Unspoken Feeling

By dheamtrd

2.2K 1K 1.8K

[Completed] ✔️ "Mulut lo menye-menye terus, kaya buaya," omel Lia. "Ya namanya juga cowok. Terus kalau gue ga... More

Heyyo!
Prolog
01 - Nyebelin
02 - Setan
03 - TOD
04 - Pangeran
05 - Curhat
07 - Kulit Badak
08 - Seni Budaya
09 - Hotspot
10 - Nanda
11 - Cerita
12 - Kecium Basket
13 - Gambar
14 - Ayo
15 - Pemaksaan
16 - Tanda Maaf
17 - Nonton
18 - Cerewet
19 - Piket
20 - Bulu Tangkis
21 - Drama?
22 - Her first boyfriend?
23 - About him
24 - Ambil nilai lagi
25 - Mayat hidup
26 - Pak Gokil
27 - Rumah Lia
28 - First kiss?
29 - Ibu Lia
30 - Latihan
31 - Hari H
32 - Makasi, AP
33 - Random gurl
34 - Lia's story
35 - Younghoon?
36 - COTY
37 - Just kidding
38 - Awkward
39 - Terjebak
40 - Nanda vs Dewa
41 - Alika
42 - Dia
43 - Be friend?
44 - Perkara surat
45 - Dita & F
46 - Habis ci--
47 - Pacaran?
48 - Mau selingkuh
49 - Taruhan
50 - Sayang
Epilog
Flashback: Our 1st meet

06 - Waiting

59 41 50
By dheamtrd

Lia langsung membaringkan tubuhnya ke atas kasur.

Tentu setelah ia membersihkan diri sehabis pulang sekolah. Ia merasa hari ini sangat melelahkan.

Memang kapan ada hari yang tak melelahkan?

Tapi hari ini Lia merasa lelah. Sangat lelah.

"Kayanya mending gue tidur siang."

Baru saja Lia akan menuju alam mimpi, namun tiba-tiba ia membuka matanya.

"Gak. Entar gue kelepasan tidurnya. Terus malah mimpi pangeran setan kek kemarin."

Lia menggelengkan kepalanya dan langsung merubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap. "Gak, gue rebahan ajalah."

Padahal ia sedang membuka Instagram, tapi pikirannya malah pada curhatan Tiara tadi.

Apa yang Dewa katakan padanya.

Semuanya. Semua hal roman-- menggelikannya.

"Setan."

"Hadeh, gue diem-diem doang. Tapi yang disalahin gue terus," ujar salah satu setan yang mendengar makian Lia.

ㅡㅡㅡ

"Guys, guys. Gue mau cerita." Tiara langsung menghadap ke belakang bersama Rani.

Lia hanya menolehkan pandangannya ke arah Tiara. Sedangkan Dita langsung semangat dan bertanya, "Tentang kelanjutannya lo sama anu?"

Ah, Lia sebenarnya ingin sekali tak mendengar cerita kelanjutannya. Tetapi ia tak mungkin membiarkan temannya menahan cerita.

Mau curhat malah dipendam.

Ia tahu bagaimana rasanya tak memiliki teman curhat.

Tetapi Lia merasa, apakah Tiara memang benar-benar ingin bercerita, atau hanya sekedar memamerkannya?

Ah, sudahlah. Lia tak terlalu memikirkan hal tersebut. Siapatau Tiara memang memerlukan teman curhat.

"Terus, gimana?" tanya Lia bersemangat menunggu kelanjutan dari hubungan Tiara dengan Dewa. Lebih tepatnya berusaha bersemangat.

"Gue tolak."

Dita, Tiara, dan Rani lagi-lagi membelalakkan matanya atas curhatan Tiara.

"HAH?!"

Tiara yang mendengar itu terkejut setengah mati. "HEH! Astaga, kaget gue. Biasain aja dong!"

Sedangkan Dita, Lia, dan Rani hanya menunjukkan cengirannya dan meminta maaf.

"Tapi kenapa lo tolak?" tanya Rani.

Sedangkan Tiara menggeleng, "Gue ga suka sama dia. Geli gue tiap dia ngechat."

Seketika tawa Dita, Lia, dan Rani meledak mendengar itu.

"Asli, gue sih setuju sama lo. Gue yang baca aja geli banget," timpal Lia.

"Iya sih. Tapi ya namanya romantis beb," ujar Dita.

"Tapi geli, yakan AP?" Lia pun menganggukkan kepalanya setuju atas ucapan Tiara.

"Lo berdua emang cewe yang ga romantis," omel Rani sambil tertawa.

Sedangkan Lia dan Tiara langsung saling memberikan tos.

Mereka berempat kini asik bercerita. Entah apa saja yang mereka ceritakan. Semuanya mengalir begitu saja.

Tenang saja, yang mereka obrolkan bukanlah tentang keburukan orang lain.

"Eh ada yang mau ke kantin ga?" tanya Lia tiba-tiba disaat mereka tengah asik bercerita.

"Mau ngapain?" tanya Rani.

"Ran, otak lo tuh pinter. Menurut lo, kalau gue kantin, berarti mau ngapain? Main sepak bola?" Lia terkekeh mendengar pertanyaan Rani. Aneh-aneh aja.

"Ya kali aja gitu lo mau ngapain," kekeh Rani.

"Jadi, gak ada yang mau ikut nih?" tanya Lia untuk memastikan.

"Yaudah gue sen--"

"Ayo sama gue aja, AP." Lia pun tersenyum senang melihat itu. "Yuk!"

Baru saja Tiara dan Lia berdiri dari tempatnya, tiba-tiba ada suara dari sampingnya yang ingin ikut.

"AP, gue boleh ikut ga?"

Lia menolehkan pandangannya pada arah suara itu. Dewa.

"Ha? Ngapain? Tumben," balas Lia seadanya.

"Menurut lo, kalau gue mau ikut ke kantin, berarti gue mau ngapain? Main sepak bola?"

Lia menganga mendengar itu. Ia tak percaya, Dewa menjahilinya, lagi.

Ah, pria di depannya ini selalu saja membuatnya kesal. Ga ada tuh soft kaya waktu chat sama Tiara. Cih, ya iyalah. Kan dia suka Tiara.

"Yaudah." Lia langsung membalikkan badannya dan berjalan disamping Tiara. Sedangkan Dewa sudah menahan tawanya di belakang sana.

"Modus," cibir Rani yang melihat kejadian itu.

Tiara berusaha memberi kode pada Lia untuk mengganti posisinya dengan menoel-noelkan jarinya pada siku Lia.

Lia pun mengerti apa maksud dari kode tersebut. Ia langsung mengganti posisi mereka secara perlahan-lahan.

Lia tahu bahwa Tiara tak ingin bersampingan dengan Dewa. Walau ia juga sebenarnya malas untuk bersampingan dengan Dewa, tapi ya sudah lah.

Mereka memasuki kantin. Kantin tersebut memiliki 2 ruangan. Lia dan Tiara memasuki ruangan yang sama, sedangkan Dewa memasuki ruangan satunya.

Setelah beberapa menit berlalu, Tiara dan Lia selesai berbelanja duluan. Karena keadaan kantin masih agak ramai, jadi mereka memerlukan waktu yang agak lama.

"AP, kita bakal nungguin Dewa gak?"

Lia menggigit bibirnya. Ia juga bingung. Pasalnya biasanya pria itu pergi ke kantin sendirian. Tetapi kali ini ia minta ikut bersama mereka. Apakah mereka harus menunggunya, atau tidak? Bahkan Lia pun tak tahu.

Belum selesai berpikir, tiba-tiba Tiara dipanggil oleh seseorang. Yang pasti itu adalah teman ekstrakurikuler nya.

"Tir, lo bisa bantu kita ga? Ada perlu buat lomba," ujar temannya itu.

"Harus sekarang, Vi?" Wanita itupun mengangguk atas jawabannya.

Tiara melihat Lia sekilas. "AP, gue ke ruangan ekstra dulu ya. Ada perlu." Lia hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

"Lo gapapa, kan?" Lia mengangguk dan tertawa, "Iyalah gapapa. Emang gue kenapa? Ck, masih di sekolah juga."

Tiara pun mengangguk dan meninggalkan Lia. Dan, Lia masih bingung. Apakah ia harus menunggu Dewa, atau tidak.

Aish, lagipula kenapa pria ini tak kunjung keluar?

Lia menunggu Dewa. Entah apa yang akan Dewa lakukan nanti. Entah membuatnya kesal, atau malah meninggalkannya. Lia tak peduli, ia kesini bersama Dewa juga. Bahkan Dewa tak ada berpamitan kepadanya.

Walau berpamitan dari kantin emang ga penting-penting banget, tapi seharusnya Dewa mengabarinya. Atau mungkin mengabari Tiara.

Lia menunggu Dewa dengan sabar. Walau dalam hati ia terus bertanya-tanya mengapa pria ini lama sekali di dalam kantin.

"Dewa ngapain sih di kantin? Mandi bola?" gerutu Lia dari luar kantin.

Ia terus saja menunggu. Bahkan Lia sampai memainkan HP nya untuk mengusir rasa bosan. Dan jajan yang Lia beli tadi sudah hampir habis. Namun Dewa belum juga keluar dari kantin.

"Apa Dewa udah keluar, ya?"

Ah, ga mungkin. Ia menggeleng kepalanya dan menepis pikiran itu.

Lia masih memainkan HP nya. Sampai ada satu suara yang membuatnya berhenti memainkan HP nya.

"Cie, nungguin siapa?"

ㅡㅡㅡ

-to be continued-

Hi! Thank you semuanyaa!❤️

Continue Reading

You'll Also Like

6.7K 1.1K 39
Cardenia adalah seorang putri duyung, ia meminta penyihir laut untuk menemukan Atlantis, tunangannya. Karena sebentar lagi, pernikahan mereka akan d...
807K 140K 71
SELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Adi...
1M 122K 47
Seingat Aluna, dia cuma duduk manis di Eclipse The Coffee Shop sembari menghabiskan matcha lattenya. Tapi Gerhana matahari total yang bisa dia lihat...
40.1K 3.1K 40
Nomor peserta : 087 Tema yang diambil: Mental Health Ivy memiliki segalanya, kecuali hati tunangannya sendiri, Reynard. Harta yang berlimpah, paras...