3#

12.9K 929 47
                                    

Hinata terjaga dari tidurnya. Rasa mual kembali menerpanya. Hinata berlari menuju kamar mandi. Kemudian Ia memuntahkan isi perutnya.

Hinata mengambil sehelai tisu dan mengusapnya ke bibirnya. Usia kehamilan Hinata telah memasuki minggu keenam. Perutnya belum membesar namun gejala kehamilannya terjadi semakin parah. Hampir setiap pagi Ia mengalami morning sickness. Setiap mencium bau yang aneh pun membuatnya mual. Ia pun menjadi mudah cepat lelah yang membuatnya harus banyak beristirahat.

Hinata merasa percuma memakan banyak makanan semalam. Karena barusan tadi Ia kembali memuntahkan makanan itu. Ternyata menjadi wanita hamil itu tidaklah mudah. Terlalu banyak resiko yang harus dirinya tanggung. Apalagi dirinya hamil tanpa suami dan dalam keadaan tidak ada satu orang pun yang tahu.

Hari ini Hinata merasa sangat ingin memakan sesuatu yang masam. Inilah salah satu kesulitannya. Jika mengidam Hinata harus mencarinya seorang diri.

Hinata berjalan mengendap-ngendap di dapur rumahnya. Kini dirinya tampak seperti seorang pencuri di rumahnya sendiri. Hinata membuka perlahan lemari pendingin tersebut. Ia berharap dapat menemukan sesuatu yang diinginkan calon bayinya.

Doa Hinata terkabulkan. Di dalam sana Ia menemukan tiga buah lemon. Hinata pun menjadi antusias. Ngidamnya kali ini tak begitu menyulitkannya.

Hinata mengambil ketiga lemon tersebut dan memasukkannya ke kantong bajunya. Ia bersiap-siap untuk kembali ke kamarnya. Namun saat berbalik Ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang.

"Ha-Hanabi-chan!" Pekik Hinata terkejut.

"Apa yang Nee-chan lakukan disini?" Tanya Hanabi dengan raut tanda tanya. Hinata menelan air ludahnya susah payah.

"A-ano...i-itu a-aku akan memasak sarapan untukmu dan Otou-sama."

"Benarkah!?" Raut Hanabi berubah bahagia. Sudah lama sekali Ia tidak merasakan masakan Kakaknya. Hinata pun mengangguk mengiyakan. Ia pun bernafas lega karena bisa mengecoh Hanabi.

"Kau ingin makan apa, Hanabi-chan?"

"Aku ingin..." Hanabi berpikir sejenak. Ia tampak bingung ingin makan apa. Pasalnya semua masakan Kakaknya selalu terasa enak.

"Nasi omelet?" Ucap Hanabi yang seperti bertanya. Hinata pun terkekeh pelan.

"Baiklah, aku akan membuatnya spesial untukmu." Sepertinya Hinata harus menunda keinginan bayinya. Bayinya harus mengalah dulu dengan bibinya.

Bagian isi omeletnya telah Hinata masak. Kini bagian luarnya yang terbuat dari telur. Hinata pun mengambil beberapa butir telur di lemari pendingin. Ia memecahnya dengan telaten namun tiba-tiba perutnya terasa bergejolak. Tidak! Bau amis telur ini membuatnya mual. Hinata pun menutup mulutnya.

Hanabi yang melihat gelagat Hinata merasa heran. Dia menutup mulutnya seperti akan muntah. Ia pun menghampiri Hinata.

"Nee-chan, kenapa?" Tanya Hanabi panik
Hinata menggeleng lemah. Tapi kemudian gejolak di perutnya terjadi lagi. Karena tidak tahan Hinata pun berlari menuju kamar mandi.

"Hoek...hoek..." Hinata mengeluarkan isi perutnya lagi. Hanabi berada di belakangnya sembari mengelus-elus tengkuknya.

"Nee-chan, kau sakit?" Hinata tak memiliki jawaban lain selain 'iya'. Biarkan adiknya berpikir jika dirinya memang sakit.

"Aku akan menemanimu ke rumah sakit."  Hinata menggeleng lemah. Datang ke tempat itu hanya akan memperparah masalahnya.

"Tidak usah. Aku hanya sakit biasa." Hinata berusaha berdiri dengan kaki-kakinya yang terasa lemas. Hanabi pun membantunya.

Not PresumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang