukan siapa-siapa.

Yang membuat Dewa bingung, kamar mandi tersebut kini sudah dalam keadaan terbuka. Padahal belum ada 5 menit Dewa pergi dari kamar mandi itu.

"AP?" panggil Dewa di depan pintu kamar mandi tersebut. Namun tak ada jawaban.

Dewa melihat sekitar dan membaca situasi. Dengan memberanikan diri, Dewa masuk ke dalam kamar mandi tersebut.

"AP?" panggil Dewa. Namun tetap tak ada jawaban.

"Masa iya bukan di sini, terus dimana?"

Dewa lalu langsung berjalan keluar, namun kakinya terasa menginjak sesuatu. Ia mengangkat kakinya dan melihat benda yang tak asing tersebut. Spontan ia berjongkok dan mengambilnya.

"Keyring?"

Setelah ia perhatikan dan membolak balikkan gantungan kunci dengan huruf korea "짱보이즈" tersebut, Dewa tahu siapa kemungkinan besar pemilik dari gantungan kunci tersebut. Lia.

Dewa bukannya bisa membaca tulisan Korea, tetapi ia ingat tulisan itu sebagai gambar. Karena Lia pernah menunjukkan gantungan kunci itu kepadanya tak lama ini. Dan di balik gantungan kunci tersebut bertuliskan "One & only one THE BOYZ will always protect by hovering around you, Lia."

"Pasti ini jimatnya AP,"

Ia sangat yakin ini adalah keyring yang pernah Lia tunjukkan pada saat pemilihan Couple of The Year saat itu. Adanya gantungan kunci tersebut bisa menjadi sedikit tanda bahwa Lia sempat memasuki kamar mandi ini.

"Tapi dia kemana?"

ㅡㅡㅡ

-to be continued-

Halo, makasih udah mampir dan apresiasi cerita ini💕

Semoga bisa terhibur dan ngisi waktu luang kalian yaa!

Jangan lupa jaga kesehatan dan bahagia selalu. Have a great day & night semuanyaaa❤️✨

Continue Reading

You'll Also Like

31.8K 8.6K 50
Karyawisata yang seharusnya menyenangkan menjadi malapetaka yang mengakibatkan 20 pelajar SMA di bawah umur menghilang tanpa jejak. Eve mendapati dir...
872K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
45.4K 2.1K 46
Sebagai seorang mahasiswi seni rupa di London yang juga seorang model dan fotografer lepas, Tasha disebut memiliki banyak talenta, tapi ada satu hal...
6.7K 1.1K 39
Cardenia adalah seorang putri duyung, ia meminta penyihir laut untuk menemukan Atlantis, tunangannya. Karena sebentar lagi, pernikahan mereka akan d...