Unspoken Feeling

By dheamtrd

2.2K 1K 1.8K

[Completed] ✔️ "Mulut lo menye-menye terus, kaya buaya," omel Lia. "Ya namanya juga cowok. Terus kalau gue ga... More

Heyyo!
Prolog
02 - Setan
03 - TOD
04 - Pangeran
05 - Curhat
06 - Waiting
07 - Kulit Badak
08 - Seni Budaya
09 - Hotspot
10 - Nanda
11 - Cerita
12 - Kecium Basket
13 - Gambar
14 - Ayo
15 - Pemaksaan
16 - Tanda Maaf
17 - Nonton
18 - Cerewet
19 - Piket
20 - Bulu Tangkis
21 - Drama?
22 - Her first boyfriend?
23 - About him
24 - Ambil nilai lagi
25 - Mayat hidup
26 - Pak Gokil
27 - Rumah Lia
28 - First kiss?
29 - Ibu Lia
30 - Latihan
31 - Hari H
32 - Makasi, AP
33 - Random gurl
34 - Lia's story
35 - Younghoon?
36 - COTY
37 - Just kidding
38 - Awkward
39 - Terjebak
40 - Nanda vs Dewa
41 - Alika
42 - Dia
43 - Be friend?
44 - Perkara surat
45 - Dita & F
46 - Habis ci--
47 - Pacaran?
48 - Mau selingkuh
49 - Taruhan
50 - Sayang
Epilog
Flashback: Our 1st meet

01 - Nyebelin

115 49 51
By dheamtrd

Sekarang sekolah sudah mulai efektif. Dan sekarang jam pelajaran fisika sedang berlangsung. Seorang guru wanita sedang asik mengajar fisika. Sedangkan seluruh muridnya sedang asik membingungkan materinya.

"Aish, apa-apaan ini? Kelapa yang jatuh, kenapa gue harus ngitung kecepatannya? Ya kalau mau jatuh mah jatuh aja. Gausa ngeribetin gue," batin Lia yang melihat soal di bukunya itu. Lia bingung, kenapa ia harus ribet ngitungin hal tersebut? Ah, bikin pusing saja.

"Baik, sekarang kerjakan LKS halaman delapan. Ibu harus pergi untuk rapat. Tolong perwakilan kelas nanti kumpulkan disaat jam istirahat di meja ibu."

"Baik bu," ucap Aditya. Dia adalah ketua kelas mereka, XII IPA 3.

Guru itupun langsung merapikan bukunya, dan keluar. Semua murid XII IPA 3 langsung meregangkan badannya. Badan mereka mau remuk rasanya.

"Ran, lo ngerti ga?" tanya Lia pada Rani. Ia sudah hopeless untuk menjawab soal-soal itu.

"Ngerti kayanya, nanti tanya aja yang mana yang bikin lo bingung. Siapatau gue ngerti."

"Ah, oke." Walau Lia mengiyakan ucapan Rani, tapi ia juga masih bingung. Masalahnya ia tak mengerti sama sekali.

"Ran, bisa bantuin nomor satu ga?"

Lia terkejut mendengar suara yang tiba-tiba datang disampingnya itu. Aih, cowok itu lagi. Batinnya.

"Bisa," ucap Rani. Ia lalu menjelaskan jawaban dari nomor 1 itu. Rani tampak lancar menjelaskan jawaban dari nomor 1.

"Wah gila, otak Rani encer banget,"  batin Lia sambil mendengar penjelasan Rani. Sekalian numpang nanya jawaban.

Setelah selesai, Dewa langsung berterimakasih dan kembali ke tempat duduknya.

Lia mencolek bahu Rani untuk memanggilnya, "Ran, lo sering minum yang panas-panas, ya?"

Rani tampak bingung atas pertanyaan yang dilontarkan Lia. "Hah? Ngga juga. Kenapa emang?"

"Abis otak lo encer banget, gue speechless."

"Ck, biasa aja kali. Udah, tadi lo bingung sama yang mana?"

"Gue bingung, Ran."

Rani mengernyitkan dahinya. "Ya makanya tanya sama gue mana yang lo bingungin?"

"Semua, Ran." Rani terkekeh mendengar itu. "Yauda bilang dong kalau lo bingung semua. Gue bantuin."

Lia cuma bisa nganga, dia bener-bener speechless. Rani ini emang baik atau karena dia ga enak soalnya dirinya baru kenal dengan Lia?

"Ngapain lo bengong, AP? Awas tuh lalat masuk ke mulut lo," ujar Dita dari sebelah gue.

"Ya abis, serius lo Ran?" Rani mengangguk mantap. "Ya kalau gue ga serius ngapain nawarin? Gajadi nih?"

"Eit, jadi."

Ditengah Rani sedang menjelaskan cara menjawab kelima soal itu, tiba-tiba Bram datang disamping Lia dan ikut mendengarkan penjelasan Rani. "Kaget gue," ujar Lia pelan. Untung tak ada yang mendengarnya.

Tak berselang lama, Dewa juga ikut nyelip diantara Lia dan Bram. Hal itu tentu membuat Lia kaget. Bagaimana tidak, tiba-tiba ada sebuah kepala disampingnya. Untung jaraknya masih agak jauh.

ㅡㅡㅡ

Sudah terhitung sekitar 2 bulan mereka memasuki kelas 12, dan mulai terbiasa dengan teman-temannya. Sudah terlihat ada beberapa kumpulan di dalam kelas itu.

Mereka sedang makan dan mengobrol, atau bermain.

"Li, lo seriusan ga makan?"

Lia menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Tiara. "Lo kan tau gue dari dulu juga ga pernah makan nasi."

"Ya juga sih. Tapi lo ga laper emang?"

Dan lagi-lagi Lia menggeleng. "Yaudah, kita makan ya."

"Met makan!" ujar Lia. Mereka semua lalu tersenyum dan mulai menyantap makanannya masing-masing.

Lia baru saja akan memakan jajannya, tapi tiba-tiba seseorang duduk di meja sampingnya. Padahal itu bukan Adi yang sebenarnya duduk disana.

Ia menolehkan pandangannya, ternyata Dewa. Ia ingin bertanya, tapi ah sudahlah. Ga penting menurutnya. Lagian biarkan saja ia duduk disana, memang apa salahnya?

ㅡㅡㅡ

"Aish, gue gasuka banget mapel olahraga." Dita terkekeh mendengar ucapan Lia.

"Yaudah sih, ayok aja."

Kelas XII IPA 3 kini sedang berlari mengelilingi sekolah. Lia dan Dita termasuk orang yang datang terakhir. Walau dibelakang mereka masih ada lagi. Setelah melakukan pemanasan, guru olahraga mereka langsung saja menyuruh mereka untuk lanjut berolahraga.

"Kita mau main voli, ya! Kalian berkelompok, mau ibu carikan atau kalian cari sendiri?"

Berbagai macam jawaban muncul dari mulut murid XII IPA 3. Ada yang ingin dicarikan, dan ada yang ingin mencari sendiri.

"Ya sudah, coba angkat tangan siapa yang mau kelompoknya dicarikan?" 12 orang mengangkat tangan.

"Siapa yang ingin mencari sendiri?" Dan 30 orang mengangkat tangannya.

"Oke berarti silahkan kalian cari kelompok sendiri ya. Cari 6 orang ya."

"Yaaahh."

"Okee Bu!"

Mereka langsung panik mencari teman kelompok. Lia bingung ingin mengajak siapa. Pasalnya Rani dan Tiara sudah mendapatkan teman kelompok lain. Dan itu sudah penuh.

"AP! Lo udah dapet temen kelompok belum?" Lia menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Prasetya.

"Sama kita yuk! Kurang dua nih, lo sama Dita belum, 'kan?" Lia langsung mengangguk kencang. Akhirnya ia memiliki teman kelompok.

"Tapi, gue gabisa voli," cicit Lia pada mereka. Ia merasa tak enak.

Takutnya teman-temannya yang lain sudah jago, sedangkan Lia tak bisa apa-apa. Bahkan melakukan servis pun tak selalu benar.

Takut mereka malah merasa risih dengan kemampuan Lia.

"Kan gunanya sekolah buat belajar," ujar Dewa.

Secercah harapan muncul karena ucapan Dewa barusan. Setidaknya ia merasa di dukung, bukan teman yang hanya mau berteman jika seseorang tersebut jago dalam suatu bidang.

"Ya iya, tapi--"

"Gapapa, kalau lo gabisa paling yang ketawa gue," ujar Dewa sambil sedikit tertawa.

Ternyata benar, seharusnya ia tak usah mempercayai apa yang diucapkan Dewa.

Sebagus apapun perkataan yang dikeluarkannya, Dewa tetaplah pria yang menyebalkan.

"ANJRIT LO!" Tentu saja Dewa tambah senang melihat itu. Ia malah tambah tertawa. Lia semakin memukul Dewa dan mengejarnya sedikit. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin dekat dan tentunya semakin nyebelin. Terlebih lagi Dewa juga kebetulan duduk di sekitar Lia.

Atau takdir.

"Emang dari sebelum gue kenal lo, lo nya udah nyebelin," gumam Lia sambil mengatur nafasnya.

"Gitu aja ngos-ngosan," ejek Dewa.

"Lo diem atau gue lempar pasir?" Dewa hanya tertawa menanggapi ancaman Lia. Sungguh, pria macam apa dirinya itu. Menyebalkan.

ㅡㅡㅡ

"Bola nya ditangkep atuh AP, ngapain lo hindarin?" ujar Bram melihat AP yang dari tadi berusaha memukul tapi juga menghindari bola.

"Tar kena tampol gimana?"

"Ya makanya pukul," balas Dewa datar.

"Ya karena gue gabisa mukul yang tepat, makanya gue ngehindar." Dewa hanya tertawa mendengar jawaban Lia.

"Napa lo ketawa si," cibir Lia menatap tajam Dewa. Sedangkan Dewa hanya berusaha menetralkan tawanya dan lanjut bermain.

"Ni bocah tengil banget. Gue kira dia cowo cuek, eh ternyata cowo nyebelin," batin Lia memperhatikan Dewa. Aish, Lia bisa gila lama-lama.

Seiring berjalannya waktu, Lia mulai dekat dengan seluruh teman kelasnya. Ia rasa, ia lebih banyak memiliki teman pria dibanding wanita. Ia sebenarnya tak begitu suka berteman dengan wanita. Kecuali ia merasa cocok berteman dengan wanita itu. Karena menurutnya, terkadang berteman dengan wanita membuatnya stress. Malah lebih ribet.

Makanya teman dekat yang ia punya hanya beberapa. Menurut dirinya, memiliki teman yang tak banyak lebih bagus daripada memiliki banyak teman, namun dalam pertemanan itu hanya berisi kemunafikan dan toxic.

Tapi terkadang, ruang lingkup pertemanan yang luas sangatlah diperlukan. Ah, Lia suka kesal mengingat itu. Entah ia harus memiliki banyak teman atau tidak, ia hanya ingin menjalani sebagaimana ia hidup.

ㅡㅡㅡ

-to be continued-


Thank you!💖
See you ~

Continue Reading

You'll Also Like

KGMXKTS By ikyLaaa

Teen Fiction

3.5K 826 76
Start - 17 Mei 2023 End - 04 November 2023 - Kylaa Said; "Sejak kapan jatuh cinta sendirian itu menyenangkan?" "Kisah yang tidak sengaja memasuki dun...
807K 140K 71
SELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Adi...
1M 31.8K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
31.8K 8.6K 50
Karyawisata yang seharusnya menyenangkan menjadi malapetaka yang mengakibatkan 20 pelajar SMA di bawah umur menghilang tanpa jejak. Eve mendapati dir...