15#

10.3K 951 85
                                    

Setelah makan siang selesai, Hasa langsung membawa Sasuke dan Hinata menuju rumah yang telah disediakannya. Sesuai permintaan Tsunade yang merupakan kunoichi panutannya, Hasa menyiapkan rumah sederhana yang memiliki satu kamar tidur. Fasilitas di dalamnya sudah Ia lengkapi. Dari perabotan rumah sampai bahan makanan juga telah terisi penuh di lemari pendingin. Jadi, Sasuke dan Hinata tinggal menikmatinya saja.

"H-hanya satu...k-kamar." Gumam Hinata dengan wajah syok. Mengetahui Ia akan satu rumah dengan Sasuke saja sudah membuatnya takut. Apalagi jika harus satu kamar dengan pemuda itu. Bisa-bisa Ia mati konyol disini.

"Kenapa? Apa Hinata-san tidak suka?" Hasa tiba-tiba muncul di belakang Hinata. Membuat Hinata terkejut atas kehadirannya.

"T-tidak b-bukan begitu. R-rumah ini sangat b-bagus." Hinata menjawabnya dengan gugup. Ia memaksakan senyumannya agar tidak dicurigai Hasa.

"Benarkah? Baguslah jika Hinata-san menyukainya." Hasa tidak menampilkan raut curiga. Hal itu membuat hati Hinata merasa sedikit lega. Hanya sedikit karena masalah terbesarnya adalah apa Ia harus satu kamar dengan Sasuke? Jika Hinata menyuruhnya tidur di luar, itu sama sekali tidak sopan. Sasuke juga memiliki hak atas tempat ini. Bagaimana ini?

Hinata terus saja memikirkan hal itu. Bahkan sampai tidak menyadari jika rombongan Hasa sudah pergi dari tempat ini. Kini tinggallah mereka berdua. Sasuke dan Hinata. Sasuke yang masih mengelilingi rumah barunya, sedangkan Hinata yang bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Sebaiknya kau segera beristirahat!" Pikiran Hinata buyar karena perkataan Sasuke. Ia melihat sekelilingnya. Hanya tinggal mereka berdua. Sepertinya dirinya tadi terlalu larut dalam pikirannya sampai tidak menyadari jika rombongan Hasa sudah pergi.

Hinata melihat jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Masih terlalu cepat untuk tidur. Hinata mengelus perutnya pelan. Kini Ia merasa lapar. Tadi saat makan siang di kastil pemimpin desa Tsukigakure itu, dirinya hanya memakan sedikit makanan.

"A-aku a-akan m-membuat makan malam dulu." Hinata beranjak dari tempatnya. Ia akan menuju dapur. Namun suara Sasuke menahan langkahnya.

"Kau beristirahat saja. Aku akan membelikan makanan untukmu. Apa yang kau inginkan?" Mata Hinata mengerjap beberapa kali menatap Sasuke. Ini kali pertamanya Ia mendengar kalimat terpanjang yang keluar dari mulut pemuda Uchiha itu.

"A-ah...i-itu tidak perlu. Aku ingin membuatnya s-saja." Jawab Hinata gugup. Ia masih belum terbiasa dengan kepedulian Sasuke padanya.

"Baiklah, tapi jangan sampai kelelahan. Itu tidak baik untuk bayimu." Kalimat terakhir Sasuke membuat hati Hinata terasa sakit. Dia mengatakan 'bayimu' bukan 'bayi kita' atau 'bayiku'. Apa itu artinya Sasuke tidak menginginkan bayi ini?

Hinata kembali mengusap perutnya dengan sedih. Entah kenapa perasaannya kini terlalu sensitif. Hanya hal kecil tapi mampu membuat hatinya sesedih ini. Sepertinya itu karena efek mengandung.

Hinata mengusap sudut matanya yang berair. Ia tidak boleh bersedih. Hal itu akan berdampak buruk pada bayinya. Ia harus bisa berpikir positif agar anaknya baik-baik saja.

"Tidak apa-apa, Nak. Jika Ayahmu tidak menginginkanmu, masih ada Ibu yang akan selalu mencintaimu." Batin Hinata.

****

Hinata telah selesai membuat makan malamnya. Hanya masakan sederhana namun mampu mengundang selera makan Sasuke. Apalagi setiap menu masakannya terdapat buah kesukaannya, yaitu tomat.

Melihat masakan Hinata membuat Sasuke teringat akan masakan yang pernah ada di apartemennya saat Ia pertama kali memasuki tempat itu lagi. Biasanya jika kembali ke Konoha, Sasuke akan menginap di tempat Naruto. Atau terkadang Ia hanya pulang sebentar untuk melaporkan sesuatu yang penting lalu kembali pergi lagi.

Not PresumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang