#12

11K 982 102
                                    

Uchiha Sasuke, si mantan kriminal yang sebelumnya sama sekali tidak pernah merasakan takut terhadap musuh-musuhnya yang terkenal kuat kini berkeringat dingin di hadapan sang Ayah dari Ibu calon bayinya. Iris rembulan pria Hyuuga itu tiada hentinya memberikan tatapan membunuh kepadanya. Jika saja di ruangan ini tidak ada Tsunade dan satu lagi Hokage yang sedang menjabat, mungkin nyawa Sasuke sudah habis sedari tadi.

"Jadi...Hinata hamil dan anak dalam kandungannya adalah...milikmu?" Kakashi menatap Sasuke penuh selidik.  Tadi Ia sudah mendengar semuanya dari Tsunade tapi kini Kakashi ingin mendapatkan jawabannya langsung dari mantan muridnya itu. Sasuke pun menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

Kepala Kakashi mendadak terasa pening. Satu masalah bertambah lagi. Parahnya masalah tersebut berhubungan dengan klan Hyuuga. Hyuuga pasti tidak akan membuat masalah ini menjadi mudah.

"Aku ingin dia dihukum mati!" Ucap Hiashi dengan wajah seriusnya. Sasuke merinding mendengarnya. Begitu juga dengan dua Hokage di ruangan ini.

Hiashi bukanlah tipe orang yang main-main dengan ucapannya. Jika dia telah memutuskan, maka keputusan nya itu tidak bisa diganggu gugat. Itu artinya nyawa Sasuke berada dalam bahaya sekarang.

"Hahaha... Hyuuga-sama, kau tidak berniat untuk melenyapkan klan Uchiha dari muka bumi ini, bukan?" Kakashi mencoba bernegosiasi. Berharap Hiashi akan menarik ucapannya tadi. Namun Hiashi malah memberikannya tatapan menusuk padanya. Seolah menyuruhnya untuk diam.

Kakashi menangis dalam hati. Dirinya sungguh tidak ada harganya di depan ketua klan Hyuuga ini. Siapa yang patut disalahkan atas kondisi ini? Kakashi pun melirik Sasuke. Ya, pria itu lah yang patut disalahkan. Dia yang berbuat salah tapi kenapa dirinya yang susah.

"Apa anda lupa, Hokage-sama. Jika bayi dalam kandungan Hinata adalah seorang Uchiha." Perkataan Hiashi itu membuat Kakashi tidak tahu harus berkata apalagi. Lagian percuma juga dirinya membela Sasuke. Sedangkan orang yang dibela sama sekali tidak memberikan dukungan kepadanya.

"Ehem." Seseorang yang sedari tadi hanya diam mulai mengikuti pembicaraan.

"Hiashi-sama, bocah Uchiha itu sebelumnya berkata mau bertanggungjawab." Sebenarnya Tsunade masih merasa marah atas tindakan tidak senonoh Sasuke pada Hinata di rumah sakit tadi. Tapi dirinya harus menahan emosinya. Nyawa Sasuke patut dipertahankan demi kelangsungan hidup Hinata dan bayinya. Ia tidak akan membiarkan Hinata membesarkan bayinya seorang diri.

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin dia mati." Hiashi tetap teguh dengan perkataannya tadi. Melihat putrinya dinodai di depan matanya sendiri, ayah mana di dunia ini yang tidak akan merasa marah. 

"Hiashi-sama, apa kau ingin Hinata membesarkan anaknya seorang diri?" Pertanyaan Tsunade itu sukses membuat Hiashi terdiam. Tsunade pun tersenyum tipis. Sepertinya ucapannya tadi mampu membuat Hiashi untuk berpikir lebih jernih lagi.

Hiashi memejamkan kedua matanya sejenak. Membayangkan putrinya akan menanggung semuanya seorang diri membuat dadanya terasa sesak. Walaupun Hinata telah mencoreng namanya dan klan Hyuuga, tapi Hinata tetaplah anaknya. Ia tidak ingin hidup Hinata tidak bahagia nantinya

Hiashi berdiri dari duduknya. Ia berjalan menuju pintu ruangan ini. Dirinya butuh waktu untuk memikirkan semua ini. Keputusan tentang hidup Hinata ada berada di tangannya. Hiashi tidak ingin salah mengambil keputusan yang akan membuatnya menyesal di kemudian hari.

Hiashi berhenti melangkah saat berada di sebelah Sasuke. Ia lirik pemuda itu dengan tajam. Sasuke balas meliriknya, namun dengan raut wajah bersalah. Hiashi pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin luluh. Pria Uchiha itu tidak pantas mendapatkan maafnya. Setidaknya dirinya tidak akan membuatnya menjadi mudah. Hiashi pun kembali berjalan.

Not PresumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang