Unspoken Feeling

By dheamtrd

2.2K 1K 1.8K

[Completed] ✔️ "Mulut lo menye-menye terus, kaya buaya," omel Lia. "Ya namanya juga cowok. Terus kalau gue ga... More

Heyyo!
Prolog
01 - Nyebelin
02 - Setan
03 - TOD
04 - Pangeran
05 - Curhat
06 - Waiting
07 - Kulit Badak
08 - Seni Budaya
09 - Hotspot
10 - Nanda
11 - Cerita
12 - Kecium Basket
13 - Gambar
14 - Ayo
15 - Pemaksaan
16 - Tanda Maaf
17 - Nonton
18 - Cerewet
19 - Piket
20 - Bulu Tangkis
21 - Drama?
22 - Her first boyfriend?
23 - About him
24 - Ambil nilai lagi
25 - Mayat hidup
26 - Pak Gokil
27 - Rumah Lia
29 - Ibu Lia
30 - Latihan
31 - Hari H
32 - Makasi, AP
33 - Random gurl
34 - Lia's story
35 - Younghoon?
36 - COTY
37 - Just kidding
38 - Awkward
39 - Terjebak
40 - Nanda vs Dewa
41 - Alika
42 - Dia
43 - Be friend?
44 - Perkara surat
45 - Dita & F
46 - Habis ci--
47 - Pacaran?
48 - Mau selingkuh
49 - Taruhan
50 - Sayang
Epilog
Flashback: Our 1st meet

28 - First kiss?

27 16 24
By dheamtrd

"Aaw," ringis Lia.

Seakan itu adalah alarm panggilan, semua temannya langsung otomatis menolehkan kepalanya dan bertanya pada Lia. Padahal Lia hanya meringis dengan perlahan, tetapi semua temannya langsung panik.

"Gapapa, guys. Cuma hampir kena aja tadi," sahut Lia sambil menunjukkan cengirannya. Menghela nafas lega, semua temannya kini langsung kembali pada pekerjaannya masing-masing. Terkecuali Bram, Prasetya, Rio, dan Dewa. Mereka masih mengelilingi Lia dengan khawatir.

"Anying, gue cuma mau motong ayam, tapi kenapa pake bodyguard segala," ujar Lia sambil tertawa ngakak. Ya gimana gak ketawa, dari tadi mereka selalu bilang, "Hati-hati!" "Awas!" "Liat-liat dulu itu!" dan sejenisnya.

"Udah gih kerjain yang lain sono," usir Lia. Terutama pada Dewa. Karena pria itu harusnya membantu Bima, tetapi malah berdiri di sini sebagai bodyguardnya Lia.

Dengan terpaksa, akhirnya Dewa beranjak dari sana, menuju ke tempat Bima di dekat pintu dapur yang tengah sibuk membuat bumbu.

"Dewa, kampret, sini bantuin gue. Bucin mulu lo kerjaannya!"

"Iya, bawel!"

ㅡㅡㅡ

Lia menggoreng bahan-bahannya dengan santai. Tak lupa ia juga menambahkan beberapa bumbu yang diperlukan.

Sedangkan minyak panas yang berada di samping wajannya sedang mengamuk karena sudah terlalu panas, dan mungkin ada air yang tercampur di sana. Siapalagi kalau itu bukan wajan punya Bram, Prasetya, dan Rio.

"AP, kok minyak nya mau jinak sama lo?" tanya Prasetya bingung.

"Iya, soalnya gue pawang minyak," jawab Lia asal.

"Ooohh," sahut Prasetya dan Rio secara bersamaan. Polos sekali.

Lia hanya bisa menepuk jidatnya, lagi. Entah berapa kali ia akan menepuk jidatnya hari ini.

"Ah, oh, ah, oh. Gue bercanda. Ya makanya sekarang ayam lo samperin, atau tuh ayam gosong."

"Tapi gue ga berani minyaknya masih ngamuk," ujar Prasetya.

Lia lagi-lagi hanya bisa menarik nafasnya, sabar. Ia mengecek masakannya terlebih dahulu, apakah bisa ditinggal atau tidak.

Saat masakannya sudah bisa ditinggal sebentar, Lia langsung mengambil sendok goreng yang berada di tangan Prasetya.

Dengan perlahan, ia membuka tutup penggorengan itu. Dan benar saja, minyak-minyak panas itu masih mengamuk di sana.

Lia dengan perlahan tetapi cepat langsung membalikkan ayam tersebut. Seharusnya mereka bisa memasuki tiga sampai empat ayam dalam sekali goreng. Tetapi mereka hanya menggoreng satu persatu. Buang-buang gas aja.

"Aiish," ringis Lia saat ada cipratan minyak yang mengenai tangannya.

"AP, gapapa?" tanya Aya. Lia menganggukkan kepalanya, "Gapapa, cuma kena minyak dikit doang."

Lia lalu kembali menggoreng ayam-ayam lainnya.

Dan saat ini, Lia mengurus 2 masakan. Yang satu masakan untuk bumbu ayam, dan yang satu ayamnya. Jika salah satu gosong dan salah memasukkan bahan, hancur sudah. Karena ini sudah tahap terakhir.

Dita dan Aya tak membantu Lia dalam menggoreng karena mereka juga sama-sama tak mengetahui caranya. Dan satu alasannya mereka, takut terkena minyak panas.

Padahal selama mereka tidak melempar bahan tersebut dengan sembarangan, maka minyak panas tersebut kemungkinan tidak akan menyiprat kemana-mana. Kalaupun ada cipratan, tak akan timbul sebanyak cipratan dari hasil lemparan mereka.

Akhirnya sesi masak memasak rempong itu selesai. Ayam tersebut sudah dibaluri bumbu, dan akan dihangatkan besok untuk lebih enaknya.

Kini mereka sedang duduk di ruang tamu dan meminum teh yang sudah Lia siapkan.

"Gila, semua ini berkat AP," ujar Bram dengan bangga sambil memasukkan sebuah wafer ke dalam mulutnya.

"Tapi serius, AP keren banget," timpal Dita.

"Biasa aja, kan terpaksa," sahut Lia. Bukannya mau merendah untuk meroket, tapi ia memang benar-benar merasa canggung jika harus dipuji seperti itu. Ya karena menurutnya, semua itu biasa saja.

Lia lalu langsung memasukkan biskuit coklat ke dalam mulutnya. Namun ia tiba-tiba tersedak karena mendengar ucapan dari Dewa.

"Udah cocok jadi ibu-ibu."

Lia berusaha mengatur jalan makan biskuit tersebut. Setelah ia merasa bisa minum, ia langsung meminum teh yang berada di depannya.

"Ngawur," ujar Lia sambil menatap Dewa.

"Yang jadi bapak-bapak nya si Dewa," timpal Dita. Tak lupa tawa seluruh temannya menghiasi ruang tamu Lia.

"Lo kenapa ikut ngadi-ngadi gini?" desis Lia pada Dita. Sedangkan Dita hanya menunjukkan cengirannya.

"Tapi kan bener, lo jadi ibu-ibu. Gue jadi bapak-bapak. Masa iya gue yang jadi ibu-ibu?" ucap Dewa.

"Ya, biarin. Lo kan emang emak rempong, kerjaannya ngomel mulu," cibir Lia.

Dewa hanya membiarkan ucapan Lia.

"Lah? Teh gue yang mana?" tanya Dewa. Ia bingung melihat gelasnya sudah kosong. Padahal tadi masih banyak.

"Itu disebelah gelas kosong," ujar Prasetya.

"Tadi gelas gue kan yang lingkaran, Set, bukan kotak," sahut Dewa.

"Wait, gelas gue kotak, kan?" tanya Lia ragu. Dita lalu langsung mengangguk. "Lo sendiri tadi yang bilang kalau cewek yang kotak, cowok yang lingkaran. Diskriminasi banget lo, haduh."

Lia menelan ludahnya. Mampus.

"Wa, jangan-jangan, gelas lo ... Tadi gue yang minum," ujar Lia pelan-pelan.

"HAH?!" Begitulah respon semuanya. Sangat kompak dan serempak.

Lia hanya mengangguk pelan. "Tadi kayanya gue ngerasa minum pake gelas lingkaran."

"Oh, yaudah. Gapapa," kata Dewa dengan santai.

"Kok bisa gitu loh, AP? Astaga naga makan mangga di tepi telaga," ujar Bram tak percaya sambil menggelengkan kepalanya.

Lia hanya mengedikkan bahunya. Ia juga tak tahu mengapa ia bisa salah minum. Sepertinya ia terlalu kalap saat tersedak tadi.

"Mau gue buatin lagi gak? Duh, maaf banget," ucap Lia bersalah.

"Enggak, gausah, gapapa," sahut Dewa. Ini bukannya cuek, tapi ya menurut Dewa emang gapapa aja.

"Apa lo mau minum punya gue?" tawar Lia. Namun Dewa menggeleng, "Nanti lo nyesel."

Lia langsung mengerutkan dahinya, "Kenapa nyesel? Kan gue bisa bikin lagi kalau mau."

Dewa menggeleng, "Bukan itu."

"Serius lo gamau minum teh? Lo minum teh gue juga gapapa, gue ga bakal nyesel."

"Serius lo?" Lia mengangguk mantap.

"Yaudah, makasi."

Dewa langsung mengambil gelas yang berisi teh milik Lia. Dan ia meneguk habis teh di dalamnya.

"Cie yang abis ciuman," ujar Aya dan Bima secara bersamaan.

"Hah?" Lia bingung, ada apa dengan mereka berdua?

"Ekhem, gausah nunggu drama, pemeran utama kayanya udah ciuman duluan," goda Bram.

"Hah?" Lagi-lagi Lia hanya bisa mengatakan itu.

Ia tak mengerti, siapa yang habis berciuman?

"Lo habis minum gelasnya Dewa, terus Dewa minum gelasnya lo. Berarti ... Kiss!" jelas Dita sambil tertawa jahil.

"Kok bisa?" tanya Lia.

"Secara gak langsung maksudnya," ujar Dewa.

"Oohh," sahut Lia santai.

Namun beberapa detik kemudian, "HAH?!"

"Hayolo, first kiss ga tuh?" tanya Rio sambil menaik turunkan alisnya.

"Cielah ada yang udah first kiss aja nih," celetuk Bram.

Lia langsung mengusap-usap mulutnya kasar. Namun tangannya dicegat oleh Dewa. "Ngapain?"

"Biar ciumannya gak jadi," jawab Lia ketus.

Sedangkan Dewa hanya menghela nafasnya, antara ingin tertawa atau kasihan. "Gausah anggap itu ciuman. Anggep aja lo lagi bagi minum sama temen, pernah kan?" ucapnya lembut dan Lia langsung mengangguk pelan.

"Yaudah," lanjut Dewa lalu menurunkan tangan Lia.

"Cielah, emang orang lagi cinta monyet mah gak ada yang bisa nandingin," celetuk Bima disaat Lia dan Dewa masih sibuk dengan tatapannya.

Tentu saja sesi tatap-tatapan itu terganggu karena Bima.

"Lo tuh yang monyet," seru Dewa lalu melemparkan sebuah bantal duduk pada Bima.

ㅡㅡㅡ

-to be continued-

Cie ciuman cie

Halo! Makasih udah mampir!💖
Maaf ya udah semingguan gak update, aku lagi kurang enak badan nih :(

Anw semoga terhibur dan bisa mengisi waktu luang kalian, ya! Have a great day & night!✨

Continue Reading

You'll Also Like

74.4K 13.8K 73
[TELAH DIBUKUKAN] Diselamatkan oleh seorang penyihir dingin? Maira tiba-tiba saja mendapati dirinya terbangun dalam sebuah kuncup bunga yang sangat b...
687K 15.8K 11
~Follow sebelum baca ~start: 19 september 2020 ~a story' by Firza Lufita Listi ~PINDAH KE APLIKASI DREAME/INNOVEL
9.4K 5.8K 43
Fantasy - Adventure - Teen Fiction Draf : dari awal Mei 2022 Published : 30 November 2022 End : 21 April 2023 CERITA INI HANYA TERSEDIA DI WATTPAD J...
587 257 43
Genre : Action - Thriller Tema : Mafia Blurb : Berhenti bukan berarti menyerah, tetapi amarahnya terus dipancing agar kembali ke dalam peperangan itu...