20#

11.3K 832 58
                                    

Fajar telah menyingsing, menggantikan tugas sang purnama untuk menemani makhluk bumi. Udara pagi terasa sangat sejuk, membuat beberapa pasang mata terasa berat untuk terbuka. Mereka ingin tidur lebih lama lagi, menikmati hawa sejuk yang terjadi akibat hujan semalam. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi seorang wanita indigo. Jika sudah waktunya bangun, dia akan bangun tanpa memikirkan dirinya masih mengantuk ataupun lelah.

Kelopak mata Hinata perlahan terbuka, menampilkan manik rembulan yang sangat indah. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke penglihatannya. Saat penglihatannya sudah mulai jelas, hal pertama yang Hinata lihat adalah wajah terlelap Sasuke.

Wajah Hinata terasa panas. Kejadian semalam kembali terulang di ingatannya. Masih segar diingatan Hinata bagaimana Sasuke memperlakukan dirinya semalam.
Sentuhannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Sasuke memperlakukan Hinata layaknya sebuah benda berharga yang sangat rapuh, yang akan pecah jika tidak diperlakukan dengan baik. Tapi hal tersebut hanya berlaku sesaat. Karena selanjutnya Sasuke mulai tidak terkendali.

Hinata mengerti dengan perasaan Sasuke. Sudah sangat hebat bagi pemuda itu bisa menahan diri selama ini. Jadi, wajar jika Sasuke membantai Hinata habis-habisan semalam.

Hinata menyentuh wajah Sasuke. Walaupun terdapat memar dan luka goresan, wajah ini tetap terlihat tampan. Hinata heran, bagaimana seorang pria bisa memiliki kulit sehalus ini? Bagaimana seorang pria bisa memiliki bibir berwarna merah alami seperti ini? Segala yang Sasuke miliki membuat Hinata tidak habis pikir. Sepertinya Kami-sama terlalu banyak memberikan kelebihan pada pemuda ini.

"Sedang menikmati wajah suamimu?" Suara bariton itu membuat Hinata menjauhkan tangannya dari wajah Sasuke.

"K-kita belum menikah, S-Sasuke-kun." Sasuke membuka matanya perlahan, menampilkan netra kelamnya yang sangat indah.

"Aku ingin menikah denganmu." Hinata mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa kini Sasuke sedang melamarnya?

"Ini bukan pertanyaan tapi pernyataan. Kau harus menikah denganku." Sifat keras kepala dan pemaksa Sasuke mulai keluar, membuat Hinata terkekeh pelan karena merasa lucu.

"Kenapa tertawa? Aku serius dengan ucapanku." Sasuke menatap Hinata dengan serius. Tidak ada keraguan dalam ucapannya maupun ekspresinya.

"Kau akan melahirkan bayiku dan kita juga telah melakukan 'itu' beberapa kali." Hinata memalingkan wajahnya yang memerah kesamping. Sedikit merasa kesal karena bisa-bisanya Sasuke mengatakan hal memalukan itu dengan tenangnya.

"A-aku ingin mandi." Untuk mengalihkan rasa malunya, Hinata berniat menjauh dari Sasuke.

"Ide bagus. Ayo mandi bersama!" Sasuke menahan pinggang Hinata yang hendak beranjak dari tempat tidur. Hinata pun menatap horor Sasuke. Seringaian pemuda itu membuatnya merinding.

"S-Sasuke-kun." Pekik Hinata karena Sasuke tiba-tiba mengangkat tubuhnya dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Aku masih merindukan bayiku." Bisik Sasuke di telinga Hinata. Tubuh Hinata pun lemas seketika setelah mendengarnya.

****

Flashback on

Setelah setengah jam mencari, akhirnya Sasuke menemukan sebuah swalayan yang masih buka. Ia pun dengan cepat mengambil susu Ibu hamil yang biasa Hinata minum lalu membayarnya ke kasir.

Saat perjalanan pulang, Sasuke merasa seperti ada yang mengikutinya. Tidak hanya seorang, tapi beberapa orang. Sekitar lima orang dan mereka mengikuti Sasuke secara terpisah-pisah. Sasuke pun berputar arah. Ia tidak ingin mereka sampai mengikutinya ke rumah. Jika hanya menyerangnya bukan masalah bagi Sasuke. Tapi jika sampai melibatkan Hinata dan calon anaknya, Sasuke tidak akan memaafkan mereka dan dirinya sendiri.

Not PresumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang